Menulislah dengan Hatimu

Pernah mendengar istilah “Apa yang disampaikan dari hati, akan sampai ke hati lagi”? Satu kalimat singkat, namun penuh makna.

Tak hanya menulis. Istilah ini berlaku untuk segala tindakan kita. Dalam setiap perilaku kita.

Dilihat dari segi ilmiah, setiap benda tersusun atas partikel-partikel kecil yang menyusunnya. Setiap partikel tersebut bisa terdiri dari berbagai atom. Langit dan bumi serta apa pun yang terserak di antara keduanya tersusun atas atom-atom. Bahkan dalam butiran debu, bisa terdapat milyaran atom (bisa dibuktikan dengan persamaan jumlah mol).

Saya masih ingat, ketika masih duduk di bangku kuliah, salah satu dosen saya bercerita tentang vibrasi atom ini. Setiap atom mampu menyerap dan melepaskan energi. Lebih jelas, hal ini dibahas di bidang mekanika kuantum. Ilmu yang mempelajari tentang suatu aktivitas dari materi dan energi yang bersifat mikroskopis seperti molekul, atom, dan lain-lain.

Hehe, tenang saja. Saya tak akan membahas berbagai rumus yang bisa jadi membuat kita pusing tujuh keliling.

Intinya, atom yang sederhananya tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton (bermuatan positif) dan neutron (netral) bisa berinteraksi. Dalam peristiwa kimia biasa, yang lebih banyak berperan adalah elektron.

Elektron ini bisa “berpindah” bahkan “bergandengan” dengan elektron dari atom lain. Pada kasus tertentu, seperti reaksi inti, maka partikel dalam inti atom (proton dan neutron) pun bisa berubah. Namun, hal ini menghasilkan energi yang luar biasa besar.

Ilustrasi ledakan bom atom (Bombastis.com)

Tengok saja bagaimana Nagasaki dan Hiroshima Jepang luluh lantak pasca mendapat serangan bom atom. Nah, bom atom ini salah satu contoh yang memanfaatkan reaksi inti dari atom Uranium (bahan yang mengisi bom atom “Little Boy” yang digunakan di Hiroshima) dan Plutonium (bahan untuk bom atom “Fat Man” yang meledakkan Nagasaki).

Dilansir dari Wikipedia, dalam kurun dua sampai empat bulan pertama setelah pengeboman terjadi, dampaknya menewaskan 90.000–146.000 orang di Hiroshima dan 39.000–80.000 di Nagasaki; kurang lebih separuh korban di setiap kota tewas pada hari pertama.

Pada bulan-bulan seterusnya, banyak orang yang tewas karena efek luka bakar, penyakit radiasi, dan cedera lain disertai sakit dan kekurangan gizi. Mengerikan, bukan?

Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah sebagai akibat dari energi termal, yaitu energi panas yang dimiliki atom-atom pada suhu tersebut. Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada kristal.

Sebagaimana efek resonansi, suatu benda yang bergetar dapat menggetarkan benda lainnya yang bahkan sedang diam selama frekuensinya sama. Maka tak salah bukan jika dikatakan semangat itu “menular”. Ngantuk itu “menular”.

Saat kita bersemangat, maka energi dari tubuh kita mampu menggetarkan udara (ingat bahkan di udara pun terdapat banyak sekali atom). Jika cukup kuat, getaran semangat itu akan sampai ke orang-orang di sekeliling kita. Maka, jadilah mereka ikut bersemangat.

Yang harus diingat adalah tak hanya energi positif yang dapat menular. Energi negatif pun, bisa menular. Jadi, tetaplah bersikap optimis. Berpikiran positif dan berhati positif (berprasangka baik).

Lalu apa hubungannya dengan tulisan? Meski penulis dan pembaca bisa jadi tak langsung bertemu tatap muka, saya yakin saat menulis energi dari si penulis akan mengalir ke setiap kata yang ia tuliskan.

Energi tersebut mungkin akan tersimpan dan terpancar saat ada orang yang membaca tulisannya. Meski ini hanya sebuah asumsi, tapi kiranya dapat direnungkan.

Maka, menulislah dengan hati, agar sampai ke hati pula.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi.

Salam literasi!

 

Tulisan ini merupakan penutup dari Lomba Blog PGRI bulan Februari 2021. Alhamdulillah.

Ditta Widya Utami

 

Tinggalkan Balasan

2 komentar