“Tulisan Harian Kedua Saya tentang Hapalan.”

Pendidikan262 Dilihat

Saat ini Pukul waktu pada pojok kanan bawah sceen laptp saya telah menunjukkan pukul 22. 09 WIB, 2 jam menuju pergantian hari. Walau sudah sedikit ada rasa kantuk, tapi saya harus mencoba tetap menjaga komiten saya melaksanakan tugas saya memposting tulisan di blog saya dan juga di web yang ditunjuk panitia Lomba Menulis di Blog sebagai pesyaratan mutlak keikut-sertaan saya di loma tersebut. Bukan suatu hal yang disengaja juga, alasan saya baru mengerjakannya pada larut malam seperti ini, melainkan ada kegiatan harian yang harus saya lakukan di ibunda tercinta. Saya juga sempat heran, mengapa dalam 2 hari ini saya senantiasa memiliki sisa energi guna membuat tulisan yang akan saya posting malam ini juga. Baru tadi sore saya mendapatkan inspirasi yang berkenaan dengan judul tulisan hari ini pada saat menuntaskan pekerjaan melengkapi SKP Tahunan yang tersisa di sekolah.

      Saya pikir ini pasti menarik, karena akan mengorek banyak kenangan pengalaman belajar saya semasa Sekolah dasar dan menegah. Maka, bukan tidak mungkin penulisannya pun bias memenuhi blog saya bukan hanya pada tulisan hari ini, melainkan bisa saja berlanjut pada tulisan hari esok, bahkan lusa. Tulisan tentang pengalaman belajar yang banyak dikritisi para ahli pendidikan saat ini, akan tetapi banyak mengukir kenangan pengetahuan yang masih terpatri hingga saat ini. Bukan hanya pengetahuan saja, melainkan buku-buku serta pengarangnya dan tentu saja nama guru-guru yang mengasuh saya masa itu. Betul-betul pengasuh yang menjadikan saya tetap mengenangnya hingga saat ini. Mengagumi kelebihan dan keuletan mereka mengajarkannya pada saya serta menimbulkan rasa empati, memaklumi segala keterbatasan beliau-beliau dengan sepenuh hati.
Beliau-beliau itu, nyaris menyampaikan materi pembelajarannya melalui hapalan atau mengandung metode yang bernuansa hapalan, sekalipun pada mata pelajaran yang lebih dominan psikomotoriknya, seperti halnya, pelajaran matematika, seni, agama, maupun olah raga. Nuansa menghapal yang saya rasakan kemanfaatan hingga saat ini. Hapalan-hapalan yang menstimulan saya untuk memperdalam lebih jauh pada saat saya lebih dewasa melalui pengenalan pada karakteristik, klasifikasi, contoh dan analogi, perbandingan, aplikasi bahkan evaluasi terhadap hapalan-hapalan tersebut. Kegiatan menghapal yang saya lakukan pada saat itu pun ternyata telah menstimulan saya untuk membuat strategi-strategi tertentu agar bias dengan lebih cepat menguasainya dibandingkan teman-teman yang lain.
       Sebagai pembuka tentang hapalan-hapalan tersebut, saya akan kemukakan bebrapa buku yang melegenda dan menjadi teman generasi kami saat itu di sekolah dasar (Akhir tahun 70an) adalah yakni buku-buku khas yang kami pakai, diantaranya Juz ‘Amma dan terjemahannya (untuk yang muslim) pada pemebelajaran Agama. Buku PMP untuk PKn saat itu, , Kamus Ejaan Bahasa Indonesia yang disempu, Drs, S. Badudu, Buku Peribahasa Indonesia pada Pelajaran Bahasa Indonesia. Buku Berhitung pada mata Pelajaran Matematika yang salah satunya berisi perkalian (raraban) serta Buku Lagu-Lagu Nasional yang melengkapi Buku Seni yang berisi pembelajaran notasi lagu, termasuk not balok pada mata pelajaran kesenian. Termasuk sebuah kaset yang melegenda, yakni Kaset Senam Pagi Indonesia dan Alat permainan kasti sebagai pelengkap dari Buku olah raga. Selain itu juga buku yang sangat melegenda, yaitu buku Himpunan Pengetahuan Umum/ HPU (buku pelengkap mata pelajaran IPS) serta Himpunan Pengetahuan Alam/ HPA (buku pelengkap mata pelajaran IPA. Buku-buku lainnya, yang juga dianggap melegenda di generasi kami adalah Buku Bahasa Daerah, yang mana untuk Provinsi Jawa Barat adalah Buku Basa Sunda yang meliputi Buku Tata Bahasa Sunda “Taman Pamekar” serta Buku Sastra Sunda “Taman Sekar”.

Bersambung

Link terkait : https://adefathurahman.blogspot.com/2021/02/tulisan-harian-kedua-saya-tentang.html

@athurGeo

SMANSA KOTA SUKABUMI

Tinggalkan Balasan