Assalamualaikum Wr Wb pembaca celoteh Nyakbaye, Alhamdulillah biarpun Covid – 19 Nyakbaye tidak pernah absen untuk pulang kampung. Pulang kampung alias mudik bagi orang kota menyebutnya sungguh hal yang menyenangkan buat Nyakbaye. Seperti cerita salah satu penulis di YPTD pulang kampung selain bersilaturahmi juga melihat harta warisan sungguh menyenangkan. Pasti yang paling menyenangkan bisa bernostalgia mengenang masa kecil bersama orang – orang tercinta.
Alhamdulillah selama pandemic Nyakbaye selalu bisa mengunjungi kedua orangtua bersama adik beradik, pulang kampung tidak ada hambatan tidak perlu melakukan antigen atau apalah, yang pasti semua itu tidak menghalanggi Nyakbaye untuk pulang kampung.
Walaupun dikampung Nyakbaye tidak punya warisan, hanya rumah tua kami menyebutnya. Rumah yang dibangun Ayahnda setelah pesiun sebagai pegawai negeri. Rumah tua dengan enam kamar tidur, tiga kamar mandi, satu ruang tamu serta ruang tengah. Yang paling penting buat Bunda adalah ruang makan dan dapur tempat dirinya memasak untuk kami, suami dan anak – anaknya.
Pasti pembaca takjub, begitu banyak ruang yang dimiliki rumah tua kami, tapi jangan salah paham dulu, rumah dengan luas tak seberapa tapi sengaja di sekat, untuk menjaga privasi yang menempatinya. Karena anak tertua Nyakbaye punya kamar sendiri begitu juga dengan adik – adik Nyakbaye yang perempuan, sementara yang laki – laki berjumlah dua orang tidur pada kamar yang sama dengan menggunakan tempat tidur tingkat seperti kamar di asrama . Luas kamar kami hanya 3 X 3 meter begitu juga dengan ruang tamu dan ruang makan hanya ruang tengah 3 X 5 dan ruang dapur 3 X 3 meter. Rumah tua berada ditengah – tengah tetangga bukan seperti rumah tua lainnya yang mempunyai pekarangan luas tapi kami bahagia. Samping kiri dan kanan berbatas dengan tetanga hanya 2 meter sementara untuk belakang berukuran 5 meter dengan depan 3 meter. Walaupun tidak memiliki tanah yang luas dibelakang rumah, tapi almarhum Ayanda masih bisa memelihara ayam serta ada pohon mangga serta pohon pisang masak hijau dan pohon pisang tanduk beberapa. Lahan yang sempit masih bisa diberdayakan oleh almarhum Ayahnda dengan maksimal.
Sudut sebelah kiri rumah ada pohon buah kelengkeng, tapi setelah Ayahnda berpulang kerahmatullah seakan tahu bahwa tuanya telah tiada, pohon kelengkengnyapun mati. Walaupun tidak besar rumah tua peninggalan almarhum Ayahnda tapi kami merasa rumah tua itu besar sehingga setiap malam minggu menjadi pusat untuk berkumpul bersamanya. Riuh rendah suara bergema jika sudah berkumpul, bagaimana tidak sekitar 24 orang terdiri dari anak, menantu, keponakan serta cucu akan berkumpul untuk menghibur Bunda jangan sampai terkenang sudah ditinggal oleh belahaan jiwanya.
Harta berharga yang masih tertinggal setelah Ayahnda dipanggilnya adalah Bunda, jangan sampai harta warisan berharga ini menangis dan sakit, itu doa kami semua semoga Bunda tidak berlarut dalam sedih mengenang belahan hatinya yang sudah pergi menghadap-Nya.
Kita kembali ketopik pembicaraan kenapa Nyakbaye tidak takut untuk mudik karena, mau tahu aja atau mau tahu banget, nama kampung Nyakbaye, namanya Kampung Bukit letakkanya pada Kecamatan Baran Kota, kurang lebih lima belas menit jika naik motor dari rumah Nyakbaye, hihihi pembaca jangan marah dulu. Karena itu Nyakbaye mengatakan mudik siapa takut, karena mudiknya ke Kampung Bukit, jadi tidak perlu kartu Vaksinnya. Selamat mudik semoga kenangan sobat mudik bisa menjadi cerita untuk anak cucu kelak.***