Emansipasi, dari Kamus sampai Kurir

Literasi, Sosbud, Terbaru59 Dilihat
Emansipasi. (Foto: Dreamstime)​​​​​

Pengantar:
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan Kamis Menulis — salah satu kegiatan rutin Lagerunal (Cakrawala Blogger Guru Nasional). Tema minggu ini adalah 
“emansipasi”. Tulisan ini sekadar utak-atik ringan dari seorang yang suka menggelitik bahasa. 

Mari bicara jujur. Ketika Anda disodorkan kata “emansipasi”, apa yang terlintas di benak Anda? Ketika Anda kemudian diminta menuliskan sesuatu yang berhubungan dengan kata tersebut, apa yang akan Anda tuliskan?

Dari pengalaman saya, rata-rata responnya sama: Emansipasi dan Raden Ajeng (RA) Kartini.

Bisa dimaklumi. Seperti hari-hari ini, layaknya setiap kali kita bertemu dengan bulan April, kita diingatkan pada kata “emansipasi”. Tanggal 21 April di Indonesia diperingati sebagai Hari Kartini — hari lahir RA Kartini. Dia adalah perempuan keturunan (setengah) bangsawan, yang pada masanya banyak menulis soal perjuangan perempuan untuk bebas dari belenggu adat istiadat atau feodalisme, khususnya dalam hal pendidikan bagi perempuan dan menghindari mereka dari pernikahan poligami.

Kumpulan suratnya yang kemudian dibukukan di bawah judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” banyak diwarnai dengan pemikiran dan perjuangannya demi kaum wanita di masanya. Itu sebabnya Kartini dikenal sebagai pejuang emansipasi.

Berdasarkan perjuangan Kartiini itu, kita kemudian mencoba merefleksikan emansipasi sebagai sebuah capaian melalui kenyataan, yakni dengan menakar sudah sejauh mana emansipasi ditegakkan, khususnya setelah perjuangan Kartini dan perempuan-perempuan lain setelahnya.

Kata “emansipasi” terbingkai sedemikian rupa, hingga banyak yang menonjolkan kemajuan para wanita dalam berbagai bidang kehidupan sebagai jawaban atas refleksi tersebut. Misalnya, terjunnya perempuan ke bidang-bidang profesi yang sebelumnya didominasi oleh kaum lelaki atau dianggap tabu bagi perempuan. Seperti pilot, montir, kickboxer, stuntman, dan sebagainya.

Ada juga yang kemudian menakar capaian emansipasi dari segi kuantitas. Artinya, tidak cukup lagi membahas “pekerjaan apa saja” melainkan juga “berapa jumlahnya”. Misalnya, berapa banyak perempuan yang menjadi pilot, montir, kickboxer, dan stuntman tersebut.

Jika semua profesi sudah dimasuki oleh perempuan, dan jika jumlah perempuan yang mengisi pekerjaan itu sudah seimbang atau bahkan melebihi jumlah lelakinya, saya tidak tahu, ragam refleksi yang bagaimana lagi akan dibahas ke depannya ketika kita bertemu bulan April.

Nalar saya yang liar merambah ke soal populasi perempuan yang kini jumlahnya melebihi populasi laki-laki. Dengan tak terbendungnya kekuatan perempuan di segala bidang, apakah suatu ketika justru gerakan emansipasi laki-laki yang muncul? Saya jadi nyengir, jujur.

Ini bukan suatu sinisme. Bukan. Di sini saya hanya mencoba meluruskan, bahwa pengertian emansipasi jauh lebih luas dari sekadar emansipasi perempuan, baik di Indonesia maupun di negara lain. Jadi, emansipasi perempuan adalah sebagian saja dari makna emansipasi itu sendiri. Emansipasi perempuan di Indonesia adalah bagian dari emansipasi perempuan secara global.

Nothing holds you back! (Foto: Dreamstime)

Kondisi Relatif

Makna emansipasi sebenarnya memiliki cakupan luas. Tidak hanya soal bagaimana perempuan bisa menempati posisi apa saja dalam kehidupan bermasyarakat atau dalam hal kekuasaan/pemerintahan. Emansipasi bisa merambah ke banyak hal, yang intinya “pembebasan” dari sesuatu yang dianggap “membelenggu”.

Jadi, emansipasi bisa terkait keterbelengguan karena aturan.

