Geng Motor, Identitas Pribadi Berkepribadian  Liberal

Terbaru59 Dilihat

Selalu bikin resah, demikianlah cap yang tepat untuk aksi yang dilakukan oleh komplotan geng motor. Umumnya mereka suka merajai jalan dengan  konvoi khasnya. Seperti yang di Bogor beberapa waktu lalu. Konvoi ini berakhir dengan aksi penganiayaan. Sebagaimana diberitakan, Polresta Bogor menangkap empat anggota geng motor ‘Batavia’ yang telah melakukan aksi bacok  terhadap seorang remaja di jalanan. Setelah mengeroyok dan membacok, pelaku berusia remaja itu. merampas ponsel dan uang milik korban. Pelaku mengaku melakukan konvoi guna mencari lawan secara acak di jalanan untuk diperdaya. (Detik, 13-2-2023).

Bak jamur di musim hujan, geng motor makin banyak dan bikin  resah  masyarakat. Bahkan, tak sedikit korban yang langsung tewas di tempat. Hanya dengan alasan ingin bertarung, gerombolan remaja tega menganiaya siapa pun yang dilewatinya. Tak jarang mereka  membawa sajam seperti pisau, celurit, hingga samurai,  bermotor menerjang malam mencari mangsa.

Inilah satu dari sekian banyak potret buram tingkah laku generasi. Kenakalan remaja telah menjelma menjadi kriminalitas yang sangat meresahkan. Mengapa fenomena geng motor ini semakin hari semakin  marak?

Buad dari Sistem Kehidupan Sekuler Liberal

Fenomena geng motor tumbuh subur di tengah kehidupan sekuler liberal. Sekularisme dengan paham yang menjauhkan agama dari kehidupan, menjadikan orang berpikir dan bertingkah lalu serba bebas. Memang, pemahaman liberal yang lahir dari sistem Kapitalisme sekuler telah membebaskan manusia dalam berbuat berdasarkan nafsunya semata. Dengan akalnya, manusia menduga dirinya mampu menyelesaikan seluruh urusannya, tanpa bantuan Allah sebagai Pencipta. Padahal, realitasnya akal manusia lemah dan terbatas yang jika dibiarkan tanpa bimbingan wahyu akan mengantarkan pada kerusakan. Inilah pangkal malapetaka umat manusia saat ini.

Sistem Kapitalisme yang ada saat ini tidak berjalan secara alamiah, melainkan ada pengendalinya. Kepemimpinan negara adidaya Baratlah yang dengan sengaja menyerukan Ideologi Kapitalisme ke seluruh penjuru dunia. Negeri muslim merupakan sasaran empuk dengan target agar umatnya meninggalkan agamanya dalam pengaturan kehidupan. Tujuan mereka adalah  untuk menaklukkan dunia.

Ide liberalisme  membius orang yang memuja hawa napsu. Mereka mengira liberalisme yang ruhnya kebebasan ini
akan mendatangkan kebahagiaan. Negara Barat terus menyerukan kebebasan dalam bentuk Hak Azasi Manusia (HAM). Ide  liberal ini kini telah mengisi ruang pemikiran umat, termasuk generasi muda. Mereka cenderung untuk hidup semaunya berbuat dan acuh pada aturan agama.Termasuk aksi ugal-ugalan yang dilakukan oleh geng motor.

Liberalisme yang tumbuh subur dalam sistem kehidupan sekuler ini,  setidaknya dipicu oleh tiga faktor :

Pertama, Faktor Keluarga

Liberalisme yang menjauhkan agama dari kehidupan, telah membuat orangtua membangun keluarga tidak berlandaskan iman dan takwa. Tak sedikit orangtua yang tidak memahami bahwa anak adalah amanah yang harus dijaga. Dengan alasan sibuk, mereka cenderung ringan menyerahkan pengasuhan pada pihak lain dengan alasan sibuk bekerja.

Tak sedikit pula orang tua yang  mengandalkan sekolah semata dalam mendidik putra-putri mereka. Anak sangat membutuhkan kehadiran kedua orang tuanya sebagai sandaran dan teladan. Namun kita temui hal ironis, orang tua malah menjadi contoh yang  buruk bagi anak mereka.

Pada kasus yang ekstrim, orang tua malah menjadi predator bagi anaknya. Kasus-kasus seperti ayah memerkosa anak kandung, ibu yang malah menjadi muncikari bagi putri mereka. Kadang anak dianggap beban bagi keluarga sehingga mudah keluar lisan dan sikap buruk dari orang tua kepada anak-anak mereka. Anak-anak pun menjadi bebal dan keras hatinya, haus akan kasih sayang dan merasa tidak diakui keberadaannya. Kondisi menyuburkan kenakalan remaja dan membuat mereka liar.

