Dear, detak jarum jam yang terus berputar
Semoga setiap tik-tak mu adalah doa
Aku tak tahu di detik berapa kita akan merasa sedih, dan di detak berapa akan gembira
Kita hanya bisa memandang mereka bagaikan rimbunnya dedaunan di atas pohon
Hempasan angin yang menerpa bagaikan senda gurau.
Diantara pancaran mentari penyejuk hari
Mungkin kita hanya bagian yang tak berarti
Mencoba menelisik sunyi
Dan membiarkan pergi
Cukup memandang dari tepian kata yang masih tersembunyi
Dear jarum waktu yang tak pernah berhenti,
Tak ada yang harus disesali, tak ada yang harus diharap agar datang atau pergi
Kini takkan sendiri, takkan sepi
Meski hanya suara detakmu yang setia menemani
Ruang Puisi, 22 Agustus 2021
*Puisi ke 15 KMAA
Pernah terbit di sebuah blog