Kali ini, kami berwisata menuju kawasan Gunung Kidul atau tepatnya di Kalurahan Bleberan, Kapanewon Playen. Sebuah Pintu Gerbang bertuliskan “Kawasan Wisata Goa Rancang Kencana & Air Terjun Sri Gethuk” berdiri megah sebelum memasuki tempat parkir yang cukup luas. Selian kendaraan kecil, ada juga bus-bus wisata yang parkir di sini. Juga ada petunjuk jalan ke arah Goa Rancang Kencana yang hanya berjarak 50 meter dan Air Terjun yang jaraknya 750 meter.
Karena itu kami mampir ke Goa lebih dahulu yang letaknya lebih dekat. Di depan goa ada baliho mengenai kegiatan yang bisa diadakan di goa seperti meeting, outbond dan bahkan juga pesta ulang tahun serta sebuah papan informasi yang sekilas menceritakan sejarah goa ini.
Sesampainya di mulut gua, ada sebuah pohon besar yang tinggi dan terkesan sakral menyambut kami. Untuk turun ke pelataran di gua, ada anak tangga dari batu dengan ketinggian sekitar dua setengah atau tiga meter. Di dekat pohon ada sebuah tembok kecil yang mungkin bisa digunakan untuk tempat duduk.
Pada mulanya, saya tidak tahu nama pohon ini, tetapi ketika didekati, ternyata ada papan kecil berisi informasi yang menjelaskan ini adalah Pohon Klumpit atau Terminalia edulis dalam bahasa Latin. Tidak ada penjelasan lebih lanjut kecuali melihat besar dan tingginya diperkirakan pohon ini telah berusia ratusan tahun.
Kami masuk ke dalam gua atau ruangan pertama dengan menuruni lagi beberapa anak tangga batu. Ruangan pertama ini lumayan luas dan lega serta cahaya Mentari masih bisa meneranginya. Tingginya juga masih lumayan enak sehingga kita bisa leluasa berada di sini.
Di sini seorang lelaki yang berusia sekitar 30 tahun menyambut dan menjelaskan dirinya sebagai pemandu. Dia sekilas menceritakan mengenai sejarah gua ini yang konon merupakan gua purba karena pernah ditemukan tulang belulang manusia purba. Gua ini juga pernah dijadikan tempat berkumpul para pejuang baik sejak jaman belanda maupun zaman kemerdekaan. Konon di sini dirancang beberapa strategi dalam pertempuran sehingga dinamakan gua Rancang Kencana. Menurut cerita turun-temurun Goa Rancang Kencana digunakan Kyai Putut Linggabawa, Kyai Sorengpati dan Kyai Kromowongso dari Mataram untuk mengatur serangan ke Belanda pada sekitar awal abad ke 18.
Dijelaskan juga jika ingin masuk ke dalam ruangan di dalam harus dibantu dengan menggunakan lampu senter karena sangat gelap sementara di ruangan ketiga harus melalui pintu dan tangga yang amat sempit.
Akhirnya mengikuti pemandu dan juga dibantu dengan lampu seter kami masuk ke ruangan kedua. Tidak susah untuk masuk namun ruangan ini lebih kecil dan agak gelap. Di sini terdapat sebuah wadah sesaji yang terbuat dari batu dan berwarna agak keputihan. “Di sini juga sering digunakan orang untuk bersemedi,” kata mas pemandu sambil menunjuk sebuah pojok gua di mana terdapat bongkahan batu berbentuk meja kecil.
Perjalanan dilanjutkan memasuki ruangan ketiga yang benar-benar gelap dan pengunjung hanya bisa melihat atau berjalan dengan bantuan senter. Bahkan akses menuju ruangan ini juga sangat sempit sehingga yang bertubuh besar mungkin tidak bisa masuk.
Namun di sini terdapat tulisan dan gambar di dinding gua yang berjudul Prasetya Bhinekaku yang terdiri dari 12 kalimat yang konon merupakan Janji Prajurit. Tulisan ini juga berlatar belakang bendera merah putih. DI sebelahnya terdapat gambar atau sketesa Garuda Pancasila. Menurut informasi pemandu, prasasti bertuliskan Prasetya Bhineka ku itu dibuat sekitar tahun 1970 an.
Ruangan ini agak sempit dan karenanya tidak disarankan berlama-lama di dalam ruangan yang gelap ini. Setelah sekitar beberapa menit menikmati suasana yang sakral di dalamnya, kami segera mengikuti mas pemandu untuk kembali ke beranda alias mulut gua.
Namun berita terakhir yang membuat saya geleng-geleng kepala adalah di Gua ini juga pernah diadakan Rancang Kencana Fashion Week pada bulan Juni 2022 lalu. Rupanya fenomena menggelar pameran busana bukan hanya ada di trotoar seperti Citayam Fashion Week, melainkan sudah masuk ke dalam Gua di Gunung Kidul.