Assalamualaiku Wr. Wb Namaku Edelwis Putri Aqnasia yang biasa dipanggil dengan sebutan Edel, aku berusia 18 tahun dan sedang menjalani kuliah sebgai mahasiswa akademi keperawatan polri. Aku lahir di jakarta 28 Agustus 2002, serta merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan aku anak perempuan satu satunya di keluargaku.
Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, papahku anggota POLRI dan ibuku yang bekerja sebagai karyawan swasta. Saat kecil aku bercita cita ingin seperti papah yang terlhat gagah dengan balutan seragam lengkap dengan senjatanya, aku berfikir aku ingin melindungi keluargaku dan negara.
Selang 2 tahun setelah aku lulus TK cita citaku kian berubah aku ingin menjadi dokter karena menurutku dokter itu keren dapat menyembuhkan pasiennya dan menyelamatkan manusia. Sewaktu SD aku juga pernah ikut ekstrakulikuler dokter kecil/PMR karna aku ingin tau rasanya menolong orang sakit.
Ketika aku masuk SMP aku meneruskan menjadi PMR karena aku berfikir aku pasti bisa menjadi dokter. Aku sempat dilantik dan mendapat setifikat dari PMI. Tapi pada saat aku menginjak kelas 3 SMP keinginanku untuk menjadi dokter goyah karena banyak isu isu politik yang tidak aku fahami dan karena itu aku mencari informasi dan meruba cita citaku menjadi hakim karena aku ingin membantu rakyat dengan ekonomi menengah kebawah yang terjerat pasal dengan masalah sepele dan membiarkan mereka yang punya uang semena mena. karna hukum di indonesia hanya berlaku tajam kebawah tetapi tumpul keatas, hanya orang beruang yang bisa bebas dari jeratan hukum.
Dengan berjalannya waktu, aku memasuki SMA dan kekeh dengan jurusan IPA karena aku berfikir dengan aku masuk jurusan IPA aku mudah memilih jurusan kelak. Aku merubah keputusan ku kembali karna politik di indonesia terlalu kejam jadi aku tidak sanggup bisa bisa aku menjadi orang yang ingkar kelak sehingga aku bingung jurusan apa yang harus ku ambil dan itu belum terfikirkan lagi. Saat kelas 2 SMA guruku berkata “mulai sekarang carilah kelebihan kalian supaya mudah menentukan juran di kelas 12” aku berfikir apa aku punya kelebihan? Tidak aku tidak menemukan kelebihanku sama sekali waktu itu, aku putus asa sampai temanku memberi tahu kalau aku punya kelebihan dan aku mulai percaya diri kembali.
Saat kelas 3 SMA semua cita cita yang aku cita citakan dulu tidak lagi terlintas di pikiran aku karna aku tidak yakin dengan otakku yang standar aku tidak akan dapat,sampai akhirnya saat semester 2 aku tertarik dengan jurusan psikologi sehingga aku bertekad aku pasti bisa kali ini. Aku cari tau aku dalami aku semakin optimis aku bisa masuk universitas padjajaran jurusan psikologi, aku berjuang sebisaku sampai pendaftaran SBMPTN dibuka aku selalu optimis pasti bisa.
Tiga hari sebelum SBMPTN ibuku membawa kabar kalau aku disuruh ikut tes di Akademi keperawatan polri. Selama 4 hari bolak balik aku mengikuti tes, sampai akhirnya tes wawancara aku dinyatakan lulus dan ibuku bahagia karena itu akupun harus merelakan ujian SBMPTN dan ujian tulis mandiri, kecewa iya karna aku harus merelakan cita citaku tapi aku ikhlas. Karna kita tidak pernah tau apa rencana tuhan. Sekeras apapun dan serapih apapun kita menyusun rencana kalau tuhan berkehendak lain ya tidak akan terjadi. Kalau ibu saya senang saya juga senang karena perawat termasuk mitra kerja dokter juga samasama menolong untuk tujuan yang mulia.
“ Gagal itu makanan sehari hari. Itu biasa, yang penting bagaimana(kamu) menyikapinya. Evaluasi. Bangkit. Gagal lagi?. Bangkit lagi!” – (Chairul Tanjung)