![]() |
Kondisi Jalan Pantura Patokbeusi (Perbatasan Subang-Karawang) pada Selasa (11/5) dini hari. Sumber : IG @exploresubang |
Selain itu, pemerintah juga menetapkan aturan tambahan berupa pengetatan perjalanan mulai 22 April-5 Mei dan 18-24 Mei 2021.
Aturan lengkap termasuk pengecualian, sanksi dan titik penyekatan, bisa Anda baca di sini.
Mudik Lebih Awal
Sejak nenek pindah rumah dari Bandung ke Subang, keluarga saya tak pernah mudik ke luar kota. Di antara saudara-saudaranya yang masih hidup, nenek adalah yang tertua. Oleh karena itu, keluarga dari Garut, Bandung dan Jakartalah yang datang mengunjungi kami.
Mulai tahun 2015, setelah menikah dengan orang Cirebon maka saya pun baru merasakan kembali mudik ke luar kota. Namun, di tengah pandemi ini saya dan suami memutuskan untuk tidak mudik.
![]() |
Mudik lebih awal (Maret, 2021) |
Sebagai gantinya, kami berkunjung ke rumah orang tua kami lebih awal, yaitu pada tanggal 27-29 Maret 2021. Tenang, berdasarkan hasil rapat evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), Bupati Cirebon Drs. H. Imron, M.Ag. menyatakan bahwa Cirebon sudah termasuk zona hijau (sumber: dbfmcirebon.com)
Pemudik yang Nekat Mudik
Meski tahun lalu diberlakukan pula larangan mudik, namun fenomena unik mudik lebaran terasa lebih kentara di tahun ini.
Banyak pemudik yang nekat mudik ke kampung halaman. Seperti tahun lalu, lebaran kali ini pun ada yang berjalan kaki demi bisa bertemu keluarga di rumah.
Ada yang memilih melintasi sawah dan gang tikus. Ada yang pura-pura jadi TNI agar lolos di titik penyekatan. Ada pula yang nekat menerobos titik penyekatan bersama ratusan bahkan mungkin ribuan pengendara motor yang hendak mudik.
![]() |
Pemudik menjebol pos sekat Kadungwaringin, Bekasi (sumber: @husna_mubarok) |
Tengok saja berita jebolnya pos sekat Kedungwaringin, Bekasi pada 9 Mei 2021. Wah, ngeri saya lihatnya. Para petugas dari kepolisian yang kalah jumlah dengan para pemudik dibuat tak berkutik.
Salah Siapa?
Mudik memang unik. Di satu sisi, pemerintah ingin memutus rantai penularan covid-19. Namun bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mudik bisa jadi satu-satunya kesempatan untuk kembali bertemu dengan keluarga.
Pemerintah khawatir, wajar. Pada tahun 2018 saja, ketika pandemi belum hadir, diperkirakan ada 19,5 juta orang yang mudik (Kompas.com). Bayangkan, apa jadinya bila pemudik ternyata positif terkena covid-19?
Diberitakan dalam TribunJabar.id pada 10 Mei 2021, pemudik asal Cikarang yang mengikuti rapid tes antigen acak di pos penyekatan Pasar Cipeundeuy, Kabupaten Subang dinyatakan positif terpapar covid-19.
![]() |
Rapid tes acak di pos sekat Cipeundeuy, Subang pada 10 Mei 2021 (sumber: Tribun Jabar.id) |
Weh weh … jika saja ia memaksa mudik ke Sumedang, keluarga tercinta jadi memiliki peluang terpapar covid-19 pula.
Mungkin masyarakat masih banyak yang abai. Tapi sungguh, pengalaman saya sebagai penyintas covid-19 (sembuh dari covid-19), dibutuhkan dana yang tak sedikit saat kita sudah terpapar loh.
Untuk suplai vitamin peningkat daya tahan tubuh dan beberapa alat pelindung diri saja, biayanya hampir menyentuh angka 2 juta (alhamdulillah ada support dari saudara). Belum termasuk biaya makan, obat khusus sesuai resep dokter, dsb.
Angka ini mungkin tak seberapa bila dibanding dengan selebriti tanah air seperti Uya Kuya, Inul Daratista dan Boy William. Mereka bahkan rela mengeluarkan hingga ratusan juta saat terpapar covid-19.
Meski bisa mengonsumsi ramuan alami hasil racikan sendiri, setidaknya hal ini bisa menjadi pertimbangan untuk rekan-rekan yang akan mudik. Pastikan Anda sudah melakukan rapid tes dan hasilnya negatif ya. Kalau tidak, jika nanti keluarga ada yang kena covid-19, salah siap toh?
