“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. “
– Pramoedya Ananta Toer-
Jika kita renungkan, benar juga kata-kata ini. Telah banyak orang hebat, orang pandai, orang hebat, tetapi karena tidak menuliskannya menjadi tidak pernah diingat orang lain.
Sebaliknya mereka yang pernah menulis buku misalnya. Disaat ini buku ber ISBN, artinya buku itu sudah termasuk dilindungi Undang-Undang, dan akan tetap dijaga keutuhannya oleh negara. Setidaknya generasi penerus akan melihat jejaknya. Jika yang dituliskan pengetahuan, artinya ada jejak pengetahuan yang bisa djadikan pijakan bagi pengetehuan selanjutnya.
Imam Al Ghazali pernah menuturkan, “ Bila Kau bukan akan Raja dan bukan ulama besar, maka menulislah agar hidup ini lebih mulia bagi sesama.”
Saya percaya peserta tantangan menulis ini adalah kumpulan guru penulis yang penuh semangat. Mahkota atau kemuliaan seorang penulis adalah jika mempunyai buku sendiri. Semua pasti semangat menulis dengan sebaik-baiknya dalam berbagai genre. Ada artikel, puisi, dongeng, cerita, kolom dsb. Alangkah baiknya jika seorang guru sudah memberikan teladan menulis bagi siswanya. Semoga keteladannya akan menular kepada para siswanya. Aamiin.
Persoalaannya kemudian adalah bagaimana menulis buku yang bisa menembud penerbit mayor ? Begitulah tema bahasan belajar menulis Om Jay Jumat malam 12 Februari 2021. “ Menulis Buku yang Diterima Penerbit.” Dengan Moderator Mr. Bams julukan Bambang Purwanto, pegiat literasi di SMP Taruna Bakti Bandung, mengantar narasumber Joko Irawan Mumpuni direktur Penerbit Andi Yogjakarta.
Topik ini sangat menarik karena dibedah dari sisi penerbit, Sedangkan pendengar (via WA) malam itu sebagian besar penulis yang semangat ingin menerbitkan buku di penerbit mayor. Sebelum membahas tehnis penerbitan, pak Joko menjelaskan posisi seorang penulis. Posisimya digambarkan dari tingkat paling rendah saya tidak ingin menulis, sampai level tertinggi, ya saya akan menulis dengan semangat akhirnya menghasilkan produk buku.
Dalam proses penerbitan buku dikenal 4 bagian penting kelompok, yaitu penerbit, penyalur, pembaca, penulis. Keempatnya inilah penentu terbitnya sebuah buku saling terkait menjadi lancar atau tidak. Namun perlu diperhatikan bahwa faktor lain yaitu penghambat literasi, sekaligus mempengaruhi penerbitan buku. Ada 3 penghambatnya : 1) Minat baca rendah, kurang bacaan, dan kualitas bacaan, 2) Minat tulis rendah, karena bangsa kita lebih senang dengan budaya lesan. 3) Apresiasi hak cipta yakni masih tingginya angka pembajakan buku.
Proses penerbitan buku juga dibahas tuntas tehnis dari pengiriman naskah, editor, pengurusan ISBN dll. Termasuk cara memilih penerbit, yang terpercaya. Bercirikan antara lain mempunyai visi dan misi yang jelas, berpengalaman, mempunyai jaringan pemasaran, kejujuran dalam pembayaran. Jangan sampai seorang penulis pemula salah mengirim naskah, tahunya ke broker yang tidak punya percetakan sendiri dan naskahnya dijual kembali.
Pemilihan topik yang lagi ngtrend untuk menulis buku perlu dipertimbangan, sa;ah satunya dengan bantuan google trend. Dari sana muncul kata kunci bahasan untuk buku yang sedang trend. Saat ini yang masih trending antara pemasaran, kesehatan, pemanfaatan waktu luang di rumah. Sedangkan tehnis menulis buku di penerbit Andi bebas memilih gaya selingkungnya. Caranya seperti biasa mengirim naskah, sebelum akhirnya diterima atau ditolak.
Bagaimana sebuah buku diterima oleh penerbit ? Dari sisi penerbit ada penilaian khusus, misalnya editor, pemasaran, keilmuan , dan reputasi penulis. Keempatnyanya bisa saling berpengaruh, karena sebagai penulis pemula beda dengan penulis ternama, juga pemilihan tema populer dengan tidaknya tentu akan mempengaruhi pemasaran.
Jika karya penulis berhasil diterbitkan ada 4 hal pasti yang diperolehnya : kepuasan, reputasi, karir dan uang. Selamat atas jerih payah yang dilaluinya. Sebelum itu jelas terjadi pergualatan antar penulis idealis dan industrialis. Seorang idealis, tentu saja tujuan menerbitkan buku semaunya tanpa berhitung banyak hal termasuk laku tidaknya buku. Ini biasanya terjadi jika seorang penulisnya profesor, menerbitkan beberapa buku dengan ketebalan tertentu dan judul tertentu yang sulit diarahkan. Sebaliknya bagi penulis indstrualis, pokoknya buku cepat terbit dan terjual dan segera mendapatkan uang. Dan itu semuanya sah saja. Karena bagi penerbit terkadang menemukan 2 hal itu dan perpaduannya juga menjadi jalan keluar.
Bagi penulis yang ingin menulis buku dengan baik tentu harus terus menulis. Ingat wejangan di buku Om Jay, Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Tetapi harus diingat kegiatan menulis harus disertai rajin membaca.
“ Bacalah.” Begitulah ayat AL Quran yang turun pertama kalinya kepada nabi Muhammad saw, 1500 tahun lalu di Gua Hiro. Ayat itu menegaskan betapa pentingnya membaca. Begitu pula bagi seorang penulis. Membaca adalah kebutuhan utama untuk menjadikan tulisannya menjadi semakin bermakna.
Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik. ( Hernowo)
Dengan membaca, menjadikan seseorang menjadi lebih kritis dan bermartabat. Bung Hatta pernah menuliskan , “ Bangsa yang berkarakter adalah Bangsa yang membaca.”
Sudah saatnya kita mulai memperhatikan siswa kita dalam hal satu ini “membaca.” Penilaian dunia terhadap minat membaca di negera kita sangat rendah, semoga itu menjadikan tantangan dan tekad kita semua untuk lebih menggiatkan lagi Gerakan Literasi Sekolah.
Maka segeralah menuliskan buku dan terbitkan. Selipkan pesan tentang membaca, dan segera menulis.
Alhamdulillah. Kuliah malam itu mendapat ilmu tentang seluk beluk menerbitkan buku di penerbit Mayor Andi.
Di hari ke 12 ini saya isi resume kegiatan tadi malam dan berharap semoga di akhir tantangan Februari ini bisa menerbitkan buku tentang literasi di Sekolah dan Masyarakat. Mohon doanya nggih para pembaca sekalian. Terimakasih.
Blitar, 12 Februari 2021
Ditulis oleh. Hariyanto – Blitar
NPA. PGRI 13170200445