Cerita Anak | Takkan Mengulangi Lagi

Fiksiana, KMAB105 Dilihat

“Ayo, Kamila!”

Seorang gadis kecil terdengar berteriak. Gadis itu bernama Kristin. Kristin menarikĀ  tangan temannya. Temannya itu bernama Kamila. Keduanya berteman sejak kelas satu SD sampai sekarang. Sekarang mereka duduk di kelas 6.

Tanpa membalikkan badan, Kamila menjawab, “Sebentar, Kristin. Aku mau bayar dulu, nih!”

Kristin melepas tangan temannya. Dia menunggu sambil bersandar. Dia bersandar di dinding kantin. Dia masih menunggu Kamila. Tidak lama kemudian, dia berdiri tegak.

“Ayo, Kristin!”

Kristin mendengar suara Kamila. Mereka berdua berjalan meninggalkan kantin. Mereka berhenti ketika sampai di dekat pohon mangga. Di sana ada tempat sampah. Mereka membuang sampah di sana. Kristin membuang daun bungkus jajan. Kamila membuang gelas plastik bekas. Keduanya membuang di tempat yang sama.

Kristin berkata sambil menunjukkan tangan, “Lihat itu, Kamila!”

Kamila menoleh ke arah yang ditunjuk Kristin. Sejenak dia terdiam. Dia tidak tahu Kristin menunjuk apa.

“Ada apa, Kristin?” tanya Kamila sambil menajamkan tatapannya.

Kamila tidak melihat apa-apa. Dia hanya melihat seorang kakek sedang di kebun belakang. Kamila masih bertanya-tanya dalam hati apa maksud Kristin.

“Ayo ke sana!” kata Kristin menarik tangan Kamila.

Kamila seperti terseret. Dia pun terpaksa mengikuti Kristin. Keduanya berjalan menuju kebun belakang. Mereka melewati beberapa teman lainnya.

Kristin dan Kamila berhenti di kebun belakang. Mereka melihat dengan jelas penjaga sekolah. Ternyata kakek penjaga sekolah itu sedang membuat lubang.

“Mau mengubur siapa, Kek?” tanya Kristin sambil jongkok di tepi lubang.

Kamila tidak mau kalah. Dia juga ikut jongkok kemudian bertanya, “Siapa yang meninggal, Kek?”

Penjaga sekolah hanya tersenyum. Tanpa menjawab dia terus menggali. Sampai akhirnya dia menghentikan kegiatannya.

Sambil mengusap keringat, dia bertanya, “Kalian ini bikin Kakek kaget saja. He he he.”

“Ya maaf, Kek. Tidak sengaja,” jawab Kamila sambil berdiri.

Kristin pun melakukan hal yang sama. Dia juga minta maaf pada Kakek Penjaga. Sambil berdiri dia kemudian bertanya.

“Apa yang sedang Kakek kerjakan?”

Penjaga sekolah itu membersihkan kedua tangannya. Kemudian mengajak Kristin dan Kamila duduk di bawah pohon mangga. Dia bercerita sedang memilah sampah. Dia juga bercerita akan mengubur sampah.

Kristin menatap arah Kakek Penjaga. Dia melihat banyak kerutan di wajahnya. Dia jadi teringat dengan kakeknya. Dia menunduk ketika kakek itu bercerita. Kamila ikut menunduk juga.

“Jadi… Kakek mengubur sampah dari daun,” kata Kakek.

Kakek melanjutkan ceritanya, “Kakek mau membuat kompos. Kompos ini nanti bisa menjadi pupuk. Pupuknya bisa dijual.”

Kristin dan Kamila menganggukkan kepala. Mendengar penjelasan itu, mereka semakin penasaran.

“Kenapa sampah plastiknya tidak, Kek?” tanya Kristin sambil menatap Kakek Penjaga.

Sambil tersenyum, Kakek Penjaga menjawab, “Soalnya plastik tidak bisa diurai.”

“Oh…jadi itu makanya kenapa Kakek memisahkannya?” tanya Kamila sambil menatap Kakek Penjaga.

Kakek kembali tersenyum, “Betul! Ya bagaimana lagi. Di sekolah anak-anak belum terbiasa memisahkan sampah. Padahal sudah ada tempatnya.”

Kristin dan Kamila mendadak terdiam. Keduanya teringat dengan kebiasaan mereka. Mereka masih belum terbiasa memisahkan sampahnya.

Bel berbunyi ketika Kakek berhenti cerita. Dia kemudian melanjutkan pekerjaannya. Kristin dan Kamila menuju kelasnya.

Di depan kelas Kristin berkata, “Kasihan Kakek Penjaga, ya, Kamila?”

“Iya, Kristin. Setiap hari pasti capek memisahkan sampah-sampah kita,” sahut Kamila

Kristin kembali berkata, “Bagaimana kalau kita membantunya?”

“Bagaimana caranya?” tanya Kamila.

“Rahasia!” jawab Kristin sambil melangkah cepat menuju kelas.

Pelajaran pun dimulai. Kristin dan Kamila masih terbayang kejadian yang dialaminya. Mereka pun tidak sabar mewujudkan rencana.

Bel pulang berbunyi. Murid-murid membubarkan diri. Kristin dan Kamila pulang bersama. Kristin belum menceritakan rencananya.

Keesokan harinya saat istirahat mereka kembali berbelanja. Setelah belanja Kristin membuang sampahnya dengan cara berbeda. Dia diam saja ketika Kamila menanyakan rencananya.

“Jadi bagaimana cara kita membantu Kakek Penjaga, Kristin?” tanya Kamila sambil memegang sampahnya.

Di belakang mereka teman-teman lainnya sedang antre. Mereka akan membuang sampah juga.

“Mau tahu? Begini caranya,” jawab Kristin sambil membuang sampah pada tempat terpisah.

Kamila pun mengikutinya. Mereka membuang sampah daun dan gelas plastik bekas pada tempat berbeda.

“Wah! Ternyata gampang, ya!” Kamila berteriak sambil menutup bak sampah.

Kristin tersenyum kemudian berkata, “Kita harus janji akan memisahkan sampah sesuai jenisnya. Kamu mau, Kamila?”

Kamila menganggukkan kepala. Mereka berdua menuju kebun belakang. Beberapa temannya mengikuti cara Kristin dan Kamila membuang sampah. Mereka juga membuang sampah di tempat yang sesuai jenisnya.

Sementara itu, Kristin dan Kamila telah tiba di kebun belakang. Kristin dan Kamila menceritakan apa yang dilakukannya. Kakek Penjaga mengacungkan dua jempolnya. Mereka pun tertawa bahagia.

mo

Tinggalkan Balasan

2 komentar