Jum’at, 6 Agustus 2021, Lagi dan lagi saya berangkat lebih awal untuk mengambil hasil radiologi, kebetulan tempat pengambilan masih sama dengan tempat yang kemaren. Suami sengaja tidak usah datang dulu agar tidak lama menunggu.
Setelah memasukkan bukti pengambilan, saya pun menunggu di taman terbuka. Saya sengaja duduk di sini ingin menghirup udara segar. Saya sangat bersyukur dengan ada nya taman terbuka ini, ketika sedang suntuk, capek, lelah, atau menunggu, dengan duduk di sini bisa menyegarkan pikiran. Taman ini disetting sangat indah dan lokasi juga sangat strategis. Taman ini dikelilingi pohon-pohon besar yang rindang, di sekeliling nya dibangun tempat duduk dimana keluarga pasien bercengkrama atau istirahat. Meskipun tidak besar, taman ini menambah nilai plus bagi RSMH. Bagi saya pribadi, taman ini sangat berarti terutama bagi keluarga pasien, meskipun tidak ada bunga warna warni di tengah-tengah nya, dengan ada nya pohon di sekitar membuat suasana hati nyaman dan tentram.
Saya kaget ketika petugas menyebut nama suami. Saya pun bergegas menemui petugas. Sebelum meninggalkan loket, saya diharuskan meninggalkan nomor hp. Kebetulan ketika hendak menelpon suami, suami sudah terlihat menuju ke arah saya.
Kami pun berjalan beriringan menuju ruang echo jantung. Sebelum menjauh, saya menawarkan kursi roda kepada suami, tapi suami menggelengkan kepala ya yang berarti beliau kuat berjalan. Kami melangkah dengan pelan, sesekali menarik nafas, kebetulan menuju ke sana harus mendaki karena ruang tersebut berada di lantai dua.
Saya langsung menemui petugas sementara suami beristirahat di ruang tunggu. Saya menyerahkan surat pengantar dari poli, sebelum menyerahkan hasil swab dan ronsen dada, dengan tiba-tiba sang petugas mengatakan bahwa cek jantung nya bukan di sini, tapi di bawah. Saya pun protes, kemaren saya datang ke sini. Sebelum saya melanjutkan petugas pun berkata, “Cek jantung ada dua tempat nya, kalau kami terima di sini, kami mendapatkan masalah nantinya.” Barulah saya paham yang dimaksud security beberapa hari yang lalu. Saya juga teringat staff adiministrasi di Poli kemaren juga sempat menambahkan tiga huruf di surat pengantar. Saya juga baru mengerti kenapa dokter waktu itu sempat bingung perihal Surat pengantar swab, ternyata inilah jawaban nya. Ada kesalahan teknis di surat pengantar.
Meskipun kami kecewa, kami tidak bisa menyalahkan orang lain. Meskipun Penanganan suami terhambat secara tak langsung tapi inilah sebuah Proses, jika salah langkah maka harus membenarkan langkah berikutnya. Kami pun menanyakan dimana ruangan yang dimaksud. Sang petugas pun menjawab, turunlah dari tangga ini, kemudian belok kiri.
Karena lokasi rumah sakit sangat luas dan kami belum familiar dengan lingkungan di sini, kamipun masih meraba-raba dan mencari-cari. Setelah menuruni tangga yang dimaksud, saya bertanya dengan salah seorang petugas, Beliaupun mengarahkan kami. Meskipun masih bingung, kami tetap mengikuti arahannya. Setelah agak jauh, saya pun agak sedikit berlari mengejar petugas dan bertanya dimana ruang yang kami cari. Alhamdulillah, berkat arahannya kami pun tiba di ruangan tersebut. Saya mengeluarkan berkas dan menyerahkan kepada petugas kalau mau cek jantung. Ternyata tiada syarat yang diminta selain surat pengantar dan paket berobat. Kami pun diminta menunggu. Setelah menunggu sebentar, suami langsung dipanggil. Proses yang dilakukan hanya sebentar. Kami pun langsung menunggu hasil cek jantung itu sendiri.
Andaikan tidak ada miskomunikasi, mungkin suami sudah mulai melakukan kemoterapi. Ternyata berandai-andai tidak cukup, karena apa yang diandaikan tidak benar.
Yang sudah terjadi biarlah terjadi, karena kurang pengalaman dan tidak rajin bertanya menyebabkan beberapa hal yang tidak diinginkan. Pengalaman ini akan menjadi bagian cerita perjalanan kami melalui berbagai langkah pengobatan. Tidak ada yang perlu disesali, semua sudah terjadi dan dilewati, semoga ke depan nya tidak ada lagi pengalaman yang sama. Setelah urusan selesai semua, kami pun kembali pulang. Karena letak rumah singgah dekat dari rumah sakit, kami memilih berjalan tiap datang dan pergi.
Alhamdulillah, akhirnya bisa bernafas dengan lega. Segala proses rekam medis selesai. InsyaAllah Senin kembali kontrol dan dokter akan mengarahkan tindakan selanjutnya. Semoga semua proses dimudahkan Allah SWT. Aamiin.
Sesampai di rumah, seperti biasa, suami memilih beristirahat. Beliau berusaha dan mencoba menutup mata untuk mengurangi beban yang diderita. Hanya membantu memijat yang bisa saya lakukan agar beliau merasa rileks dan mudah tertidur. Setelah memastikan beliau benar-benar tertidur, saya pun kembali sibuk dengan segala urusan yang harus diselesaikan, baik pekerjaan utama maupun aktivitas lain berhubungan dengan pengembangan diri.
Prinsip saya apa yang bisa saya lakukan ketika suami beristirahat akan saya lakukan. Saya tidak akan menyia-yiakan waktu untuk menangisi dan meratapi keadaan. Saya akan selalu teringat pesan abak, “Jikalau ada masalah dan masalah tersebut ditangisi, apakah masalah selesai?”
Tentu jawaban nya tidak. Semua masalah yang muncul tidak seharusnya ditangisi atau diratapi akan tetapi harus dihadapi. Cari solusinya dan selesaikan. Dengan begitu tidak ada sesuatu yang rumit jika dihadapi.
Meskipun saya juga termasuk perempuan yang lemah, saya tidak mau menjadikan alasan tersebut sebagai keterbatasan. Tunjukkan pada dunia bahwa wanita tidak selemah yang dianggap kebanyakan orang. Wanita adalah makhluk perasa yang mampu menjelma menjadi apapun dalam kondisi tertentu. Oleh karenanya jangan sekali-kali meremehkan wanita.
Bila sudah berjibaku dengan pekerjaan, rasa sedih yang sering muncul melihat penderitaan suami seakan-akan ikut tenggelam dalam aktivitas yang dilakukan. Aktivitas ku terjeda ketika akhirnya suami terbangun dan mulai kelaparan. Saya pun bersiap-siap meninggalkan semua aktivitas dan memenuhi segala kebutuhannya.
Memenuhi kebutuhan makan beliau menjadi hal utama dan wajib saya lakukan untuk menjaga stamina dan kebugaran fisik beliau. Meskipun makin hari makin melemah, tidak membuat saya berhenti berusaha menjaga kondisi beliau. Apapun yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari beliau, pasti akan saya lakukan karena beliau adalah masa depan anak-anak dan orang yang paling penting dalam keluarga.Semoga harapan dan doa kami agar suami, ayah dari anak-anak segera sembuh akan dijabbah Allah SWT dalam waktu dekat. Aamiin.