Lelaki senja menyusuri pasar, yang setiap Lima Tahunan
ramai dipenuhi penjaja agama
Lelaki yang tidak pernah mengecap Agama itu
Termanggu ditengah keramaian pasar
Betapa bernafsunya orang-orang yang menjajakan Agama
.
Lelaki yang ingin membeli agama mengurungkan niatnya
Dia begitu curiga, begitu entengnya orang-orang menjajakan Agama
Dagangan diobral seakan-akan tidak ada harganya
Sementara, dia ingin membeli agama yang begitu sakral
Demi ingin memperbaiki moral dan mencecap rasa beragama
Tontonan dihadapannya adalah kemunafikan
.
Lelaki yang ingin membeli agama, hanya membeli atributnya
Seperti yang dipakai orang-orang dipasar lima tahunan itu
Atribut agama dijual murah agar siapapun bisa memakainya
Lelaki senja yang bodoh, seketika cerdas ditengah kebodohan
pasar Lima tahunan
.
Kini lelaki yang ingin membeli Agama
Tak perlu susah payah membeli Agama, cukup mengenakan atribut Agama
Dia layaknya seorang ulama, tetap bisa menebar Sumpah serapah
Meskipun berjubah agama dan lengkap dengan segala atributnya
Lelaki yang mulai Renta itu, seketika cerdas dan jumawa
.
Atribut agama membuatnya percaya diri ditengah pasar Lima tahunan
Sudah susah membedakan dirinya yang dulu dengan sekarang
Dia berteriak kencang dipasar Lima tahunan, mengumandangkan ayat-ayat
yang tidak dia mengerti tafsirnya
Lelaki yang ingin membeli Agama, tidak terlihat bodoh dengan jubah agama
Jakarta 06112018
Ajinatha
Kerreen puisinya Pak Aji, dalam bngt maknanya…
Terima kasih mbak Tini apresiasinya