Islam
Sumber gambar :infoglobalkita.com
Segala yang ada di alam semesta ini merupakan perwujudan hasil dari sebuah penciptaan. Tidak mungkin sesuatu yang ada, terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Untuk itu akal mengharuskan sesuatu yang Wajib Ada dengan sendirinya.
Sesuatu yang Wajib Ada atau Wajibul Wujud adalah sesuatu yang tidak bermula dari tidak ada. Dari dahulu Ia sudah ada, sekarang ada, esok tetap ada, dan selamanya ada. Dia adalah sumber dari segala sumber, Pencipta alam semesta jagad raya dengan segala isinya. Pencipta yang sebenarnya tidaklah mungkin hasil dari sebuah penciptaan. Akal mewajibkan hanya ada satu pencipta, Dialah yang disebut Al Kholiq.
Dalam Islam, Sang Pencipta (Al Kholiq) itu di kenal dengan sebutan Allah Subhanahu wata’ala yang memiliki 99 nama yang baik (Asmaul Husna) dengan 20 sifat wajib yang dimiliki, 20 sifat mustahil, dan 1 sifat Jaiz.
Di antara sifat wajib bagi Allah yang pertama adalah Wajibul Wujud ( wujud yang ada dengan sendirinya), kedua adalah Qidam atau terdahulu, yang ketiga adalah Baqo’ artinya kekal, keempat wahdaniyah artinya Esa, dan seterusnya.
Lantas apa yang menjadi bukti keberadaan Allah itu?. Ada beberapa bukti keberadaan Allah Subhanahu wata’ala yang dapat kita lihat, di antaranya:
- Bukti secara fitrah. Setiap manusia, disadari atau tidak, pasti dalam dirinya ada kecendrungan pengakuan terhadap adanya sesuatu diluar dirinya yang bersifat supranatural yang memiliki kekuatan dan mendominasi segala hal yang terjadi pada dirinya. Bahkan menurut ilmu pengetahuan, di dalam otak manusia terdapat “God Spot” atau titik Tuhan. Ini menjadi sangat wajar, karena sesungguhnya setiap manusia sebelum ia dilahirkan ke atas dunia, dia sudah menyaksikan “kebesaran” Allah Subhanahu wata’ala ketika ia masih berada di dalam kandungan ibunya. Ini dapat kita lihat dalam firman Allah Subhanahu wata’ ala dalam Al-Qur’an Surat Al A’raf ayat 172:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. [ Q.S (7) : 172].
Kecendrungan manusia akan nilai-nilai ketuhanan merupakan sesuatu yang menjadi fitrah yang ia bawa sejak lahir, tanpa memandang siapa kedua orang tuanya, apa agama kedua orang tuanya , dan dari suku apa ia berasal. Bahkan pada dasarnya, nilai-nilai kefitrahan akan pengakuan adanya Tuhan akan diakui oleh setiap manusia, walaupun lisannya menolak karena suatu kesombongan atau yang lainnya. Hal ini pulalah yang dilakukan kaum kafir Quraisy ketika Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sampai kepada mereka. Pada hakikatnya, mereka mengakui bahwa Allah Subhahanahu wata’ala adalah pencipta langit dan bumi, namun karena kesombongan hawa nafsu, mereka tetap menolak untuk mengabdi dan hanya menyembah kepada Allah Subhanahu wata’ala. Hal ini dapat kita lihat pada firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Ankabut (29) ayat 61 yang berbunyi :
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)”. [ Q.S (29) : 61]
2. Bukti secara Indrawi. Bukti keberadaan Allah Subhanahu wata’ala juga dapat kita saksikan melalui panca indra yang kita miliki. Kita dapat saksikan bahwa adanya langit yang kokoh tanpa tiang, bumi yang dihamparkan, gunung-gunung yang ditegakkan di atasnya sebagai pasak, bahkan pada diri kita sendiri, itu semua merupakan tanda atau bukti bahwa pasti ada sang kreator ulung di balik itu semua. Tidak mungkin sesuatu yang ada, tercipta dengan sendirinya. Apalagi sesuatu yang tercipta tersebut merupakan maha karya yang bersifat kompleks dan rumit. Di dalam Al Qur’an Surat Yasin (36) ayat 37 dan Surat Fussilat (41) ayat 53 Allah Subhanahu wata’ala menegaskan :
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan”. [Q.S (36) : 37]
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” [ Q.S (41) : 53)
3. Bukti secara Naqli. Naqli artinya bersumber dari Al Qur’an. Bagi orang-orang yang sudah meyakini keberadaan Allah Subhanahu wata’ala, tidak sulit untuk menemukan bukti keberadaan-Nya. Karena hal ini banyak diterangkan di dalam Al Qur’an, termasuk di ayat-ayat pada pembahasan sebelumnya. Keberadaan Al Qur’an sebagai sumber dalil utama (dalil naqli), sesungguhnya juga merupakan bukti keberadaan Allah Subhanahu wata’ala. Karena tidak mungkin jika Al Qur’an merupakan hasil kreasi Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam yang ummiy. Bukti kemukjizatan Al Qur’an sebagai salah satu tanda keberadaan Allah Subhanahu wata’ala dapat kita lihat dalam Surat Al Isro’ (17) ayat 88 :
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. [Q.S (17) : 88]
Untuk mendapatkan keyakinan yang kokoh akan keberadaan Allah Subhanahu wata’ala dibutuhkan upaya untuk selalu bertafakkur (berpikir dan merenung). Namun, tafakkur harus dilakukan sesuai dengan kapasitas akal yang terbatas. Akal manusia tidak bisa menjangkau hal-hal yang tidak bisa disentuh oleh panca indera. Karenanya, Rasulullah melarang menafakkuri wujud dan bentuk Allah Subhanahu wata’ala. Dalam Sabdanya beliau mengatakan: ” Berpikirlah kamu akan ciptaan-ciptaan Allah, dan jangan kamu berpikir tentang Dzat Allah”. (HR Ath Thabrani)
Dengan segala bukti keberadaan Allah Subhanahu wata’ala tersebut semoga semakin menambah kualitas ibadah kita kepada-Nya. Ibadah yang didasari oleh ilmu yang benar dan iman yang sempurna mudah-mudahan akan menghantarkan kita kepada ridho Allah Subhanahu wata’ala. Aamiin ya robbal ‘alamiin.***
Referensi:
https://republika.co.id/berita/qa9r7j320/perintah-allah-swt-supaya-manusia-renungkan-ciptaannya