DARI MANNA SAMPAI KE CINA
Oleh Zalna Fitri, S.Pd.
Berasal dari kota kecil di salah satu kabupaten Bengkulu Selatan, yaitu kota Manna, saya yang dilahirkan di keluarga ekonomi lemah, selalu membiasakan diri untuk melakukan apapun dengan sebaik mungkin. Tidak berani untuk bermimpi yang muluk-muluk seperti kebanyakan orang, tetapi apapun yang diamanahkan selalu dilaksanakan dengan segenap kemampuan. Mulai dari kuliah di Universitas Bengkulu, selesai tepat waktu dalam 4 tahun, walaupun banyak cemoohan dari orang-orang karena dianggap sok-sok an mau kuliah padahal tak berpunya. Tapi doa dan restu orang tua memang sungguh luar biasa. Ibuku yang sudah menjanda sejak aku berumur 3 tahun selalu berpesan kepadaku, lakukan saja yang terbaik, lalu jangan lupa berdoa kepada Yang Maha Kuasa.
Bulan Agustus Tahun 2007 pakaian toga itu kukenakan, kubawa pulang dengan kebanggaan dan penuh rasa syukur pada Tuhan. Bulan Desember 2007 mencoba mengikuti tes PNS seperti yang Ibuku sarankan, walaupun sebenarnya aku telah mendaftar jadi pengajar di salah satu sekolah swasta di Kota Bengkulu, terpaksa aku gagalkan, demi kepatuhanku pada Ibuku. Saat pengumuman kelulusan, tak ada sedikitpun rasa penasaran akan hasil tes CPNS itu. Karena di masyarakat luas beredar isu kalau kelulusan hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yeng punya uang saja. Tapi dia ibuku ternyata diijabah Tuhan. Teman kuliahku yang di Bengkulu mengabari bahwa tertera namaku di Koran sebagai peserta yang lulus CPNS.
Aku mengabdi dengan sepenuh hati. Ke manapun aku dimutasi, tetap kujalani. Mulai dari sekolah yang dekat perkotaan sampai sekolah yang berada di pelosok dengan jalan yang terjal bebatuan. Hingga suatu saat ada kompetisi pemilihan guru berprestasi. Karena aku ditugaskan sebagai PNS DPK, PNS yang diperbantukan di sekolah swasta, dan di sana belum ada guru muda yang sertifikasi, maka kepala sekolah mengamanahkan kepadaku untuk mengikutinya. Awalnya sempat menolak, mengingat aku baru selesai cuti melahirkan, anakku yang kedua masih berumur 3 bulan. Tapi, amanah adalah amanah, tetap aku jalani dengan segala kemampuan. Hasilnya, aku terpilih mewakili kabupaten Bengkulu Selatan untuk mengikuti seleksi ke tingkat provinsi.
Perjuangan itupun tetap dapat ocehan-ocehan, aku dianggap belum memenuhi kulifikasi karena peserta pemilihan guru SMP berprestasi hanya 2 orang, aku dikatakan hanya beruntung saja dan mengejar hadiah. Sakit sebenarnya, tapi aku tak surut langkah. Di provinsi aku bersaing dengan lebih banyak guru yang berasal dari berbagai kabupaten, ternyata lagi-lagi amanah itu diberikan kepadaku, untuk mengikuti seleksi guru berprestasi tingkat nasional. Di sinilah awal mula aku mulai dikenal banyak orang. Orang-orang hebat yang bukan sembarangan, guru-guru berprestasi dari segala penjuru Indonesia.
Bersama guru berprestasi SMP se-Indonesia
Dari kegiatan itulah, akhirnya selalu dapat panggilan, baik sebagai narasumber di daerah, juga sering diundang mengikuti pelatihan-pelatihan tingkat nasional. Menginap di hotel-hotel mewah yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Bertemu orang-orang hebat yang karyanya luar biasa.
Hingga suatu saat, di grup WA guru berprestasi tersiar kabar bahwa ada guru-guru yang dihubungi pihak kemdikbud untuk mengikuti pelatihan ke luar negeri. Ada yang ke Belanda, Malaysa, Cina dan lain-lain. Hatiku bergetar, apakah aku juga bisa ke luar negeri? Saat senja tiba, teleponku pun tak berdering, sengaja kumaksimalkan nada dering, supaya terdengar kalau ada yang menghubungi, tak lupa pula selalu kuiisi penuh baterenya. Aku berharap sekali aku terpilih ke luar negeri. Hingga menjelang isya, handphoneku tak berdering juga. Aku hanya berpasrah pada Allah.
Kalau rezeki tak akan ke mana. Aku baru ingat, ada beberapa keperluan dapur yang harus kebeli karena sudah habbis. Hingga disaat sedang mengantri bayar, akhirnya handphoneku bordering juga. Ternyata benar, akupun turut dipanggil mengikuti pelatihan ke luar negeri. Ingin menangis rasanya saat itu juga, tapi malu karena sedang di tengah keramaian. Tanganku dingin, gemetaran. Entah apa yang terjadi padaku. Aku merasa senang tapi ingin menangis, aku segera pulang setelah belanja. Kutemui suamiku dan kuceritakan yang terjadi. Aku menangis dipelukannya. Anak-anakku sampai heran kenapa aku menangis. Setelahnya kuhubungi Ibuku, kuulang kembali kronologi ceritaku. Ibuku pun menangis tersedu-sedu.
