Banjir Kalsel (Sumber foto: https://www.pantaugambut.id/cerita/ketika-banjir-di-kalimantan-selatan-diperparah-oleh-rusaknya-ekosistem-rawa-gambut

 

Hari ini banyak air mata tertumpah

dari warga Banua di banyak sudut desa dan kota

Tumpah bersama air bah yang jatuh dari langit

membawa banjir bandang

hanyutkan kebahagiaan,

merendam rumah-rumah dan harta benda

 

Dalam doa terselip sebuah pertanyaan:

“Banjir ini tanggung jawab siapa?”

Hari ini banyak duka tercurah

dari warga masyarakat yang merasa tak bersalah

 

Mengapa banjir harus hadir tak diundang

sementara perasaan berkata dan berujar

kami sudah menjaga lingkungan sekitar,

kami sudah merawat sungai-sungai yang terbentang

Namun ternyata banjir bandang tetap datang:

“Banjir ini karena kesalahan siapa?”

 

Hari ini banyak cerita lama berkisah

tentang masa lalu Bumi Banua yang kaya raya

Alamnya indah hutannya hijau

namun kemudian harus rusak merana

tatkala izin tambang dibuka dimana-mana,

alat berat dan kendaraan besar pun berdatangan

 

Hancurkan kedamaian alamnya sisakan pertanyaan:

“Mengapa manusia begitu tamak dan serakahnya?”

 

Hari ini banyak nostalgia senandungkan lagu lama

tentang rasa nyaman tinggal di Bumi Banua nan tak ada duanya

Semula lahan pertanian dan kebun karetnya membentang

namun lalu tergadai oleh pesona kebun sawit nan menggoda

lahan pun menjadi kritis penuh nestapa

dan kehidupan hayati dimusnahkannya,

tanpa peduli lagi nasib mereka yang terlunta karenanya

Hadirkan sumpah serapah oleh mereka yang teraniyaya:

“Ternyata mentalitas penjajah masih ada di zaman kita!”

 

Dan hingga malam ini,

ketika hari sesaat lagi berganti…

Sementara hujan masih turun lagi dan lagi

Sebuah doa terunjukan dari banyak hati:

“Semoga bencana ini segera berhenti.”

 

Banjarmasin, 14 Januari 2021

 

Sudah pernah tayang di Kompasiana di alamat:

https://www.kompasiana.com/agus-puguh-santosa/6000613dd541df48a71a87c2/pray-for-kalsel-1

Tinggalkan Balasan