Perjalanan karirku mengajar KIBI

Karir49 Dilihat

Perjalanan karirku mengajar KIBI

Kursus intensif Bahasa (KIBI) Inggris di Disdikal pertama kali dibuka pada tahun 2001. Saat itu saya baru pindah dari Pusat Bahasa Hankam (Pusbasa Hankam), yang sekarang bernama Pusdiklat Bahasa Kemhan. Saat itu saya berpangkat Letnan Dua (Letda), selesai mengikuti Pendidikan Calon Perwira (Capa) ke-29 di Kodiklatal Surabaya. 14 November 2000 lulus dari Capa, penempatan baru ada di Dinas Pendidikan TNI AL (Disdikal).

Selama 3 bulan semenjak lulus dari Pendidikan Perwira, saya belum diijinkan untuk berangkat di Satuan Kerja (Satker) baru, yaitu Disdikal karena sebenarnya Pusbasa menginginkan saya untuk tetap berdinas di Pusbasa untuk tetap mengajar bahasa Inggris. Rapat diadakan diantara para guru agar saya tetap mengajar di Pusbasa namun saya berusaha menjelaskan ke pimpinan suatu saat saya akan kembali ke Pusbasa untuk memperkuat team pengajar Bahasa Inggris.

Saya juga menjelaskan kesempatan pindah ke TNI AL merupakan keinginan saya untuk mengabdi ke TNI AL dimana pertama kali saya dilahirkan sebagai prajurit TNI AL dengan pangkat Sersan Dua (Serda), pangkat pertama saya. Saya meninggalkan TNI AL ketika saya berpangkat Sersan Satu (Sertu) selesai mengikuti Kursus intensif Bahasa Inggris tingkat Advance di Pusbasa Kemhan yang dilanjutkan dengan kursus Dasar Instruktur Bahasa Inggris (DIBI). Semenjak itu saya secara resmi menjadi guru Bahasa Inggris di Pusbasa Hankam.

Dengan bekal pengalaman mengajar di Pusbasa Hankam, saya yakin bahwa saya bisa mengadakan KIBI di Disdikal bagi personel TNI AL. Ternyata ide saya sangat di dukung oleh Kasubdis Opsdik saat itu bapak Kolonel Sudoto dan sebagai pimpinan tertinggi adalah Kadisdikal, bapak Laksamana Pertama (Almarhum) Maninga Sihombing. Para pejabat di Disdikal sangat menghargai ide dan usaha saya untuk mewujudkan KIBI I bagi personel TNI AL dengan peserta dari berbagai Satker Angkatan Laut di Indonesia.

Kesempatan untuk belajar tidak hanya bagi yang berdinas di Jakarta namun dari berbagai daerah diluar Jakarta dan bahkan dari Luar Pulau Jawa. Berbagai tujuan personel TNI AL yang mengikuti KIBI di Disdikal diantaranya mereka memang ingin bisa berbahasa Inggris, ingin dapat belajar ke Luar negeri atau bahkan belajar sambil berkumpul dengan keluarga. Apapun alasan mereka untuk belajar bahasa Inggris saya sangat apresiasi akan kemauan mereka untuk lebih maju dan berusaha untuk menjadikan Bahasa Inggris sebagai gerbang masa depan yang lebih cerah. Demikian juga dengan Disdikal sangat support dengan kegiatan belajar mengajar di Disdikal.

Suasana di Disdikal menjadi lebih hidup karena kehadiran siswa KIBI dan bapak Kadisdikal saat itu mengadakan English Day di setiap hari Rabu terutama setiap istirahat minum kopi pukul 10.00. Kadisdikal memotivasi seluruh personel Disdikal khususnya untuk bisa berbahasa Inggris. Namun pada kenyataannya karena kesibukan Disdikal disetiap subdis, membuat personel tidak dapat bertemu berbarengan, sehingga belajar bahasa Inggris pada saat minum kopi tidak efetif. Tidak semua personel berani untuk berbicara bahasa Inggris seehingga pada saat ada kesempatan English Day mereka cenderung menghindar.

Setiap berganti pimpinan, bahasa Inggris menjadi perhatian khusus untuk meningkatkan personel TNI AL tanpa terkecuali. Untuk membuat personel Disdikal mau belajar bahasa Inggris, saya mengajar dari satu ruangan ke ruangan. Yang saya persiapkan berupa dialog dengan berbagai situasi. Respons para personel cukup positif, mereka mulai belajar berbahasa Inggris dengan menghafalkan dialog. Kegiatan itu berlangsung beberapa bulan. Kembali karena kesibukan mereka dan saya, kegiatan belajar mengajar untuk personel Disdikal tidak bertahan lama.

Saya harus mengajar KIBI TNI AL dengan team guru lainnya yang berada di Mabesal selama tiga bulan secara intensif. Dalam setahun terdapat empat jenis kursus bahasa Inggris yaitu KIBI Reguler bagi militer dan PNS, KIBI Reguler khusus PNS yang akan mengikuti Diklatim (Pendidikan Pelatihan Kepemimpinan), MC Bahasa Inggris dan public speaking. Jarak kursus sangat berdekatan sehingga saya dan team hanya beristirahat seminggu sebelum kursus berikutnya di buka.

Saya menggunakan buku-buku bahasa Inggris versi Amerika sesuai dengan level siswa. Beberapa materi tambahan saya dapatkan dari buku-buku referensi yang saya beli dari toko buku Gramedia atau toko buku lainnya. Saat itu internet belum begitu marak walau sudah ada. Dengan berjalannya waktu, mengajar menjadi lebih mudah karena materi tambahan bisa didapat dari internet baik berupa video maupun transkrip pelajaran-pelajaran lainnya.

