Mega berlalu teduhan angsa,
Sejuk seiring baung di bangkar;
Adat melayu tetap berbisa,
Walau sering menyusur akar.
Biarlah redup di waktu pagi,
Dalam perigi ikan tepuyu,
Biar hidup berilmu padi,
Semakin tinggi runduk selalu.
Jangan merenda di atas katun,
Bisa-bisa jarumnya patah,
Bila Mas mif dan cik Rokiya berpantun,
Arena pantun menjadi indah.
Ikan gelama masak sekati,
Enak juadah dihidang dara,
Pantun Asma lama kunanti,
Bahasanya indah santun bicara.
Menganyam raga berhati pilu,
Semat kelarai bermotif seroja,
Berarak mega mendung berlalu,
Melabuh tirai mentari senja.
Lebat kemumu di perdu pulasan,
Sayang kedangsa serkah di kali,
Terokai ilmu puisi warisan,
Untaian bahasa puitis sekali.
Jalan-jalan ke Kota Sedayu,
Beli mangga jumlah nya empat,
Enaknya berbangsa melayu,
Negeri indah makanan pun nikmat.
Si kerbau balar disebat jangan,
Nanti sukarnya lepasi titi,
Laksa Johor gelar makanan kayangan,
Isi ikan parang laksa speghetti.
Tidak tohor Kinabatangan,
Walau hanya di tepi hutan,
Laksa Johor makanan kayangan,
Mungkin asalnya makanan sultan.
Gunung daik becabang tiga,
Patah satu tinggal dua,
Orang baik tempatnya surga,
Berbekal ilmu iman dan takwa.
Sungguh cantik si gunung ledang,
Tempat semayam putri dara,
Berbuat baik baik dipandang,
Jahat jangan dipelihara.
Pulau pandan jauh di tengah,
Di balik pulau angso dua,
Hancur badan dikandung tanah,
Budi baik dikenang juga.
Cincin permata bertatah suasa,
Ke jari dara nampak sepadan,
Banyaklah laksa segala laksa,
Rancak bicara merentas sempadan.
Orang Madani naiki beca,
Memakai destar segak berseri,
Baru kini sempat membaca,
Beradu sebentar rehatkan diri.
Mawar sekuntum di sirna malam,
Gugur di celah rumpun bidara,
Assalamualaikum kukirim salam,
Kalam Bismillah pembuka bicara.