Matt Paten: “Kena Guna-guna”

8. Kena Guna-Guna

Matt Paten diajak Barnus ketemu dengan seorang bupati, yang anak gadisnya menderita sakit sudah dua tahun tidak sembuh-sembuh. Menurut Barnus, penyakit yang di derita anak temannya itu aneh, anaknya tidak suka bertemu dengan lelaki.

Di dalam mobil, saat dalam perjalanan menuju kerumah bupati, Barnus katakan pada Matt Paten,

“Matt.. kamu jangan tersinggung kalau seandainya anaknya tidak mau ketemu kamu, karena anaknya tidak suka bertemu lelaki.” ujar Barnus.

“Kenapa begitu pak? Apakah itu salah satu penyakitnya?” tanya Matt Paten.

“Iya.. itulah salah satu penyakitnya, sehingga ia di kurung di kamar. Selain itu dia suka ngamuk, dan tertawa sendiri.”

“Itu penyakit kiriman pak, mungkin ada lelaki yang sakit hati sama bapaknya, atau juga sama anaknya sendiri.”

Barnus tanya sama Matt Paten, “Gimana cara kamu mengobatinya Matt? Kalau anaknya tidak suka ketemu lelaki?” tanya Barnus.

“Nanti saya menghilangkan raga saya pak, saat memijatnya, sehingga dia tidak melihat saya.” jelas Matt Paten.

Barnus takjub dengan Matt Paten, karena dia baru tahu kalau Matt Paten memiliki ilmu yang bisa menghilangkan raganya.

Matt Paten yang di juluki Bayu Suta, atau anak sang angin, dia bisa mengubah wujudnya seperti angin, sehingga raganya tidak terlihat. Ilmu inilah yang menambah kesaktian Matt Paten.

Sampai di rumah pak Bupati, Matt Paten di perkenalkan Barnus pada pak Bupati,

“Pak Armaya, ini Matt Paten yang akan mengobati anak bapak.”

“Oo ya? Masih muda sekali ya, saya pikir sudah cukup berumur orangnya.” ujar Armaya merasa tidak yakin.

Matt Paten pun menyalami Armaya, “Matt Paten pak.. iya pak umur saya baru 28 tahun.” ujar Matt Paten.

“Umurnya memang masih muda pak, tapi ilmunya sangat bermanfaat.” jawab Barnus.

Armaya menceritakan pada Matt Paten, tentang anaknya yang tidak suka ketemu dengan lelaki, seperti yang di ceritakan Barnus. Namun Matt Paten meyakinkan Armaya, kalau dia bisa mengobati anaknya dengan menghilangkan raganya dari pandangan anaknya.

Armaya pun ingin segera membuktikan kesaktian Matt Paten,
“Yaudah.. silahkan saja temui anak saya di kamar Matt.” pinta Armaya.

“Sebelumnya, saya minta bapak lihat dulu, apakah putri bapak dalam keadaan berpakaian lengkap atau tidak?” tanya Matt Paten.

Armaya minta pada isterinya untuk melihat kondisi anaknya di kamar, dan Armaya bertanya pada Matt Paten,
“Yang tidak bisa melihat kamu apa cuma anak saya, atau kita semua?”

“Hanya putri bapak yang tidak bisa lihat saya, bapak dan pak Barnus, juga yang lainnya bisa lihat saya.” jawab Matt Paten.

Setelah di cek isteri Armaya, kondisi anaknya di kamar aman, maka Matt Paten minta izin pada Armaya untuk melihat anaknya. Matt Paten membuka pintu kamar putri Armaya, dia melihat seorang putri yang cantik sedang duduk diatas tempat tidur, pandangannya kosong.

Tiba-tiba putri Armaya itu bereaksi menarik pakaiannya, saat dia merasakan ada yang menyentuh kakinya. Matt Paten memegang kepala putri Armaya, dan putri Armaya membungkukkan kepalanya untuk menghindar.

Dia membuang pandangannya mengitari seluruh kamar, untuk mencari tahu siapa yang memegang kaki dan kepalanya, namun dia tidak melihat ada siapa-siapa di dalam kamarnya.

Matt Paten keluar dari kamar putri Armaya, dia menghampiri Armaya dan Barnus di ruang tamu,
“Gimana Matt? Penyakit apa yang di derita putri pak Armaya?” Tanya Barnus.

“Seperti yang saya bilang di mobil tadi pak, putri pak Armaya ini mengidap penyakit yang di kirim orang.” jawab Matt Paten.

