Wisata Kampung Karst Rammang Rammang

Berita, Wisata36 Dilihat

KAMPUNG KARST RAMMANG RAMMANG KAB. MAROS

Amiruddin, S.Pd.

Kampung Karst Rammang-Rammang terletak di Rammang-Rammang Maros di Desa Salenrang,  Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros. Lokasinya sekitar 40 km di sebelah utara Kota Makassar. Untuk mencapai lokasi wisata ini, kita harus melewati Sungai Pute dengan menggunakan perahu.  Bisa dari Dermaga Satu maupun Dermaga Dua Rammang-Rammang, karena posisinya terletak di antara dua dermaga itu.

Sepanjang perjalanan menggunakan perahu dan menyusuri sungai kita akan di suguhi keindahan pemandangan gunung karst dan pohon nipah di sepanjang pinggir sungai. Dalam perjalanan kita akan melewati celah batu yang sangat eksotis.

Istilah Rammang-rammang adalah istilah yang berasal dari bahasa Makassar yang berarti adalah awan atau kabut. Penyebutan istilah tersebut diduga kuat merujuk pada kondisi alam, dimana biasanya pada pagi hari kawasan tersebut selalu diselimuti awan dan terkadang kabut tebal. Rammang-Rammang merupakan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia khususnya Kabupaten Maros dari sekian banyak tempat keren lainnya. Baik dari kondisi di sekitar hingga tempat wisatanya yang masih terjaga. Bahkan tak sedikit yang dating untuk menikmati pemandangan dan melepas penat di tempat ini.

Tempat wisata Rammang-Rammang merupakan kawasan gugusan pegunungan kapur atau karst di Maros. Ada keindahan pegunungan karst yang cukup luas dengan adanya sungai dan area sawah yang cantik dan ada di sekitarnya. Bagi yang suka berburu foto indah tentu di sinilah tempatnya. Rammang Rammang Maros diketahui memang terbentuk sejak lama yakni sekitar 30 juta tahun yang lalu. Tetapi di kawasan ini memang diperkirakan baru mulai dihuni manusia dengan 40 ribu tahun lalu. Jejak manusia di masa lalu itulah yang sampai saat ini masih bisa dinikmati oleh para pengunjung melalui tulisan tangan ataupun simbol yang ada di dinding gunung.

Kita bisa menikmati pesona dari Telaga Taman Bidadari. Untuk mencapai Telaga Taman Bidadari kita melewati bebatuan kapur terlebih dahulu karena tempat dari TelagaTaman Bidadari ini berada di tengah-tengah pegunungan kapur. Objek wisata ini bias dibilang merupakan objek wisata ekstrem yang ditemukan dengan susah payah. Sementara untuk air dari Telaga Taman Bidadari ini asalnya dari celah batu kapur yang merupakan air tawar.

Gua Bulu Barakka yang letaknya juga tak jauh dari kawasan Hutan Taman Batu Kapur Rammang-Rammang. Sementara dalam bahasa Bugis, Bulu berarti gunung dan Barakka berarti berkah dari yang Maha Kuasa. Di gua ini kita bias menemukan arkeologi yang berupa cap tangan dan dipercaya merupakan cap tangan dari manusia purba yang hidup kurang lebih beribu tahun silam.

Gua Telapak Tangan satu jalur dengan Telaga Taman Bidadari yang kurang lebih jaraknya adalah 2 km dengan berjalan kaki. Di gua ini ada peninggalan arkeologi yang bisa Anda temukan berupa telapak tangan manusia purba, gambar binatang dan gambar perahu yang dihasilkan oleh manusia purba.

Gua Pasaung, gua ini merupakan gua yang ketiga dan berada di Desa Berua. Ada juga yang memberi nama sabung karena dulunya memang digunakan untuk melakukan tradisi atau hiburan yang berupa sabung ayam.

Kampung Berua ,Di dalam kawasan ada perkampungan yang di diami warga namanya Kampung Berua. Di kampung ini kita bias menemukan adanya pemandangan sawah yang asri dan menghijau dan masyarakatnya yang ramah. Ada pantulan pemandangan cermin yang begitu indah dan eksotis. Kampung Berua Maros, sebuah perkampungan yang di kelilingi gunung-gunung karst yang sangat unik menjulang tinggi dengan hutan tropis di sekelilingnya. Konon kabarnya, daerah ini merupakan tempat persembunyian para pejuang bangsa yang berada di sekitar Maros dan Pangkep Takkala.

Padang Ammarung adalah sebuah spot di atas bukit, dimana pengunjung bias melihat view Kampung Berua dari atas ketinggian. Spot ini menyajikan pemandangan sangat indah dari atas bukit. Untuk sampai kesini juga lumayan jauh jalannya.Pengunjung tinggal jalan lurus saja menyusuri pematang sawah dan tambak-tambak ikan, kemudian menyeberang jembatan kayu di atas aliran Sungai Pute. Kemudian memanjat bukit-bukit berbatu keabu-abuan, hingga tiba di puncak bukitnya.


Tinggalkan Balasan

1 komentar