Konsep Arah Mata Angin untuk Anak Tunanetra

Cover by Ajinatha

Salah satu hal terpenting bagi anak tunanetra adalah bagaimana ia dapat melakukan mobilitas ke mana-mana. Nah, untuk pergi ke mana-mana tentunya anak tunanetra harus mengetahui arah mata angin. Lalu bagaimana cara menanamkan konsep arah mata angin bagi mereka? Apakah mudah?

Sebelum memperkenalkan arah mata angin, penanaman konsep yang harus dikenalkan adalah konsep kanan dan kiri. Tentu saja kanan dan kirinya si anak tunanetra. Misalkan ketika berjalan secara mandiri dengan tongkat ataupun tidak, maka dapat diberi aba-aba “kanan” atau “kiri”.

O iya, konsep kanan dan kiri ketika berhadapan dan searah juga harus diperkenalkan hingga anak paham dengan baik. Misal untuk mengajarkan konsep kanan dan kiri yang mudah adalah anak dipangku, kemudian anak diajarkan konsep kanan dan kiri dengan diarahkan terlebih dahulu.

Guru memegang tangan anak, kemudian menirukan gerakan dan ucapan guru. Ketika menggerakkan tangan kanan bersama-sama, anak menirukan ucapan guru yaitu kata “kanan” dan jika menggerakkan tangan kiri maka anak diajak mengucapkan kata “kiri”.

Sementara konsep kanan dan kiri ketika berhadap-hadapan diberikan konsep bahwa kanan anak adalah kiri bagi guru. Dan konsep kiri anak adalah kanan bagi guru. Pemberian konsep ini anak duduk di depan guru dengan cara berhadap-hadapan.

Selain itu diberikan konsep depan dan belakang. Penanaman konsep ini dengan cara yang sama dengan memperkenalkan konsep kanan dan kiri. Anak dipangku. Kemudian secara bersama guru menggerakkan tangan ke depan sambil menjelaskan bahwa yang ditunjuk adalah “depan”. Dan ketika menggerakkan tangan ke arah belakang maka menjelaskan bahwa yang ditunjuk adalah “belakang”.

Penanaman konsep selanjutnya adalah konsep atas dan bawah. Dengan cara yang sama, guru menggerakkan tangan anak ke atas dan menjelaskan bahwa yang ditunjuk adalah arah atas. Dan jika secara bersama menggerakkan tangan ke bawah maka juga dijelaskan bahwa itu arah bawah. Dan seterusnya.

***

Jika sudah menguasai konsep-konsep tersebut maka anak dikenalkan titik tumpuan ketika akan mempelajari konsep arah mata angin. Pastikan titik tumpuan itu tidak akan berubah atau berpindah tempat. Misalkan kelas A.

Kelas A itu sebagai “tanda” bagi anak. Anak akan diperkenalkan dengan arah mata angin dengan mempergunakan tanda itu. Misalkan guru menjelaskan bahwa kelas itu menghadap ke arah barat.

Anak diajak berdiri menghadap ke arah barat. Kemudian tangan kanan dan kiri sebagai patokan juga. Tangan kanan adalah arah utara, maka tangan kiri adalah arah selatan. Depan badan adalah barat maka belakang badan adalah timur. Begitulah salah satu cara pengenalan arah mata angin utama bagi anak tunanetra.

Atau dapat juga diperkenalkan dengan mengajak anak tunanetra berdiri di lapangan di pagi hari. Anak berdiri menghadap barat. Kemudian dijelaskan bahwa belakang punggung yang terkena sinar matahari adalah arah timur. Maka di depannya adalah arah barat. Dan tangan kanan adalah arah utara, sedangkan tangan kiri adalah arah selatan.

Lama kelamaan, anak tunanetra akan tahu bahwa bagian tubuh yang terkena sinar katahari di pagi hari adalah bagian tubuh sebelah timur. Otomatis akan mudah mengenal arah utara, selatan dan barat.

Pengenalan ini dilakukan berulang-ulang agar anak tunanetra benar-benar tahu konsep arah mata angin yang utama sebelum mengenal arah mata angin lainnya.

 

(Telah diposting di Kompasiana)

Tinggalkan Balasan