Menyederhanakan yang Sulit

MENYEDERHANAKAN YANG SULIT

Keribetan yang terjadi di muka bumi ini pada dasarnya hanya karena kita tidak bisa menyederhanakan masalah, bahkan sebagian besar dari kita senang menjadikan hal-hal yang sederhana menjadi masalah.

Seperti yang pernah dikatakan Charles Bukowski: “Seorang intelektual adalah orang yang mengatakan hal yang sederhana dengan cara yang sulit, seorang seniman adalah orang yang mengatakan hal yang sulit dengan cara yang sederhana.”

Terlebih kita terlalu banyak kaum intlektual yang tidak ingin menyederhanakan masalah, sehingga setiap hari yang kita hadapi adalah kegaduhan demi kegaduhan, dan sedikit sekali orang yang ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan cara-cara yang sederhana.

Kalau saja disadari, apa pun yang menjadi masalah bangsa ini adalah masalah kita bersama, sehingga dalam menyelesaikannya kita tidak memosisikan diri dalam dua kutub yang berbeda.

Sejarah mengajarkan, bahwa tanpa persatuan dan kesatuan, dan kemufakatan bersama Indonesia tidak akan merdeka. Perlu jiwa yang besar untuk menundukkan ego diri sendiri, yang mengemuka adalah kepentingan bersama.

Mungkin kaum intlektual pada saat itu belumlah sebanyak sekarang ini, tapi kelebihannya pada saat itu lebih banyak orang-orang yang bijaksana, sehingga lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

Kalau saja kaum intlektual di negeri ini tidak egosentris, tidak mabuk oleh keberhasilan yang sudah dicapainya, mau mewakafkan ilmunya demi kepentingan bersama, mungkin republik ini sudah lama tinggal landas.

Sampai hari ini kita masih menjadi bangsa yang suka berdebat, dan setiap perdebatan tidak pernah menyelesaikan masalah, karena yang ditonjolkan dalam perdebatan hanyalah unjuk kepintaran, bukanlah untuk menyelesaikan masalah.

Pada akhirnya, satu masalah tidak selesai, sudah muncul masalah baru yang tidak kalah rumitnya. Ini hanya karena mindset yang salah, yang muncul dalam perdebatan hanya ego pribadi.

Kita cuma menguasai ilmu secara teori, dan tidak pada praktiknya. Sementara negara-negara maju, lebih mengutamakan praktiknya daripada teori. Ini semua karena persoalan mindset yang tidak berubah.

Di media social kita lihat banyak sekali yang muncul orang-orang pandai yang berteori, ketika dia ditempatkan pada posisi sebagai seorang eksekutor, dia tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya merasa pandai sendiri, tapi tidak bermanfaat bagi kepentingan orang banyak.

Ajinatha

Tinggalkan Balasan