Hari ini banyak air mata tertumpah
dari warga Banua di banyak sudut desa dan kota
Tumpah bersama air bah yang jatuh dari langit
membawa banjir bandang
hanyutkan kebahagiaan,
merendam rumah-rumah dan harta benda
Dalam doa terselip sebuah pertanyaan:
“Banjir ini tanggung jawab siapa?”
Hari ini banyak duka tercurah
dari warga masyarakat yang merasa tak bersalah
Mengapa banjir harus hadir tak diundang
sementara perasaan berkata dan berujar
kami sudah menjaga lingkungan sekitar,
kami sudah merawat sungai-sungai yang terbentang
Namun ternyata banjir bandang tetap datang:
“Banjir ini karena kesalahan siapa?”
Hari ini banyak cerita lama berkisah
tentang masa lalu Bumi Banua yang kaya raya
Alamnya indah hutannya hijau
namun kemudian harus rusak merana
tatkala izin tambang dibuka dimana-mana,
alat berat dan kendaraan besar pun berdatangan
Hancurkan kedamaian alamnya sisakan pertanyaan:
“Mengapa manusia begitu tamak dan serakahnya?”
Hari ini banyak nostalgia senandungkan lagu lama
tentang rasa nyaman tinggal di Bumi Banua nan tak ada duanya
Semula lahan pertanian dan kebun karetnya membentang
namun lalu tergadai oleh pesona kebun sawit nan menggoda
lahan pun menjadi kritis penuh nestapa
dan kehidupan hayati dimusnahkannya,
tanpa peduli lagi nasib mereka yang terlunta karenanya
Hadirkan sumpah serapah oleh mereka yang teraniyaya:
“Ternyata mentalitas penjajah masih ada di zaman kita!”
Dan hingga malam ini,
ketika hari sesaat lagi berganti…
Sementara hujan masih turun lagi dan lagi
Sebuah doa terunjukan dari banyak hati:
“Semoga bencana ini segera berhenti.”
Banjarmasin, 14 Januari 2021
Sudah pernah tayang di Kompasiana di alamat:
https://www.kompasiana.com/agus-puguh-santosa/6000613dd541df48a71a87c2/pray-for-kalsel-1