Sebagai warga Kompasiana saya termasuk baru.Belum genap 1 tahun, tepatnya tanggal 30 Mei 2020 saya baru gabung dan mendapat sebutan Kner. Meskipun belum tervalidasi saya mulai meng – upload tulisan.
Nah ketika saya melihat kolom komentar ada sapaan seorang ibu namanya Roselina Tjiptadinata Effendi begini. :” Terima kasih Sr Monika untuk artikelnya yang sarat makna dan menarik”
Dilain hari ada juga yang mengomentari kali ini dari seorang Bapak namanya Bp Tjiptadinata Effendi. Komentarnya : “ Selamat datang Sr Monika, selamat bergabung di Kompasiana dan terus menulis. Terima kasih untuk artikelnya yang sarat info “
Sebagai pendatang baru saya merasa diterima oleh para Senior di Kompasiana. Benar yang dikatakan dik Dyonisius Agust Puguh bahwa di Kompasaiana kami akan mendapat banyak saudara. Hari demi hari saya mendapat sapaan dari rekan Kner yang lain, bahkan semakin akrab dalam persaudaraan yang saling mendukung sebagai penulis.
Sapaan itu rasanya mak Yees tinggal dan berkembang di hati menajadi kehangatan. Dalam hati saya mulai bertanya apakah Bp Tjip dan bu Roselina itu kakak beradik koq wajahnya mirip sekali? Ternyata info yang saya dapatkan mereka adalah suami istri.
Tuhan memang telah mempersatukan dua sejoli ini menjadi suami istri yang kompak dan setia hingga 56 tahun pesta syukur pernikahan.
Saya mengikuti tulisan Bp Tjip dan Ibu Rose, tulisan yang menceritakan perjalanan hidup penuh liku, liku, menerjang duka dan mengatasinya dengan penuh syukur. Tulisan beliau berdua sangat menginspirasi saya.
Dalam tulisan itu saya dikobarkan semangat keduanya yang pantang menyerah, meskipun gagal dan mendapat cobaan. Semua dilaluinya dengan keimanan yang kuat, siap mengampuni ketika ditipu teman atau dikhianati. Serta rasa penuh syukur.
Bp Tjip menyajikan ceritanya dengan Bahasa yang lugas, mudah dicerna, penuh humor, seperti cerita “ Bermain Drown “ diajari putranya, jarang orang tua yang mau diajari anaknya kalau tidak punya kerendahan hati. Tapi Bp Tjip menikmati hari tua dengan menerima apa adanya dan terus berbagi dalam tulisan.
Jika Bp Tjip menulis setiap peristiwa dengan judul baru. Lain dengan bunda Rose ( demikian saya selalu memanggilnya ) dalam menuliskan ceritanya selalu berjilid, mungkin terpengaruh dengan Drama Korea yang berjilid-jilid, tulisannya runtut dan teratur, sehingga enak untuk diikuti.
Meski hobi noton Drakor, tapi bunda Rose rela berkorban untuk tidak mengikutinya, demi untuk menulis di Kompasiana. Hal ini bagiku suatu contoh pengorbanan yang luar biasa.
Rela menulis dan berbagi berkat, pengalaman cerita kehidupan dari pada menuruti keinginan pribadi ( walaupun itu sangat menarik ) Siapa toh yang bilang Drakor itu tidak menarik?
Sangat menarik bahkan mungkin jika sedang memasak atau urusan ain ditinggalkan demi Drakor. Tapi bunda Rose bisa mengendalikan diri ini yang sungguh saya kagumi.
Masih banyak yang mengesankan pengaruh pasangan ini pada banyak orang di Kompasiana,khususnya juga padaku secara pribadi. Semoga saya bisa mencontoh ketekunan menulis, kesetiaan dalam bersahabat, kerelaan untuk menolong orang lain ( karena mereka berdua sering melayani penyembuhan dan stamina kesehatan dengan Rikki ) dan masih banyak keutamaan dari Bp Tjip dan bunda Roselina.
Selamat merayakan 56 tahun pernikahan berkat Tuhan meimpah selalu. Menjadi teladan kesetiaan dalam Pernikahan bagi anak cucu dan masyarakat. Semoga Bp Tjip dan Bunda Rose dikaruniani kesehatan badan dan jiwa yang baik. Salam dan doaku untuk setiap anggota keluarga.
Oleh Sr. Maria Monika SND
Artikel ke :3