A. Lewat YPTD, bertemu dengan ayah literasi
Bertemu dengan orang-orang baik merupakan anugerah tak ternilai. Sahabat yang baik, rekan sejawat yang baik, keluarga yang baik, sangat-sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Umumnya, kita berinteraksi langsung dengan orang-orang disekeliling, hingga memberi penilaian bahwa seseorang itu baik. Kali ini, aku ingin berkisah tentang seseorang, yang sama sekali belum pernah bertemu langsung, hanya bersua secara virtual.
Gencarnya berbagai kegiatan lewat webinar, membuatku berpetualang dari satu komunitas ke komunitas lainnya. Webinar dibidang literasi merupakan oase bagiku, sebab mampu melepas dahaga. Setelah terbentur dengan mahalnya biaya hingga buku sampai ditangan, akhirnya aku bersua dengan beliau, pak Thamrin Dahlan ( Ayah TD ). Kuberanikan diri menghubungi beliau lewat wa, berharap agar buku solo kedua bisa naik cetak sekaligus ber-ISBN. Dan, beliau membuka diri, memberi kesempatan beberapa hari untuk melakukan editing akhir untuk naik cetak.
Selanjutnya, aku bergabung di wag khusus milik Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD), Yayasan nirlaba, yang bergerak dalam penerbitan buku ber-ISBN secara gratis. Interaksi di grup membuatku lebih mengenali pak TD, ternyata beliau adalah Purnawirawan Polisi. Maka, aku menyapa beliau dengan sebutan ayah, karena secara kebetulan ayah kandungku juga seorang Purnawirawan Polisi, Peltu Purn. Albert Nainggolan. Tak dinyana, akhirnya sebutan ayah menular ke sahabatku Elok, Heddy, hingga akhirnya seluruh anggota grup menyebut beliau “ Ayah “.
Dalam berbagai webinar yang diadakan YPTD, kami anak-anak ayah selalu hadir. Tak jarang tiba-tiba ayah ngechat, memberi amanah menjadi host, moderator, bahkan didapuk menjadi narasumber. Bila mengukur kemampuan, maka belumlah pantas menerima amanah tersebut, namun motivasi dari ayah membuat kami anak-anak literasinya harus mencoba dan memantaskan diri. Disamping itu, kami tidak ingin membuat ayah kecewa dengan menolak permintaan beliau, sebab kami yakin ayah ingin agar kami juga mengawal laju literasi dengan baik.
B. Ikut menulis di G20 writer’s, kenapa tidak?
Semakin hari, interaksi di YPTD bersama sahabat literasi lainnya semakin berwarna. Ada yang rutin mengirimkan pantun, tulisan, serta informasi lainnya yang menambah khasanah keilmuan.Sepanjang pengamatanku, tak satupun sahabat di wag YPTD yang menganggap diri lebih berilmu dibanding yang lainnya. Ada bang Rasyid si raja pantun, bang Dodot sang wartawan bangkotan, Ito Ajinatha yang jago desain cover, Mas Nuryadi pakarnya IT, serta sederet nama lainnya yang tak dapat disebut satu persatu. Semuanya bahu membahu, menghidupkan geliat sastra di bawah rumah nyaman bernama YPTD.
Pada ulangtahun pertama YPTD, diadakan lomba menulis yang terbuka bagi siapa saja. Adrenalinku menggelora, ingin mencoba sejauh mana keberanianku bertarung di arena dengan para penulis senior plus penulis yang diberi julukan ‘ Tulisannya daging semua “. Dan seperti biasa, penyakit “ The power of kepepet “ selalu menghampiri. Beberapa jam sebelum deadline, tulisan kukirim ke website YPTD.
Ada yang aneh, tapi aku tidak paham dimana keanehan tersebut ketika melihat tulisanku tayang. Sambil berselancar di dunia maya, informasi di wag tetap kupantau, hingga ada sahabat yang memberi komentar, bahwa tulisanku salah masuk, ku posting di bagian judul, alamak…kata orang Medan. Maka, segera ku edit tulisan tersebut, jelang pukul 24.00 WIB akhirnya kelar juga. Tak sedikitpun berharap akan meraih salah satu juara, namun takdir telah menemui tulisan, namaku tercantum sebagai salah seorang pemenang.
Usai lomba, komunikasi dengan ayah semakin intens. Hingga pada hari itu, ayah mengirimkan daftar nama penulis yang berkontribusi di G20 writer’s, bersama beberapa sahabat YPTD lainnya. Sekitar 100 penulis berkontribusi dalam penerbitan buku yang akan dipersembahkan kepada 20 Kepala Negara pada KTT di Bali, November 2022. Sungguh, sebuah kebahagiaan tersendiri ketika ayah memberi peluang buatku untuk turut meramaikan event G20 melalui tulisan tersebut.
C. Ayah TD, sosok penyabar dan solutif
Meski terbentang jarak sejauh 1642 KM, tidak menghalangi komunikasi baik melalui zoom, wag, maupun handphone. Tak jarang aku dengan Heddy melakukan komunikasi bertiga dengan ayah, terlebih ketika kami terbentur dengan urusan literasi. Untuk diketahui, kami memiliki tim Road Blog to Book Attribute, kolaborasi dengan YPTD. Kegiatan ini berlangsung selama 5 bulan, dengan menggelar webinar setiap Jum’at sore. Nah, disela-sela kegiatan tersebut, kadangkala kami menemui hambatan, terutama friksi internal.
Ucapan-ucapan sejuk dari ayah mampu membuang jauh-jauh rasa greget dihati kami. Nasehat ayah yang paling membekas adalah “ Luruskan niat ananda, teruslah berjuang dan bekerja, tidak akan ada yang sia-sia “. Tak dipungkiri, dalam kegiatan apapun, kita akan mengalami kondisi yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan. Maka, sesempurna apapun kita mengelola sebuah kegiatan, tetap saja harus mengedepankan kearifan dan kesabaran. Dua hal inilah yang aku temukan dalam sosok ayah literasi kami, hingga akhirnya beliau menjadi muara dari keluh kesah.
Selain sebagai ayah literasi, beliau juga memiliki sebutan “ Ulama “, usia lanjut masih aktif. Awalnya, aku terkecoh dengan sebutan itu, sebab biasanya ulama disematkan pada orang yang menguasai ilmu agama dan menjadi panutan di masyarakat. Namun, ternyata beliau benar-benar ulama, tidak hanya aktif di usia tua, tapi mampu menjadi sosok panutan terutama bagi kami anak-anaknya, dirumah besar YPTD.
Pada akhir tulisan yang jujur membuat hatiku mengharu biru, ijinkan ananda untuk melantunkan do’a dan harapan buat ayah kami, Thamrin Dahlan. Semoga segala perjuangan ayah, jerih payah ayah dalam memajukan literasi di persada Indonesia, kelak akan menjadi amal jari’yah yang akan terus menjadi cucuran rahmat bagi semesta. Selamat ulang tahun yang ketujuh puluh ayah literasi kami, semoga Allah Swt memberi usia yang berkah, aamiin. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.
Bagus sekali tulisan Bunda. Bapak Thamrin Dahlan pantas dioanggil Ayahanda Literasi . Bahkan bukan ayah literasi tapi Ayah bagi kita di grup karena kita tenukan sifat kebapakan darinya. Ayahanda juga sama lahirnya dengan Auah Elok 7 juli 1947 adalah hari lahir Ayah Elok. Semoga kesehatan dan keberkahan membersamai Ayahanda . Semoga bisa temu nyata bukan maya . Insyaalah Aamiin.