Kisah tentang Cut Nyak Dien adalah kisah heroisme gender perempuan berasal dari Nusantara yang mampu menggetarkan hati penjajah Belanda, meski perempuan kerap dianggap lemah dibanding laki laki, namun nama perempuan asal Aceh ini membuat petinggi kaum kolonial berpikir seribu kali untuk menganggapnya biasa saja.
Perang Aceh adalah perang melawan penjajahan Belanda dengan durasi terpanjang di sejarah perlawanan rakyat di Nusantara, jutaan gulden Belanda habis untuk membiayai perang. Sejarah telah membuktikan bahwa perang Aceh bikin penjajah Belanda ketar ketir serta kocar kacir
Hanya dengan tipu muslihat yang menyebabkan perempuan pemberani ini di asingkan ke Sumedang dan hingga akhir hayatnya, Cut Nyak Dien berada di tatar Pasundan, makamnya pun kini berlokasi di kota Tahu Sumedang. Jejak sejarah Cut Nyak Dien tak akan pernah lekang oleh waktu dan diceritakan dari generasi ke generasi.
Sebuah masjid berdiri megah yang tak jauh dari stasiun Gondangdia, terletak di Jalan Johar Nomor 7, kelurahan Gondangdia, masjid ini keren lho menaranya, menjulang langsing, di bagian depan masjid , ada ornamen melengkung dengan looster yang berfungsi sebagai ventilasi udara, di bagian lantai dasar yang di hiasi tegel warna maron, beberapa pedagang menjajakan barang dagangannya, dan juga berfungsi sebagai tempat parkir motor, ada juga penjaga tempat sandal dan sepatu di bagian pinggir masjid.
Ruang utama masjid di lantai dua, namun kita perlu menaiki sekitaran dua puluh dua undakan untuk mencapai ruang utama, tapi sebelumnya jamaah mengambil wudhlu, nah di samping tempat wudhlu ada pagar besi yang bisa menuju ke ruang utama.
Suasana ruang utama masjid Cut Nyak Dien terhampar permadani berwarna hijau, ada jam besar yang terbuat dari kayu dan di letakan di pinggir, kaligrafi berada di sisi kiri dan kanan, tembok depan terbuat dari granit putih, kaligrafi pun menghiasi bagian mihrab.
Ada juga mimbar yang tidak terlalu besar, pencahayaan lampu di ruangan utama tidak terlalu silau sehingga jamaah pun nyaman dengan tata cahaya lampu. Masjid Cut Nyak Dien ini di resmikan oleh Wakil Gubernur Bidang I yang saat itu di jabat oleh Mayor Jenderal .H. Eddie Marzuki Nalaprya pada tanggal 25 Rajab 1404 Hijriyah atau pada 27 April 1984, wah cukup lama juga ya ternyata.
Berdiri di tengah tengah kesibukan ibu kota, masjid Cut Nyak Dien ibarat oase ruhani bagi warga ibu kota yang sibuk dalam kesehariannya, jalanan di sekitaran masjid memang memiliki kepadatan lalu lintas, namun saat adzan berkumandang.
Pengendara tersebut membelokan arah kendaraannya, orang orang yang berseragam kantoran pun menyempatkan diri untuk berjamaah. Seusai sholat pun ada juga yang beristirahat di pelataran atau lantai satu.
Keberadaan masjid Cut Nyak Dien ini pun terasa manfaatnya bagi Penulis, saat menuju arah jalan Sabang, ketika waktu ashar tiba, dan menuju ke tempat ini, beruntung bisa menyambangi salah satu masjid di Jakarta Pusat ini.
Mengamati interior masjid dan juga melihat dari dekat geliat jamaah ketika berada di masjid memberikan pengalaman berharga bagi Penulis, dan salah satunya adalah masjid ini nih, masjid Cut Nyak Dien, penamaan masjid dengan salah satu tokoh pahlawan nasional asal Aceh ini sungguh tepat, mengenang kembali perjuangan pahlawan yang di takuti kaum penjajah Belanda.
Nah jika pengen kepoin masjid masjid lainnya, ya pastinya kudu manteng terus nih di terbitkanbukugratis.id tercinta karena akan ada dan di tampilkan suasana masjid masjid yang ada di tanah air, doain juga kalau ALLAH mengizinkan untuk nyambangi masjid masjid di manca negara, terutama sih ke masjidil Haram dan masjid Nabawi di Madinah, mohon doa restu dari pembaca ya.