Pengalaman menjadi narasumber
Tibalah saat keberangkatan, perjalanan antar Negara yang cukup melelahkan. Bagaimana tidak, Flight transit Jakrta-Hongkong 5 jam, flight Hongkong-Nanjing China 3 jam, naik bus ke XuZhou 6 jam. Kami tiba di penginapan yang disebut dormitory ketika sudah malam. Rasa dingin menusuk sampai ke tulang. Tubuh ini sangat lelah dan ingin segera istirahat. Beruntung pembagian kamar tidak lama berlangsung. Hanya saja, anggota berjumlah ganjil, jadi cuma aku yang berani di kamar sendiri. Tak apalah, Cuma semalam saja. Besok pagi peserta kloter kedua, juga akan sampai, teman sekamarku yang baik hati, guru SD berprestasi dari Kota Bengkulu, ayuk Merianah, akan menemaniku bersama di satu kamar ini.
Hari pertama diawali dengan acara welcome ceremony. Kami disambut oleh narasumber dari Program Facilitators & Representative from ministry of education in China. Berbagai aturan ketat dan pengamanan dijelaskan dengan baik. Hari-hari selanjutnya kami muai belajar materi. Banyak pengalaman yang kami dapatkan diantaranya Cina sangat memperhatikan lingkungan dan anti kebisingan. Bahasa cina memiliki 4 bunyi (logat) yang membedakan arti. Satu kata akan berbeda artinya jika bunyinya berbeda. Kami juga mengenal mata uang, waktu, hari, bulan, tanggal, warna, bagian tubuh, dan percakapan sehari-hari di Cina.
Mata uang dan penanggalan di Cina
Selain itu, di Cina kami pun mengetahui akan pentingnya pendidikan berorientasi kebutuhan masa depan. Tujuan utama pembelajaran tersebut adalah untuk menumbuhkan inovasi dan kemampuan social peserta didik. System pendidikan yang selalu ditanamkan di sana adalah melalui pendekatan STEM (Sains, Teknologi, engineering, dan matematik).
Kami diajak langsung melihat cara pembelajaran di SD, SMP, SMA dan kampus CUMT (China University of mining Thecnology). Di sinilah secara pribadi, aku merasakan keajaiban akan ilmu. Tak slah Cina menjadi saingan terberat Negara adidaya, karena pembelajarannya benar-benar memberikan pembelajaran nyata. Misalnya di kampus pertambangan CUMT. Peralatan yang ada disana benar-benar didisain serupa dengan peralatan aslinya, hanya saja komposisinya dibuat lebih kecil. Dengan demikian, mahasiswa alumni CUMT apabila memasuki dunia kerja di pertambangan, maka peralatan yang ada sudah dikenal semasa kuliah.
Kampus CUMT dan peralatan di dalamnya
Pengalaman yang paling adalah saat mengunjungi Xuzhou Technological Innovation Center (Pusat Inovasi Teknologi Xuzhou) dan tempat- tempat bersejarah di Cina yang sekaligus menjadi tempat wisata yang indah. Xuzhou Technological Innovation Center merupakan pusat aplikasi pemrograman dasar dan mengkonstruksi robot di sekolah-sekolah kota Xuzhou yang bekerja sama dengan pihak IUIA. Visi dari IUIA yaitu “untuk meningkatkan kesehatan dunia, perlindungan terhadap lingkungan dan masyarakat melalui pengembangan berkelanjutan melalui kewirausahaan dan didasari inovasi untuk para peserta didik dan pengusaha global”. Xuzhou National Hi-Tech Industrial Developement Zone & IUIA Huaihai International Innovation Center serta Pemerintah China bekerja sama dengan United Kingdom, Amerika, Jerman, dan Perancis dalam mengembangkan pendidikan tentang pemrograman dasar dan robot. Selain itu perusahaan juga mengikat kerjasama dengan universitas kelas Ivy League dunia seperti Oxford University, Hardvard University dan Massachusets Institute of Technology.
Program robotic yang dikembangkan IUIA
Pan’an Lake
Tak lupa di setiap kunjungan, kami selalu bergantian memberikan cindera mata yang berasal dari berbagai daerah Indonesia. Aku mendapat giliran menyerahkan cindera mata kepada kepala sekolah The Affiliated Middle School to C.U.M.T. and Xuzhou Xinyuan Middle School (Sekolah Menengah Yang Berafiliasi dengan C.U.M.T. dan Sekolah Menengah Xinyuan). Bangga sekali rasanya, aku yang hanyalah guru biasa dari kota kecil Manna, telah membawa symbol provinsiku, bunga Rafflesia, menjadi saksi kunjungan kami, dan akan menjadi kenangan di kemudian hari.
Penyerahan tanda mata kepada kepala sekolah di akhir kunjungan
26 komentar