KMAC H-40 Redundant 35: “Hatiku Penuh Nyanyian”

Redundant 35: “Hatiku Penuh Nyanyian”

Oleh Erry Yulia Siahaan
(Sumber: Dreamstime)

Sudah berulangkali, saat bangun pagi atau ketika mengerjakan sesuatu, seperti ada musik dalam diri Lia. Ada yang dengan kata-kata, ada yang cuma iramanya.

Entah berapa lama musik itu sudah “berputar” ketika akhirnya wanita itu akhirnya menyadarinya. Lia seakan-akan sedang mendengarkan lagu, tetapi lagu itu ada dalam dirinya. Yang bukan terdengar dengan telinga, tetapi memang ada. Begitu menyadarinya, Lia biasanya terdiam sejenak. Mendengarkan baik-baik. Itu musik atau lagu apa tepatnya, pikir Lia.

Sulit untuk menceritakannya dengan kata-kata. Tetapi begitulah faktanya. Umumnya lagu-lagu gereja. Tapi, pernah suatu kali, pagi-pagi, Lia baru saja bangun dari tidur. Belum beranjak dari kasur. Lia mendengar, ada musik dalam dirinya. Lia yakin, itu bukan lagu gereja. Lia mengenali lagu itu dari iramanya. Lincah. Riang. Hati Lia seperti meluap-luap dibuatnya. Tetapi, Lia tidak mengenali kata-katanya.

Lagu gembira itu muncul pada awal Maret lalu. Usai beribadah, Lia bergegas merekam nada-nada yang masih diingatnya itu melalui handphone. Langsung pada kolom chat WhatsApp (WA) temannya yang seorang organis gereja. Voice note itu pun langsung dikirimnya.

Ternyata, itu lagu dalam bahasa Batak yang berjudul “Balintang”. Lagu ini biasanya dinyanyikan pada pesta pernikahan atau pada acara resepsi adat. Lazimnya, lagu ini dinyanyikan untuk mengiringi langkah iring-iringan keluarga yang hendak memberikan salam kepada pengantin di pelaminan.

Lia sudah mendapatkan syair lagu Batak itu. Tetapi, tidak seperti biasanya, untuk lagu yang satu itu, Lia belum mengerti sepenuhnya, apa maksudnya.

(Sumber: Freepik)

Pertemuan via Lagu dan Kata

Puji Tuhan. Sudah sejak lama sebenarnya Lia mendapatkan cara Tuhan yang ajaib bekerja dalam dirinya. Selain melalui musik atau lagu, Tuhan juga kerap bekerja melalui kata atau frasa dalam batinnya. Setelahnya, Lia sering mengalami pertemuan dengan kejadian, khotbah, materi bacaan, lagu, atau hal lainnya yang seirama dengan kata, frasa, musik, atau lagu tersebut.

Dalam banyak kali, Lia menjadi mengerti maksud kata atau frasa atau lagu itu. Untuk satu-dua kali, Lia tidak langsung mengerti. Ada yang menunggu dulu dalam hitungan jam atau hari. Yang jelas, Lia yakin, itu waktu yang terbaik di mata Tuhan. Terbaik kata Tuhan, pasti terbaik buatnya.

Sebagian kata dan frasa sudah menjadi tulisan. Ada yang berupa tulisan berseri. Lia sungguh takjub mendapati kenyataan itu. Apalagi, sebelumnya, Lia sudah sempat jeda cukup lama dari kegiatan tulis-menulis.

Suatu malam, menjelang akhir Desember 2022, seorang figur penting literasi mengirimkan link tulisan kepada Lia. Lia terharu. Apalagi, saat itu memang sudah ada niatan untuk kembali menulis. Berkat figur literasi itu, Lia menemukan kembali jalan menuju dunia yang sebenarnya sejak dulu telah memikatnya, yang sampai-sampai menariknya ke dalam dunia jurnalistik dan menjadikannya seorang jurnalis hingga belasan tahun.

(Sumber: Love Pik)

Suka Menyanyi

Lia memang suka menyanyi. Dia menyukai musik, juga sastra. Lia bisa bermain gitar dan sedikit keyboard. Sewaktu remaja hingga usai kuliah, Lia suka bernyanyi solo dengan gitarnya. Atau, memainkan musik sebagai pengiring grup vokal, sekaligus ikut menyanyi.

Lia tidak membatasi diri pada satu-dua jenis lagu tertentu. Kalau nada dan warna lagu itu cocok di hati, pasti disukainya. Biasanya, kalau terpikat, Lia segera mencari syairnya, kemudian melacak chord yang sesuai pada gitar. Lia akan berusaha sendiri dulu mencari chordnya. Jika mentok, barulah Lia menanyakannya kepada teman yang menguasai musik.

Sewaktu berkutat pada dunia reportase, Lia menjadi lebih jarang bernyanyi solo dengan gitarnya. Sesekali dia tampil pada acara-acara khusus. Misalnya, pada acara ulangtahun, ibadah keluarga, pernikahan, dan sebagainya. Itupun, banyak diiringi oleh organ tunggal, yang kala itu memang mulai menjamur.

Dalam satu-dua acara, Lia akan berduet dengan ponakannya, yang jebolan Purwacaraka. Ponakannya sungguh bagus suaranya. Pernah menjadi juara di kampusnya di Bandung dan sering menjadi wedding singer buat teman, kenalan, dan saudara-saudaranya. Dia juga pernah membuat rekaman lagu rohani, antara lain ketika Radio Pelita Kasih mengadakan lomba dan dia memenanginya.

