CATATAN ini sudah satu bulan yang lalu. Catatan pengalaman unik saya pada hari Ahad (07/02/2021) sebulan yang lalu itu. Itulah hilangnya kunci kamar. Hilang kunci kamar? Iya, betul. Tak diketahui dimana tercecernya saat sampai di rumah. Saya ingat sehabis sarapan di Kedai Kopi Bo Tan (Tanjungbalai Karimun) pagi itu kami terus ke Pasar Maimun untuk berbelanja dapur. Biasalah hari Ahad. Isteri saya berbelanja sebentar lalu terus ke rumah. Tahu-tahunya di rumah kunci kamar tidak ada di tempat biasa kami meletakkan kunci kalau naik mobil. Akibatnya tidak bisa masuk kamar pada saat seharusnya masuk.
Peliknya bukan hanya sekadar tidak dapat masuk kamarnya yang membuat sedikit dongkol tapi rusak dan buyarnya beberapa rencana kegiatan yang tadinya sudah terjadwal untuk Ahad itu. Meski hari Ahad yang konotasinya libur, tapi saya dan isteri sudah ada jadwal hari itu, yakni pertemuan bulanan IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Kecamatan Meral. Tapi, ya gagal jadinya.
Sejatinya, sepulang dari sarapan pagi dan pergi ke pasar untuk berbelanja saya dan isteri akan ke acara pertemuan haji, IPHI Kecamatan Meral yang pertemuan kali ini sangtalah penting. Oleh ketua dan beberapa teman sudah diingatkan bahwa pertemuan kali ini penting karena akan membicarakan pergantiaan kepengurusan IPHI Kecamatan Meral. Pengurus yang saat ini ada sudah habis masa baktinya.
Saya dan isteri pun sudah sepakat akan pergi dan ikut pertemuan kali ini. Beberapa pertamuan terakhir kami memang sering berhalangan hadir. Pertemuan kali ini, sesuai jadwal akan dilaksanakan di Masjid Aljihad, Baran, Meral. Beberapa hari sebelum hari itu saya dan isteri sudah memberikan jaminan akan hadir. Tapi itu tadi. Kami terhalang masuk kamar karena kunci yang hilang. Tentu saja kami tidak bisa bersiap diri, mandi dan ganti pakaian sepulang dari pasar.
Dalam rencana, sepulang dari pasar isteri akan masak dulu untuk makan siang. Selesai masak itulah direncanakan akan ke masjid Aljihad. Pokoknya sesuai rencana, setelah menyiapkan masakan untuk makan siang saya dan isteri akan berangkat ke pertamuan IPHI. Kini rencana itu buyar. Apakah Tuhan marah karena kami terlalu yakin akan bisa ikut pertemuan itu sebagaimana kami sampaikan kepada beberapa orang teman? Entahlah. Pastinya, kehilangan kunci ini telah mengubah rencana awal kami. Tapi sekaligus timbulnya semacam penyesalan kami, mengapa kami terlalu yakin akan bisa hadir. Bukankah tidak boleh terlalu yakin akan sesuatu yang akan datang?
Catatan lain berkaitan kehilangan kunci ini adalah tertuduhnya cucu kami, Akiif dan adeknya, Caca. Kebetulan selama dalam perjalanan cucu kami Caca sempat bermain kunci kamar itu. Dia ambil di tempatnya dan dimainkannya sebentar. Saya melihat itu. Tapi kunci itu sudah kami ambil dari tangannya. Rasanya dia tidak lagi memegang kunci itu. Namun, nama kedua cucu ini sempat kami kaitkan dengan raibnya kunci kamar.
Namun, karena kunci itu akhirnya memang hilang dan setelah ditelusuri jalan kami tadi, dan kuncinya tidak juga ditemukan di jalan atau di tempat tadi kami berhenti, maka akhirnya mengikhlaskan hilangnya kunci itu. Kami harus memanggil seorang tukang (Muaz) untuk membuka paksa kunci pintu dan menggantinya dengan kunci baru. Tentu saja waktunya tidak sebenat. Hingga menjelang zuhur barulah tuntas membuka dan memasang kunci baru. Padahal pertemuan IPHI itu dimulai pukul 10.00 pagi. Ya, gagal ke sana. Dan cucu juga tidak lagi kami kaitkan dengan hilangnya kunci itu.***