Ini hari keempat diselenggarakan lomba blog di PGRI yang dikomandani Omjay. Meski hari keempat baru kutulis edisi pertama. Berarti terlambat dong? Iya. Kan, lebih baik terlambat daripada tidak datang sama sekali. Itulah salah satu prinsip yang kupegang. Gak papa terlambat, yang terpenting ke depan bisa konsisten. Mirip dengan gak papa tulisan pertama kurang sempurna, yang terpenting berproses dan makin lama makin baik menuju sempurna.
Ada salah seorang peserta bertanya kepada Omjay selaku panitia bagaimana jika tulisan blog pada hari yang bersangkutan terlambat. Bisakah dirapel hari berikutnya? Jawabnya bisa, tetapi tak bisa jadi pemenang. Waduhhhh, ini artinya tak bisa menang dong. Hehehe. Semoga hanya tak bisa menang pada hari keterlambatan. Wahhh, ini sih edisi ngarep.com.
Ada alasan mengapa hari pertama, kedua, ketiga diri ini terlambat setor tulisan. Masalah utamanya, si ‘dia’ baru ngambek. Si dia gak bisa diajak kompromi. Si dia melarang diriku setor tulisan pada hari itu. Memang, si dia itu siapa? Hahaha. Bener pengin tahu??? Si dia adalah laptop kesayanganku.
Tanggal 1 hingga 3 si diaku harus opname. Tanggal 3 siang pulang. Sesampai di rumah, menemaniku belum sampai puas harus opname lagi. Mungkin, dokter laptop belum mampu mendiagnosis penyakitnya. Soalnya si dia tak mau banyak bicara hingga tak bercerita panjang lebar membuat sang dokter agak kebingungan. Satu lagi alasan, dia lahir di negeri orang yang didapat anak saat tugas belajar. Jadinya, sang dokter belum familiar dengannya.
Kupompa semangat di hari keempat. Artinya, harus mampu setor empat tulisan. Kukobarkan semangat demi membulatkan tekad. Bismillah, semoga Allah memberi kemudahan. Juga ditopang semangat buku Negeri 5 Menara nya Mas Ahmad Fuadi. Ada mantra man jadda wajada (barangsiapa bersungguh-sungguh akan berhasil) yang menguatkan semangat demi membulatkan tekad.
Ada pesan Omjay hadir di sini. Menulislah dari hati agar bertemu hati pembaca. Ada pula pesan menulislah dengan sempurna atau tidak sama sekali. Waduhhh pesan yang kedua ini perlu berproses. Insyaallah suatu saat bisa menuju ke sana. Ada pula pesan menggelitik. Orang yang tidak membaca buku sama buruknya dengan orang yang tidak bisa membaca. Begitu pula orang yang tak menulis buku sama halnya dengan orang yang tidak menulis.
Akhirnya harus kubulatkan tekad dan semangat untuk menulis. Tak perlu takut cibiran dan kritikan. Jadikan cibiran sebagai suplemen yang menjadikan diri semakin kuat.
Semangat bunda