Hujan Kritikan
Beberapa netizen ada yang mengkritik kebijakan larangan mudik tahun ini. Terlebih dengan adanya kabar warga negara asing yang diperbolehkan ‘mendarat’ di negeri tercinta.
![]() |
@rijalsystem |
Sebetulnya, tak hanya netizen yang mengkritik kebijakan larangan mudik. Sebagaimana diberitakan dalam cnnindonesia.com pada 8 April 2021, Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Relawan Peduli Pencegahan Covid-19, hingga Puan Maharani Ketua DPR RI sempat meminta pemerintah untuk menggodok kebijakan larangan mudik 2021.
Penurunan jumlah kasus covid-19 di Indonesia serta adanya izin melaksanakan tarawih dan salat Idul Fitri di masjid merupakan hal yang patut dipertimbangkan. Ditambah pada April ini, keran pariwisata sudah dibuka kembali oleh Pak Menteri Sandiaga Uno. Jangan sampai kebijakan jadi tumpang tindih.
Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Jhoni Ginting sebagaimana diberitakan dalam detikFinance (8/5) menyatakan bahwa kedatangan warga negara (WN) China bukan untuk berwisata. Mereka masuk untuk bekerja di Proyek Strategis Nasional (PSN).
Kebutuhan WN China yang datang tergantung pada investor. Nah, kalo investornya banyak dari China, wajar toh mereka mendatangkan WN China?
So, kalau gak mau banyak WNA yang masuk ke negeri kita, mungkin sebaiknya kita jadi investor juga. Hehe.
Mereka yang Berjuang
Jika sebelumnya saya lebih banyak menceritakan tentang pemudik, di bagian ini saya akan berbagi kisah dari mereka yang berjuang ‘mengamankan’ mudik lebaran 2021.
Pada 6 Mei 2021, saya bertemu dengan istri Pak Tri saat tengah mengantri untuk vaksin covid-19. Beliau bercerita sejak semalam suaminya yang merupakan Babinsa (Bintara Pembina Desa) sudah mulai bertugas di pos penyekatan Cipeundeuy.
Ia bercerita dengan mata berkaca-kaca karena tahu suaminya akan jarang pulang. Ia harus bisa membesarkan hatinya dan juga anak-anak.
Di grup keluarga, a Dindin (sepupu) juga sering membagikan foto saat menjalani piket di pos penyekatan Tangkuban Perahu. Ia harus rela membagi waktu antara melaksanakan tugas dan menengok ayahnya yang sedang sakit.
Seorang teman yang tergabung dalam Satgas covid-19 Kabupaten Subang, sesekali masih update status bendera kuning di WhatsApp. Tanda bahwa ada pasien covid-19 yang meninggal. Tak terhitung sudah berapa kali ia mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap dan ikut memakamkan para jenazah covid-19.
Ia bahkan pernah bercerita, relawan yang matanya membelalak tiba-tiba saat dalam liang kubur lantas meminta rokok (padahal bukan perokok). Hal seperti itu (bisa jadi kesurupan/stress berat) sudah biasa bagi para relawan pengantar jenazah.
Penutup
Man teman. Mudik memang bisa jadi obat rindu bagi siapa pun yang memiliki rasa kasih dan sayang terhadap keluarga.
Terpisah lama pun jauh dari kerabat bisa jadi amat menyiksa. Cukup bertemu saat lebaran terkadang menjadi cara ampuh membangkitkan semangat bekerja dan berkarya.
Jabat tangan dan peluk keluarga seolah punya jutaan energi yang bisa kita simpan untuk bulan-bulan berikutnya.
Namun, tak bertemu karena sayang pun bisa. Terlebih jika kita terpapar corona. Sedih memang harus sendiri menyepi.
Tapi bukankah di liang lahat nanti kita pun akan sendiri?
Semoga kita tak hanya mementingkan ego dan abai pada keselamatan orang lain. Mari jaga bersama orang-orang yang paling kita sayangi.
Selama sesuai syariat dan bukan untuk maksiat, bukankah taat pada pemimpin adalah kewajiban? 😊🙏🏻
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. Al-Nisa’ ayat 59).
Setelah membaca ini, apa pun keputusan Anda, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Kita hanya manusia biasa yang mampu merencanakan. Namun apa yang akan terjadi berikutnya, Allah jua yang tentukan kan?
So, mari ber-tawakaltu ‘alallah ….