Belajar dari Kepala Sekolah Inspiratif

“Jangan berhenti berkarya dan jangan berhenti belajar, karena saat kita berhenti belajar, selesai sudah semuanya.” Dr. Suparno

Sabtu, 11 Februari 2023 Omjay (Dr. Wijaya Kusumah) meminta saya untuk menjadi moderator dalam Webinar APKS PGRI. Mulanya, niat saya hanya menjadi peserta saja, namun karena Omjay yang meminta dan Pak Fajar sebagai host berkenan, akhirnya saya mengiyakan.

Dr. Suparno Sastro, S.Pd., M.M. adalah narasumber di Kupas Tuntas Inovasi Juara Guru dan Kepsek Inspiratif Kemendikbudristek. Beliau merupakan satu di antara 10 orang yang mendapat Apresiasi Kepala Sekolah Inspiratif Kemendikbudristek tahun 2022. Wow, luar biasa!

Ketika membaca CV beliau, sederhana sekali. Satu paragraf bionarasi, lalu ada riwayat pendidikan dan pekerjaan. Dalam hati saya yakin, prestasi beliau pasti sangatlah banyak. Hanya saja sengaja tak ditampakkan. Begitulah biasanya orang-orang hebat seperti beliau, selalu humble.

Jujur, saya kaget ketika Omjay memberi tahu bahwa Dr. Suparno baru saja tiba dari Amerika sore harinya. Di sela diskusi, beliau menceritakan tentang perjalanannya ke Negeri Paman Sam bersama murid-murid di sekolah. Masya Allah tabarakallah.

Sesi Zoom dengan Dr. Suparno (dokpri)

Sesi Inti

Sosok yang juga tergabung dalam Tim Pengembang Kurikulum di Direktorat SMA Kemendikbudristek tersebut memulai sesi dengan kisah saat mengikuti apresiasi yang tak hanya untuk KS (kepala sekolah), namun juga guru dan pengawas. Saya juga sebenarnya ikut, hanya saja belum berhasil untuk dipanggil ke Jakarta. Hehe, oleh karena itu saya ingin belajar dari beliau.

Hal yang paling saya ingat dari cerita beliau adalah bahwa beliau sempat melaksanakan umroh sebelum mengikuti ajang tersebut. Masya Allah. Beliau berpesan agar kita bisa dengan teliti memahami petunjuk yang telah disediakan. Biar bagaimana pun, ajang kali ini langsung dilaksanakan secara nasional. Siapa pun benar-benar memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat apresiasi karena dinilai langsung oleh Tim Kemendikbud.

Oleh karena itu, membuat karya dan mengunggah administrasi yang sesuai ketentuan menjadi suatu hal yang wajib dilakukan. Jika durasi membuat video adalah 5-10 menit, maka buatlah diantaranya. Lebih satu detik saja, tentu tak akan lolos. Beliau juga mengingatkan bahwa para asesor bisa saja menilai ratusan pendaftar (seketika saya jadi teringat teman yang harus memverifikasi 1000 aksi nyata dalam sebulan di PMM). Oleh karena itu, jika tak sesuai ketentuan, bisa saja kita langsung di skip.

Contoh lain adalah ketentuan tidak boleh ada musik latar di video. Secara tertulis di buku panduan, musik latar tidak diperbolehkan. Saya sendiri sebetulnya sempat ikut sosialisasi terakhir yang dilakukan dengan panitia melalui ruang virtual. Banyak peserta yang bertanya apakah benar-benar tidak boleh menggunakan musik walau hanya sedikit. Saat itu, yang saya tangkap adalah boleh jika tidak mengganggu narasi video. Tapi ya, secara tertulis di panduan memang tidak boleh dan itu sudah tersebar. Jadi, sepertinya para asesor tetap pada keputusan awal, tidak ada musik pengiring.

Hal unik saya dapatkan ketika ada peserta webinar bertanya apakah Dr. Suparno yang merupakan Kepala Sekolah SMA Lab School Jakarta memiliki “mentor” saat mengikuti ajang tersebut. Ternyata,  beliau tidak memiliki mentor khusus. Dr. Suparno mempelajari dari video-video yang telah ada, kemudian membuat versinya sendiri. Sesuatu yang tentunya orisinal, efektif, bermanfaat dan sesuai ketentuan-ketentuan lainnya.

Beliau juga dengan baik hati mau berbagi link video serta contoh naskahnya. Buah tangan yang tak ternilai tentunya dari webinar kali ini. Video yang dimaksud bisa dilihat di bawah ini:

Di penghujung acara, ada peserta yang bertanya terkait kemungkinan tema apresiasi tahun 2023. Dr. Suparno menjelaskan, meski tak bisa menyebutkan pastinya, namun beliau menyarankan agar peserta mengikuti webinar-webinar dari Kemendikbudristek. Ikuti berita-berita terkait pendidikan. Amati concern-nya di bagian apa. Bisa jadi itulah yang akan diangkat jadi tema.

Di akhir, beliau mengingatkan agar kita menjadi pribadi yang terus belajar dan senang berkolaborasi. Mari, menjadi pembelajar seumur hidup. Semangat!

Tinggalkan Balasan