Dalam perjalanannya, KIBI PNS tidak diadakan lagi secara khusus namun para PNS dapat belajar bahasa Inggris dengan bergabung ke KIBI Reguler TNI AL yang terdiri dari strata Tamtama, Bintara dan Perwira serta PNS sederajat. Sedangkan MC dan Public Speaking diganti dengan workshop instruktur bahasa Inggris yang dilaksanakan dua kali. Workshop pertama membahas hal-hal dalam proses pengajaran dan perkembangan siswa. Peserta workshop adalah instruktur bahasa Inggris junior atau yang belum mengikuti kursus di luar negeri. Tujuan dari workshop pertama ini memberikan rasa percaya diri dalam mengajar juga sebagai media sharing diantara guru senior dan junior.

Workshop kedua membahas tentang meningkatkan kemampuan public speaking para instruktur, bagaimana cara menjadi moderator, menjadi chairman yang memimpin seminar atau rapat, bagaimana bernegosiasi dalam bahasa Inggris dan bagaimana berpresentasi dalam bahasa Inggris. Kedua kegiatan workshop ini sangat positif karena selain dapat meningkatkan tali silaturahmi diantara para guru bahasa Inggris juga dapat meningkatkan kemampuan mengajar bahasa Inggris mereka.

Di dalam mengajar tantangan terbesar yang dirasakan para guru bahasa Inggris ketika mengajar level elementary atau pre elementary. Perlu kesabaran ekstra. Bagi saya mengajar bukan hanya sebagai profesi namun sebagai hobi. Ketika di dalam kelas serasa hari berlalu begitu cepat. Para siswa sangat lucu ketika mereka mengucapkan kata dengan aksen daerah mereka. Beberapa siswa memiliki kepercayaan yang tinggi untuk tampil di depan dan beberapa yang merasa ketakutan.

Untuk mengurangi rasa takut ketika tampil di depan saya mengijinkan mereka untuk membawa draf speaking mereka untuk berpresentasi atau berdialog dengan temannya. Saya juga mengadakan group presentation yang terdiri dari tiga atau empat siswa dalam setiap group. Setiap group memiliki topik yang berbeda. Mereka bekerja sama untuk berpresentasi dengan membagi setiap sub topik kepada anggota group.

Terdapat dua topik untuk dipresentasikan oleh setiap group. Topik pertama yaitu demonstration presentation yaitu menunjukkan bagaimana memasak makanan tertentu. Urutan makanan seperti yang disajikan ala international yang dimulai dari appetizer berupa salad (fruit atau vegetable salad) , soupmain course dan dessert. Jenis makanan boleh makanan Indonesia sebagai main course-nya dan dessert-nya boleh buah-buahan atau pie.

Topik yang lain tentang description dari suatu daerah di Indonesia. Banyak sekali yang dapat diceritakan. Mereka dapat menceritakan tentang masyarakat di suatu daerah, transportasi, makanan khas daerah dan obyek wisata di daerah yang akan di ceritakan. Saya mendapat banyak ilmu dari mereka tentang berbagai daerah di Indonesia selama satu hari. Tidak perlu membaca dari internet secara keseluruhan.

Kegiatan diatas saya praktekkan untuk KIBI Reguler militer dan PNS level elementary dan intermediate. Belajar diluar kelas juga saya praktekkan dengan memberikan kesempatan mereka untuk berkunjung ke anjungan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Setelah berkunjung mereka mendapat tugas untuk menulis dan presentasi.

Saat ini KIBI TOEFL sedang berlangsung. KIBI dengan level intermediate dan advance persiapan ke luar negeri. Membutuhkan banyak persiapan bagi seorang guru agar mengajar lebih menarik. Mengajar mereka lebih mudah karena mereka telah memiliki dasar bahasa Inggris yang bagus. Guru juga sebagai fasilitator dan motivator. Siswa tidak banyak diberikan teori namun lebih kepada memperbanyak praktek di kelas. Sebagai guru saya meminta mereka untuk mencoba beberapa practice test yang sebenarnya sulit.

Perjalanan kursus bahasa Inggris di Disdikal sudah berlangsung selama 20 tahun. Sudah banyak siswa yang memiliki kemampuan bahasa Inggris lebih baik dari para guru mereka. Sudah banyak yang belajar ke luar negeri dan menjadi orang sukses. Sebagai guru mereka, saya sangat bangga dengan mereka. Hingga akhirnya tugas baru berada di depan saya, Saya harus pindah ke institusi baru Lemhanas. Tantangan baru yang membawa perjalananan karir saya lebih baik.

Saya serahkan tugas mengajar ke pengganti saya dan guru-guru dalam team pengajar KIBI. Semoga di tahun-tahun berikutnya Kursus Intensif Bahasa Inggris di Disdikal akan tetap eksis dan semakin baik tanpa kehadiran saya. Pengalaman mengajar di Disdikal selama 20 tahun memberi kenangan tersendiri yang tidak mungkin terlupakan. Semoga ilmu yang pernah saya bagikan, bermanfaat bagi para siswa saya.

“Teachers have three loves: loves of learning, loves of learners, and the love of bringing the first two loves together.

-Scott Hayden-

Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M.

Jonggol, 9 April 2021

Tinggalkan Balasan

1 komentar