Kuala Beranang tempat mencandat,
Banyak karangan termasuk jerat,
Kalah menang menjadi adat,
Yang penting hubungan terjalin erat.
Berbaju kebarung langkahnya sopan,
Bercanda mesra tepian tangga,
Menang bertarung bukan harapan,
Ukhwah peserta membawa ke syurga.
Daun bidara jadi ramuan,
Pilihan terapi aroma melati,
Bukan juara jadi buruan,
Sahabat sejati idaman hati.
Berjajar seribu batu nisan,
Di nisan tiap nama disebut.
Ini bukanlah sembarang bingkisan,
Pantun membuat hati erat berpaut.
Apa guna orang bertenun,
Untuk membuat kain dan baju,
Apa guna orang berpantun,
Untuk menimba berbagai ilmu.
Melakar hebat cinta bersemi,
Antara negara merindu lagi,
Hujan lebat membasah bumi,
Cepatlah corona berlalu pergi.
Pergi si puteri ke sebuah pekan,
Pergi membeli benang suasa,
Masalah corona jangan difikirkan,
Panjatkan doa pada yang Esa.
Menguning langsat dikutip kesuma,
Gugur di pinggir tepian pagar,
Hamparan munajat sarat di sukma,
Suratan takdir reda membugar.
Ambil Jerami di tengah hari,
Jerami dikerat bawa ke hulu,
Di tempat kami cerah berseri,
Kabarpun sehat bahagia selalu.
Pepanji putih megah berkibar,
Menyambut tamu seiring jalan,
Terima kasih bertanya khabar,
Kami di sini libur sebulan.
Manis terasa manisan halwa,
Ketupat palas enaklah sangat,
Khabar bahagia penyeri jiwa,
Pantun berbalas menyuntik semangat.
Di bawah redup rimbun kuini,
Rehat pemburu buat teduhan,
Kelangsungan hidup pendemik kini,
Norma baharu menjadi taruhan.
Mandi puteri di tepi perigi,
Puteri lembayung bergurau sakan,
Pendemik harus kita harungi,
Norma baharu kita amalkan.
Mendayung sampanĀ berarak mendung,
Di tengah segara awanan kabur,
Menggunung harapan hendak ke Bandung,
Apakan daya hajat terkubur.
Amal tasmik zakat harta,
Pada yang Esa kita taat,
Jadikan pendemik madrasah kita,
Isikan masa dengan manfaat.