5 Prinsip Dasar Menggerakkan Literasi Sekolah dan Strateginya

Terbaru279 Dilihat

 

Dalam Gerakan Literasi Nasional, literasi baca-tulis dikembangkan dan diimplementasikan berlandaskan pada lima prinsip dasar. Kelima prinsip dasar pengembangan dan implementasi literasi baca-tulis yang dimaksud adalah keutuhan dan kemenyeluruhan (holistik), keterpaduan (terintegrasi), keberlanjutan (sustainabilitas),  kontekstualitas, dan responsif kearifan lokal.  Penjelasannya sebagai berikut :

  1. Prinsip Keutuhan dan Kemenyeluruhan (Holistik)

Literasi baca-tulis dikembangkan dan diimplementasikan secarautuh-menyeluruh (holistik). Di sini pengembangan dan implementasi literasi baca-tulis tidak terpisahkan dari literasi

numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan.

Pengembangan dan implementasi literasi baca-tulis di ranah

sekolah, keluarga, dan masyarakat juga sebagai kesatuan utuh, harus saling mendukung dan memperkuat. Lebih lanjut,  diimplementasikan secara serasi, dengan pengembangan kualitas karakter (dalam Gerakan PPK) dan kompetensi  kecakapan Abad XXI. Begitu pelaksanaan di berbagai unit kerja di Kemendikbud dan lingkungan pemerintahan lain  serta kelompok masyarakat merupakan satu keutuhan dan kesatuan.

 

  1. Prinsip Keterpaduan (Terintegrasi )

Literasi baca-tulis dikembangkan dan diimplementasikan dengan memadukan (mengintegrasikan) secara sistemis, dengan yang lain.  Di sekolah, misalnya, program dan kegiatan literasi baca-tulis perlu melekat secara sinergis dengan program dan kegiatan pembelajaran semua mata pelajaran; program dan kegiatan literasi baca-tulis di dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler perlu saling terhubung dan terangkai secara baik; dan guru mata pelajaran, pendamping kegiatan kokurikuler, dan pembina

kegiatan ekstrakurikuler yang melaksanakan kegiatan literasi

 

 

  1. Prinsip Keberlanjutan (Sustainabilitas)

Literasi baca-tulis dikembangkan dan diimplementasikan secara berkesinambungan, dinamis terus-menerus, dan berlanjut dari waktu ke waktu, tidak sekali jadi dan selesai dalam satuan waktu tertentu. Pengembangan dan pelaksanaan kebijakan literasi bacatulis di ranah sekolah, keluarga, dan masyarakat dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus.

 

  1. Prinsip Kontekstualitas

Kebijakan, strategi, program, dan kegiatan literasi baca-tulis dikembangkan dan diimplementasikan dengan mendasarkan dan mempertimbangkan konteks geografis, demografis, sosial, dan kultural yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, sekalipun terikat dengan kebijakan dan program pokok yang tercantum dalam Peta Jalan GLN, secara operasional pelaksanaan atau penerapan kebijakan, program, dan kegiatan literasi baca-tulis di Indonesia bisa beraneka ragam dan berbineka, tidak seragam dan sama. Misalnya, program, jenis, dan bahan kegiatan literasi baca-tulis di daerah urban, satelit, perdesaan, dan perbatasan dapat berbeda sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing.

  1. Prinsip Responsif Kearifan Lokal

Literasi baca-tulis tidak berada di ruang vakum sosial dan budaya serta tidak bisa dikembangkan dan diimplementasikan dengan mengabaikan, lebih-lebih meniadakan lokalitas sosial dan budaya. Agar gerakan literasi baca-tulis membumi dan berhasil tujuannya, pengembangan dan implementasi literasi baca-tulis perlu responsif dan adaptif terhadap kearifan lokal. (Kemendikbud, 2017)

Strategi Umum sukses GLS  mulai dari SD sampai SMA/SMK oleh pemerintah digambarkan sebagai berikut :

  1. menggulirkan dan menggelorakan gerakan literasi di sekolah;
  2. menyiapkan kebijakan pimpinan dari pusat sampai daerah dengan program GLS yang jelas, terukur, dan dapat dilaksanakan hingga ke tingkat satuan pendidikan;
  3. meningkatkan kapasitas sekolah untuk mengembangkan kemampuan literasi warga sekolah, melalui:
  • sarana prasarana/lingkungan sekolah, perpustakaan, dan buku

2) sumber daya manusia (pengawas, kepala sekolah, guru, pustakawan, komite sekolah)

  1. menyemai gerakan literasi akar rumput;
  2. meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya GLS;
  3. memberikan apresiasi atas capaian literasi berupa pemberian penghargaan literasi (Adiliterasi); dan
  4. melaksanakan monitoring dan evaluasi untuk peningkatan berkelanjutan bagi GLS.

Di tingkat sekolah, kesuksesan GLS ditentukan oleh adanya dukungan pemerintah daerah dalam melakukan sosialisasi, meningkatnya peran dan kapasitas warga sekolah (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pustakawan, dan Komite Sekolah). Selain itu, keberlangsungan program GLS juga ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang menunjang kegiatan GLS.

Blitar, 3 Maret 2021

 

Tinggalkan Balasan