Makin ke sini, urusan gitar makin jarang dipegang. Teknologi sudah begitu maju. Mendapatkan minus one (istilah untuk musik pengiring tanpa vokal, biasanya disebut musik karaoke) tidak perlu lagi repot-repot dengan memainkannya di keyboard lalu merekam dan memindahkannya ke flashdisc. Semua sudah makin mudah. Tinggal mencarinya di dunia maya. Segudang minus one tersedia.

Ada suatu masa, saat masih muda belia, Lia benar-benar intens mendengarkan lagu-lagu pujian, penyembahan kepada Tuhan. Salah satu lagu yang akrab waktu itu adalah “Hatiku Penuh Nyanyian”.

Ketika berulangkali mengalami kemunculan berbagai musik atau lagu dalam dirinya, Lia teringat akan lagu itu. Dia juga teringat nas dalam Alkitab yang menjadi pesan dalam surat sidi, yang selaras dengan memuji Tuhan.

(Sumber: Freepik)

I Love You Lord

Belum lama ini, hari Sabtu, Lia mengalami pertemuan intens dengan lagu “I Love You Lord” dalam satu hari yang sama. Tanpa Lia sengaja.

Pagi-pagi, Lia membuka YouTube untuk mendengarkan lagu-lagu pujian. Dia memilih link streaming. Dalam laman YouTube itu ada gambar dan daftar lagu-lagunya, tetapi lagu yang pertama kali didengarnya bukan lagu “10.000 Reasons” seperti dalam daftar. Demikian pula lagu kedua, ketiga, dan seterusnya, tidak sesuai dengan daftar. Mungkin, karena itu live streaming, Lia sudah ketinggalan beberapa lagu, sehingga yang didengarnya sudah di luar daftar yang tertera.

Lagu itu adalah “I Love You Lord”. Lia cukup mengenal lagu ini. Lagunya enak, syahdu, kata-katanya indah.

“I love You, Lord/And I lift my voice/To worship You/Oh, my soul, rejoice – Take joy, my King/In what You hear/May it be a sweet, sweet sound/In Your ear”

(Sumber: Pinterest)

Yang bisa diartikan sebagai berikut:

“Aku mencintai-Mu, Tuhan/Dan aku mengangkat suaraku/Untuk menyembah-Mu/Oh, jiwaku, bersukacitalah – Bersukacitalah, Rajaku/Dalam apa yang Kau dengar/Semoga itu menjadi suara yang manis dan manis/Di telinga-Mu”

Dalam seharian itu, Lia berulangkali bertemu dengan lagu tersebut secara tidak sengaja.

“Luar biasa, Tuhan,” kata Lia. “Bagaimana saya tidak memuji-Mu?”

Saat melakukan kegiatan lain, hari itu, Lia meninggalkan link YouTube tersebut. Ketika membukanya lagi, Lia bermaksud menggantinya dengan link yang lain. Entah bagaimana, Lia mengklik link streaming juga. Tapi, link yang berbeda.

Ternyata, link itu tidak langsung muncul, entah kenapa. Lia mengklik tombol “play”, laptop tidak bereaksi. Akhirnya, Lia mendiamkan dulu laptop itu. Tiba-tiba terdengar lagu “I Love You Lord” dari laptop, tetapi link YouTube itu belum berputar, masih seperti tadi dan Lia mengklik-klik lagi, tidak berhasil lagi. Lagu itu akhirnya berhenti sendiri.

Lia kemudian menekan tombol “play” dari link yang baru itu, ternyata muncul lagi lagu “I Love You Lord” dari link tersebut, padahal (sama dengan link yang sebelumnya) judul pertama lagu dalam daftar bukanlah lagu itu.

Puji Tuhan. Luar biasa.

(Sumber: Pixabay)

In Moment Like This

Hal yang mirip-mirip seperti itu terjadi pada hari yang lain. Lagunya hari itu adalah “In Moment Like This”. Ini juga lagu kesukaan Lia. Lia menjadi teringat, bahwa seorang adiknya yang sakit, pernah meminta dibuatkan rekaman lagu itu dengan suara Lia sambil bergitar, sebagai hadiah untuk ulangtahunnya.

Beberapa waktu sebelumnya, adiknya itu berulangtahun, dan Lia mengucapkan selamat berulangtahun melalui WA. Adiknya lantas memintanya membuat rekaman lagu itu untuk ulang tahunnya. Lia menyadari, dia masih berhutang soal itu. Lia masih mengusahakan gitar. Gitar di rumah sudah tidak ada, karena dibawa oleh anaknya yang sudah menikah. Lia merencanakan akan membuat rekamannya dengan gitar gereja.

Begitulah. Hari-hari selanjutnya, masih ada lagu dan musik yang suka berputar dalam diri Lia. Sebagaimana hari-hari sebelumnya. Ada yang sudah dipahaminya, ada yang belum.

Juga masih terjadi berbagai pertemuan antara kata atau frasa dalam dirinya dengan fakta-fakta dalam kesehariannya.

Lia bersyukur atas keajaiban itu, yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidupnya. Hatinya girang. Lia berbahagia. Hatinya selalu penuh nyanyian, bahkan ketika lagu atau musik itu sedang tidak berputar dalam dirinya. ***

Tinggalkan Balasan