“Pulau Panjang Jauh di Tengah
Di Balik Pulau si Angsa Dua
Hancur Badan di Kandung Tanah
Budi nan Baik Dikenang Jua”
Baris pantun di atas memang tidak pernah dapat saya lupakan semenjak pertama kali membacanya dalam pelajaran sastra di SMP jaman dahulu. Walaupun versi aslinya sebenarnya adalah Pulau Pandan namun saya selalu salah menghafalnya sebagai Pulau Panjang.
Dan dimana kah Pulau Panjang itu?
Berikut adalah sekilas kenangan masa lampau perjalanan saya menuju ke Pulau Panjang atau Long Island yang berada di pantai timur negara adidaya Amerika Serikat. Sebuah pulau yang bentuknya memanjang dari Montauk di ujung timur sampai ke jantung kota New York di Manhattan.
Kisah ini terjadi di tahun-tahun terakhir abad lampau tepatnya di bulan Desember tahun 1998 lalu. Sebuah kisah dan perjuangan yang tidak mudah dilupakan karena pada saat itu penulis diharuskan bepergian sampai lebih setengah bumi hanya untuk mendapatkan selembar sertifikat. Sertifikat itu adalah tanda kecakapan yang dikeluarkan oleh badan otoritas penerbangan di Amerika Serikat.
Perjalanan dimulai dengan pesawat Cathay Pacific CX888 yang membawa kami dari Hongkong menuju New York. Kala itu belum ada pesawat yang terbang non stop Hong Kong New York, sehingga CX888 ini transit sebentar di Toronto, Kanada. Setelah mendarat di Bandara JFK, sebuah kendaraan sudah menjemput kami. Sopir nya tinggi besar dan berkulit hitam, Kendaraan ini tidak membawa kami menuju pusat kota New York yang terkenal dengan julukan Big Apple, melainkan ke arah timur menuju Suffolk County di Long Island. Tepatnya ke sebuah kota kecil bernama Riverhead.
Selama lebih dari satu minggu kami tinggal di Riverhead dan harus setiap hari pergi ke training school yang terletak di Mc Arthur Airport di Ronkokoma. Di training school ini, kami berlatih dan melakukan persiapan terakhir sebelum maju ke ujian tertulis yang dilaksanakan secara daring. Asyiknya, setiap hari seorang sopir taksi wanita berusia 45 tahunan dan berkulit hitam lah yang mengantar dan menjemput kami. Bahkan dia juga yang selalu mengantar kalau kami hendak berbelanja atau sekedar berjalan-jalan di sekitar kota kecil Riverhead ini.
“Please take her away with you!,” teriak sopir taksi itu pada suatu kali dia menjemput kami dan ternyata di dalamnya ikut juga seorang gadis hitam manis berusia belasan tahun. Ternyata gadis ini adalah putri sang sopir taksi dan karena kenakalannya membuat sang ibu menjadi sangat jengkel dan bahkan bersedia bila putrinya kami bawa pulang ke Indonesia. Ada-ada saja!
Sebelum ikut ujian, kami juga harus melakukan pendaftaran ulang di kantor cabang otoritas yang terletak di Republic Airport di Farmingdale. Kala itu, pertengahan bulan Desember sehingga cuaca sudah mulai dingin walaupun belum sampai di bawah nol derajat. Selain peserta dari Indonesia, ada juga yang berasal dari Turki, dan tentunya dari Amerika sendiri.
Setelah dinyatakan lulus ujian tertulis, langkah selanjutnya adalah mengikuti ujian lisan dan praktik. Untuk ujian ini, setiap peserta dialokasikan penguji dan tempat yang berbeda-beda. Seorang teman mendapat tempat ujian di East Hampton Airport, yang letaknya tidak terlalu jauh dari Riverhead, namun ada juga yang lumayan jauh di sebuah lapangan terbang kecil di negara bagian New Jersey.
Saya termasuk beruntung karena mendapatkan tempat ujian di kawasan JFK Airport di New York City. Artinya kesempatan untuk melihat-lihat dan berkelana di kota New York yang tadinya hanya merupakan impian akan segera menjadi kenyataan setelah sekitar satu minggu hanya tinggal di “kampung” di Long Island.
Dengan menggunakan kereta api LIRR (Long Island Rail Road) dari stasiun Speonk , yang letaknya beberapa kilometer dari Riverhead, saya pun menuju New York City .Tujuan perjalanan kali ini adalah Stasiun Jamaica yang letaknya tidak jauh dari kawasan Bandara JFK. Kebetulan untuk ujian lisan ini saya menginap di sebuah hotel di kawasan dekat Bandara JFK. Keesokan harinya, sesuai perjanjian saya sudah dijemput oleh sang penguji dan kemudian dibawa ke tempat kerjanya.
Ujian lisan dan praktik berlangsung mulus sehingga saya pun dinyatakan lulus. Selembar sertifikat sementara pun sudah di kantong. Asyiknya masih ada beberapa hari sebelum jadwal kembali ke tanah air sambil menunggu teman lain yang masih ujian. Tentunya saya tidak mau tinggal di dekat JFK. Saya harus melihat kota New York, ibu kota dunia dimana ratusan etnis dan bangsa dari seluruh dunia berkumpul. Dengan kereta LIRR pula perjalanan dilanjutkan dari Jamaica menuju Penn Station yang tepat berada di jantung Manhattan. New York City, Aku Datang untuk mengenalmu lebih dekat! .
Selama beberapa hari, saya sempat berkelana seorang diri di kota terbesar dan teramai di AS ini. Banyak tempat menarik yang dulunya hanya ada dalam impian kini menjadi nyata dan sempat saya kunjungi. .Di antaranya naik ke puncak Empire State Building, Central Park, ke Markas besar PBB dan juga tidak lupa menyambangi gedung World Trade Centre, menara kembar yang pada waktu itu masih berdiri dengan gagahnya.
Selain itu perjalanan mengembara dengan subway, bus dan ferry di NYC juga membawa saya ke patung Liberty yang terletak di Liberty Island. Patung wanita membawa obor ini konon merupakan hadiah dari rakyat Perancis untuk kemerdekaan Amerika Serikat dan sangat terkenal karena sudah ratusan tahun menyambut kedatangan para imigran dari benua Eropa yang menyeberangi Lautan Atlantik dengan kapal laut.
Bulan Desember tahun 1998 hampir mendekati akhir, cuaca di New York semakin dingin, dan beberapa hari sebelum tahun berganti, kami semua pun kembali ke tanah air dengan membawa selembar sertifikat yang dengan susah payah didapat. Dan kalau mau , kita juga bisa membawa gadis manis berkulit hitam.
Sebuah fragmen dalam perjalanan hidup yang tidak mudah dilupakan