Artinya, suatu aturan mungkin saja bersifat membelenggu. Emansipasi sebagai sebuah proses berkonotasi “mendobrak” aturan itu untuk melepaskan individu-individu dari keterbelengguan. Misalnya, pada masa Kartini di mana perempuan kurang diberikan kebebasan dalam mengenyam pendidikan dan dalam mengambil keputusan soal pernikahan. Emansipasi di sini disebut emansipasi perempuan. Atau, aturan yang menyebabkan berlakunya perbudakan seperti pada masa kolonialisme atau perbudakan terhadap warga kulit hitam di banyak negara pada masa dulu.

Berdasarkan pemahaman saya, emansipasi juga bisa terkait kondisi yang sangat relatif. Maksudnya, di suatu budaya, dianggap hal biasa bahwa seorang anak masih bergantung pada orangtua, tinggal bersama orangtua, bahkan tetap dinafkahi oleh orangtua padahal usianya sudah 30 tahun misalnya.

Sedangkan pada budaya lain, kondisi itu dianggap sebagai “belenggu” sehingga dibuatlah aturan untuk membebaskan si anak maupun orangtua dari “belenggu” tersebut. Misalnya, di Amerika Serikat, undang-undang memberikan perlindungan bagi seorang anak yang sudah berusia 18 tahun untuk “keluar” dari kehidupan orangtuanya, karena dianggap sudah dewasa. Di negara maju ini, emansipasi adalah proses untuk mengakhiri otoritas hukum yang dimiliki oleh orangtua terhadap anak di bawah usia 18 tahun. Setelah emansipasi, orangtua tidak perlu lagi merawat atau membayar kebutuhan si anak. Sementara si anak memiliki hak baru dan tanggungjawab baru, misalnya untuk menandatangani kontrak kerja, memilih di mana dia tinggal, ke sekolah mana dia melanjutkan pendidikan, dan sebagainya.

Jadi, emansipasi bisa terkait kondisi yang dianggap “membelenggu” yang kemudian melahirkan aturan.

Emansipasi. (Foto: Dreamstime)

Dari Kamus Sampai Kurir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), emansipasi adalah pembebasan dari perbudakan, serta persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan. Emansipasi wanita berarti proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.

Merriam Webster mencuatkan definisi lumayan komplit melalui kata emancipate (kata kerja transitif, kata dasar dari emansipasi). Yaitu, membebaskan diri dari kekangan, kontrol, atau kekuasaan orang lain (bebas dari belenggu), lepas dari pengasuhan dan tanggung jawab orangtua, dan bebas dari pengaruh kontrol (seperti adat istiadat atau kepercayaan tradisional). Definisi ini lumayan komplit.

Merujuk Oxford Dictionary, kata emansipasi (dari kelas nomina) berarti fakta atau suatu proses “dibebaskan” dari batasan hukum, sosial, atau politik; pembebasan.

Situs Vocabuary mendefinisikan emansipasi (emancipation) sebagai proses dibebaskannya seseorang dari kendali seseorang atau sesuatu. Misalnya, emansipasi di AS di atas. Kata ini paling diingat dalam Proklamasi Emansipasi di bawah komando Abraham Lincoln pada 1863, yang membebaskan orang-orang yang diperbudak di AS. Namun, kata situs ini, emansipasi dapat menggambarkan jenis apapun dari pembebasan. Ekstremnya, rekan satu tim dapat melakukan pemogokan untuk emansipasi dari jadwal melelahkan yang telah diputuskan oleh pelatihnya.

Tentang contoh terakhir itu, saya teringat kejadian di Indonesia belum lama ini. Sebagaimana dituangkan dalam akun Facebook (FB) “Emancipate Indonesia”,  meninggalnya salah satu kurir di Jakarta belum lama ini menjadi contoh yang harus diperjuangkan melalui emansipasi. Kurir itu meninggal pada saat mengantar paket. Akun FB itu mengutip Twitter @arifnovianto_id mengatakan, kurir itu diduga meninggal karena kelelahan.

“Tidak seharusnya ada pekerjaan yang dibayarkan oleh nyawa. Kondisi kerja melebihi batas kemampuan dan minim perlindungan adalah hal yang harus dihadapi kurir serta pekerja gig economy setiap harinya. Hanya dengan bersama menyatukan suara kita dapt menghentikan sistem ekonomi yang mengeksploitasi orang-orang,” kata akun tersebut. (Tertulis “dapt”, maksudnya adalah “dapat”. Maklum, penggelitik bahasa.) ***

Logo Kamis Menulis (Foto: Lagerunal)

Tinggalkan Balasan