Kedua, Faktor Sekolah

Pada umumnya orang tua memandang sekolah sebagai lembaga harapan buat pendidikan bagi putera puterinya. Sayangnya, realitas sekolah mengandung segudang persoalan yang lahir dari buruknya sistem pendidikan sekuler. Apalagi dengan Kurikulum Merdeka (Kurmer) yang kontennya memanjakan siswa. Dalam Kurmer ini itu guru dibatasi  ruan  gerakn dan wewenagnya untuk mendidik siswa melalui program sekolah ramah anak.

Kurikulum sekuler membuat siswa tidak bisa membedakan mana perilaku terpuji dan tercela dengan standar agama. Karena gagasan liberal membuat mereka berbuat sesuka hati  dan mengejar apa pun yang diinginkan. Sistem pendidikan sekuler yang mendewakan kebebasan ini makin menyingkirkan peran agama dalam kehidupan. Semua ini  akan menyuburkan kenakalan remaja, termasuk munculnya geng motor.

Ketiga, Faktor Negara.

Geng motor bukan hal baru. Hilangnya nyawa manusia akibat perilaku geng motor telah terjadi sejak puluhan tahun lampau. Mengapa keberadaan kelompok ini tetap ada dan tak terselesaikan? Salah satunya adalah karena sanksi yang diberikan tidak bikin jera. Seperti aksi ketua geng
motor di Bandung yang menebas leher seorang remaja hingga tewas di tempat. Polisi menjerat pelaku dengan Pasal 338 KUHP dan Pasal 80 KUHP ancaman hukuman berkisar hanya sekitar 10 tahun penjara. Tentu tak sepadan karena aksi pelaku membuat nyawa melayang. Miris, begitu murahnya nilai nyawa

Selain gagal menghadirkan rasa aman, negara sekuler juga gagal menjaga generasi dari buruknya berbagai tayangan di media. Negara tidak berperan sebagai pelayan rakyat, bahkan seolah tunduk pada korporasi media yang  mempropagandakan kebebasan berperilaku.  Akibatbnya generasi menjadi sangat mudah  terpapar pornografi dan tayangan kekerasan  yang turut menyuburkan perilaku kriminal.

Islam Menyelamatkan Generasi

Islam merupakan ajaran yang berasal dari wahyu Allah Taala. Islam  pasti dapat menjawab  seluruh persoalan manusia, termasuk fenomena geng motor.  Ajaran Islam juga menjadi landasan amal seseorang yang akan mengantarkan pada bangunan rumah tangga yang berlandaskan akidah Islam. Orangtua yang paham agama akan menempatkan anak sebagai amanah yang harus dijaga sehingga pengasuhan pun akan optimal.  Sosok ibu yang menjalankan fungsinya dengan optimal akan melahirkan generasi saleh yang diimpahi kasih sayang. Lingkungan keluarga yang demikian akan melahirkan generasi penyayang terhadap sesama.

Islam membangun sistem pendidikan atas dasar akidah. Tingkah laku siswa akan sesuai dengan tuntunan syariat karena kesadaran yang terbentuk sedari dini. Mereka pun akan gemar beramal saleh, alih-alih ikut komunitas seperti geng motor.

Islam memandang nyawa hanya hak Allah semata yang memegang. Tidak seorangpun berhak menghilangkan nyawa hamba. Sanksi pidana bagi pembunuhan yang disengaja adalah salah satu dari tiga jenis sanksi syariat. Hal ini didasarkan pada pilihan keluarga korban, yaitu kisas (hukuman mati), membayar diat (tebusan/uang darah), ataupun al-‘afwu (memaafkan pelaku). Jika keluarga korban meminta diat bagi pembunuhan disengaja, seperti pembacokan oleh geng motor, hal ini termasuk diat mughallazhah, yaitu diat kelas berat.

Islam memandang status perbuatan seorang remaja ( berusia balig) sama dengan perbuatan orang dewasa. Kendati pun mereka “masih” remaja, hukuman bagi mereka sama dengan orang dewasa tersebab mereka telah akil balig. Adapun jika mereka masih anak-anak yang belum balig, mereka tidak akan dijatuhi sanksi pidana sebab mereka bukanlah mukalaf.

Mukalaf adalah mereka yang akil (berakal), balig (dewasa), dan mukhtar (melakukan perbuatan atas dasar pilihan sadar tanpa ada paksaan). Ketika perbuatan kriminal dilakukan oleh anak yang belum balig dan itu terjadi karena kelalaian walinya, semisal walinya mengetahui, lalu membiarkannya, wali tersebutlah yang akan mendapatkan sanksi. Namun, jika bukan karena kelalaian wali, wali dan anak tersebut tidak akan mendapatkan sanksi.

Wahai kaum muslim, sejatinya fenomena geng motor yang merebak ini adalah buah dari penerapan sistem sekuler liberal yang rusak dan merusak. Karenanya, menggantinya dengan sistem Islam akan mampu menghadirkan sosok remaja yang gemar berbuat kebaikan dan berkontribusi besar demi terbangunnya peradaban mulia.

 

Tinggalkan Balasan