KETIKA MINAT BACA MULAI TURUN
Ketika saya merasa minat baca mulai turun, saya segera memilih buku cerita yang saya sukai, bisa novel atau cerita rakyat dari berbagai belahan dunia. Tidak hanya dari daerah di Indonesia namun juga dari negara-negara lain yang menceritakan tentang kerajaan, putri dan pangeran. Cerita-cerita itu selalu mengajarkan kebaikan melawan kejahatan. Ketika membaca buku-buku yang bertema suatu kerajaan saya biasanya sangat termotivasi untuk terus membaca.
Pada saat kecil, saya senang membaca komik silat dari negeri China, buku “Kho Ping Hoo” dengan berbagai tema yang saat ini tidak pernah saya baca lagi. Saat itu saya masih duduk di bangku SD. Saya pinjam dari teman kakak yang memiliki koleksi komik dan majalah. Saya membaca pada saat siang hingga sore hari di gubuk, agak jauh dari rumah. Tentunya setelah pulang sekolah dan makan siang. Kadang-kadang tidak sempat makan siang karena belum ada yang dimakan. Cukup minum teh dan makan ubi rebus. Sisanya mencari buah-buahan yang sudah jatuh dari rumah tetangga. Hahaha,..kisah masa kecil yang tidak pernah terlupakan.
Masih tempat membaca sewaktu kecil, yaitu Gubuk kecil tapi bersih dekat dengan rumah teman kakak yang meminjamkan komik ke saya. Gubuk dikelilingi tanaman rumput liar hijau pendek-pendek juga ada beberapa pohon di dekatnya. Kadang-kadang ada ular sawah melintas namun gubuk lumayan tinggi ular tidak bisa naik.
Hal yang sangat menyenangkan ketika membaca semilir angin masih terasa sejuk walau di siang hari. Beberapa meter dari samping gubuk terdapat tanggul sungai Brantas dengan pepohonan di sepanjang tanggul. Tanaman padi juga dapat terlihat dari gubuk. Menurut saya tempat itu sangat nyaman untuk membaca.
Di sekolah saya, SD Negeri Mojoroto 1 Kediri, juga ada perpustakaan kecil yang menyediakan buku-buku pelajaran dan buku-buku cerita rakyat seperti Malin Kundang, cerita Keong Emas, Timun Emas, yang sekarang masih banyak kita jumpai namun di internet. Saat itu saya sering berebut untuk pinjam buku di perpustakaan. Karena mayoritas siswa SD menyukai cerita rakyat daripada buku pelajaran maka buku cerita sering kosong karena sudah dipinjam teman lain.
Ketika mulai belajar di SMP saya masih menyukai membaca cerita rakyat di Pulau Jawa yang sangat terkenal saat itu adalah buku,” Api di Bukit Menoreh.” Karangan SH Mintardja. Saya sangat suka nama daerah-daerah di Jawa Tengah yang menjadi tempat cerita kepahlawanan orang-orang terdahulu.
Nama-nama tokoh-tokoh juga indah-indah seperti Pandan Wangi, Sekar Mirah untuk para wanitanya sedangkan Agung Sedayu, Untara dan Widura adalah nama-nama untuk para prianya. Kisahnya sangat mendebarkan. Pesan dari cerita selalu menekankan bahwa kebajikan akan mengalahkan kejahatan. Saat ini bisa kita jumpai di internet atau dengan men-download di play store kita sudah dapat membacanya kapan kita mau, yang terpenting kuota internet ada.
Mengapa buku-buku cerita lebih menarik dari pelajaran ya. Mungkin karena mindset kita sudah terbentuk bahwa buku pelajaran lebih rumit karena bersifat fakta bukan khayalan. Untuk pelajaran-pelajaran tertentu seperti bahasa Indonesia atau bahasa Inggris masih berupa cerita sehingga lebih menarik. Demikian juga dengan buku Biologi masih cukup menarik bagi saya. Itu ketika saya masih SMP atau SMA.
Saat ini ketika minat baca mulai menurun saya akan membaca buku-buku yang ringan dibaca bisa buku antologi karya teman-teman literasi bisa juga membaca tips kesehatan, kecantikan atau tips untuk pengembangan profesi. Karena saya guru saya menyukai membaca teknik mengajar atau bahan ajaran untuk siswa saya.
Membaca buku ditemani musik dan teh hangat serta snacks sangat nyaman dan rileks. Apalagi jika duduk di teras dengan pemandangan hijau di depan teras atau birunya langit.
Bagaimana dengan teman-teman pecinta literasi, bagaimana meningkatkan mood teman-teman untuk membaca buku?
Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M.,CTMP.
Jonggol, 11 April 2021