“Maksud penyakit kiriman itu seperti apa Matt?” tanya Armaya.

“Putri bapak kena guna-guna, mungkin dari seseorang yang benci dengan Bapak, atau dengan anak bapak.” jelas Matt Paten.

“Bisa kamu obati penyakitnya? Atau menghilangkan guna-guna itu dari tubuh putri saya?” tanya Armaya lagi dengan penasaran.

“In Sha Allah bisa pak, tapi butuh waktu.. tidak bisa hanya satu dua hari, karena yang kirim penyakit ini ilmunya juga kuat.” jawab Matt Paten.

Armaya menjelaskan pada Matt Paten, kalau anaknya dua tahun yang lalu sudah hampir menikah, tapi karena calon suaminya tidak di terima Armaya, maka rencana pernikahan pun di batalkan. Namun Armaya tidak ingin berprasangka kalau calon suami anaknya itu sebagai pelakunya.

Bagi Matt Paten, untuk melacak siapa pelakunya tidaklah sulit, namun dia tidak ingin mengatakan itu pada Armaya. Matt Paten hanya ingin fokus mengobati penyakit putri Armaya, tidak ingin terlibat dalam masalah lainnya.

“Kapan kamu mau mulai mengobati anak saya Matt?” tanya Armaya.

“Sebentar lagi saya akan mulai pak, bapak dan pak Barnus bisa ikut melihatnya.” jawab Matt Paten.

Armaya menatap Matt Paten, dia melihat Matt Paten dari ujung kaki sampai keujung rambutnya. Dalam pandangannya, Matt Paten adalah sosok lelaki yang cukup tampan, untuk ukuran di desanya.

“Kamu tinggal di mana Matt? Apakah kamu masih punya keluarga? Maksud saya, apakah kamu sudah berkeluarga?” tanya Armaya mulai menyelidiki.

“Saya tinggal di desa Banyuaji pak, saya hidup sendiri, dan belum berkeluarga.” jawab Matt Paten.

“Apa pendidikan terakhir kamu? Apa pekerjaan sehari-hari kamu?” tanya Armaya lagi.

“Pendidikan terakhir saya S1 pak, saya sarjana pertanian, pekerjaan sehari-hari saya cuma memijat, dan mengobati orang.” jawab Matt Paten.

Armaya memandang sebelah mata profesi Matt Paten, dia menanyakan bagaimana Matt Paten bisa membiayai hidupnya sehari-hari,
“Kamu bisa menghidupi diri kamu sendiri, dengan hanya berprofesi sebagai pemijat?”

“Alhamdulillah pak, Allah Maha Bijaksana, dan Maha Adil.. saya punya rumah, punya kendaraan, dan saya juga punya sepetak sawah yang di kelola oleh petani di desa saya.” jawab Matt Paten.

“Dari mana kamu memperoleh itu semua Matt? Hebat sekali kamu, hanya sebagai pemijat punya semua itu?” Armaya terus mencecar Matt Paten dengan berbagai pertanyaan.

“Itulah kekuasaan Allah pak, saya ikhlas memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan, dan Allah membalasnya dengan semua itu.” jawab Matt Paten.

Setelah Armaya tahu siapa Matt Paten yang sebenarnya, dia tidak ragu lagi kalau menjodohkan anaknya dengan Matt Paten. Dia merasa Matt Paten cukup punya harta dan ilmu, dan kedudukannya pun tidaklah terlalu rendah.

Armaya tertarik menjodohkan putrinya dengan Matt Paten, tapi itu belum ingin dia kemukakan pada Matt Paten. Dia ingin Matt Paten menyembuhkan anaknya terlebih dahulu.

Armaya mencecar Matt Paten dengan berbagai pertanyaan, ternyata hanya ingin mengetahui siapa Matt Paten yang sebenarnya, karena secara fisik dia merasa Matt Paten cukup pantas menjadi pendamping anaknya.

“Gimana pak? Sudah boleh saya mulai mengobati putri bapak?” tanya Matt Paten.

“Silahkan Matt.. saya dan keluarga boleh melihat proses pengobatannya gak?” tanya Armaya.

Barnus yang ada di depan Armaya menimpali,
“Silahkan aja pak.. gak apa-apa, saya juga waktu di obatinya disaksikan keluarga saya kok.” timpal Barnus

Bersambung

 

Tinggalkan Balasan

2 komentar