Teknologi Tebu (3) : Diversifikasi Produk

Teknologi21 Dilihat

Industri gula di Indonesia saat ini masih bertumpu pada produk utamanya saja yaitu produksi gula pasir. Pengembangan diversifikasi masih belum intensif dilakukan.

Hal ini memang difokuskan untuk mencapai target Pemerintah dalam rangka swa sembada gula nasional yang masih juga belum tercapai.

Kendati demikian, beberapa produsen gula pasir sudah mulai mengembangkan diversifikasi produk mereka selain produk utamanya.

Sudah saatnya program energi hijau direncanakan dengan matang, dengan diversivikasi produk untuk menunjang industri gula di masa mendatang.

Mari kita simak potensi diversifikasi produk dari tanaman tebu. Berikut adalah ko-produk yang dapat dihasilkan dari tanaman tebu.

Silase, Wafer Pucuk Tebu dan Pelet

Tebu merupakan salah satu tanaman yang paling efisien dalam proses fotosintesa. Mampu menangkap hampir 2 – 3 % energi radiasi matahari dan mengubahnya menjadi biomasa.

Dari satu hektar luasan area tanaman tebu bisa dihasilkan lebih dari 100 ton biomasa. Biomasa tebu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pertanian lainnya.

Ketika tebu dipanen, maka tidak seluruh bagian tebu dibawa ke pabrik gula. Bagian pucuk tebu dipotong tidak disertakan sebagai bahan baku gula pasir.

Dari potongan pucuk tebu tersebut, 7 helai daun teratas dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bermanfaat sebagai sumber serat dan sumber hijauan  bagi ternak ruminansia. Pucuk tebu ini bisa dibuat dalam bentuk segar dan produk awetan.

Produk awetan biasanya berbentuk basah maupun kering. Produk ini dinamakan silase jika dalan bentuk basah dan wafer pucuk tebu serta pellet dalam bentuk kering.

Diantara produk tersebut, maka wafer pucuk tebu memiliki nilai tertinggi. Hal ini karena produk ini banyak diminati beberapa Negara sebagai sumber hijauan bagi ternak dimusim dingin.

Diversifikasi dari Ampas Tebu

Tebu hasil panen yang sudah terpilih memenuhi persyaratan giling kemudian diperah di Unit Gilingan. Perahan ini menghasilkan nira yang mengandung gula yang selanjutnya diproses menjadi gula pasir.

Dari proses pemerahan menyisakan ampas tebu yang bisa dipergunakan sebagai bahan bakar dalam pabrik untuk proses pembuatan gula pasir.

Jika pabrik menghasilkan ampas yang berlimpah, maka surplus ampas dapat digunakan sebagai sumber bahan baku untuk memproduksi listrik, pulp, kertas, kardus/karton, papan partikel, papan serat, gypsum board, furfural, xylitol, carboxy methyl cellulose dan lainnya.

Blotong sebagai Bahan Pupuk Organik

Blotong adalah sebutan ko produk yang dihasilkan dari proses pemurnian nira yang mengandung gula.

Nira tebu yang diperoleh dipisahkan dari kotoran, sehingga diperoleh nira jernih dan endapan berupa blotong yang merupakan sisa kotoran dari pemurnian nira tebu.

Blotong ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik yang baik dan bahan lilin alam. Namun pada umumnya blotong banyak digunakan sebagai pupuk organik.

Ko Produk dari Proses Kiristalisasi Gula Pasir

Proses kristalisasi gula dari nira kental yang sudah dipisahkan dari kotoran dan endapan menghasilkan kristal gula. Sisa cairan yang tidak bisa mengkristal dipisahkan. Cairan tidak mengkristal ini dinamakan tetes (molasses).

Ko produk tetes sangat bermanfaat baik langsung maupun setelah melalui proses lebih lanjut.

Pemanfaatan tetes secara langsung biasanya digunakan sebagai campuran pakan ternak. Selain itu juga digunakan untuk permen ternak (”Urea Molasses Block” atau UMB).

Tetes juga sangat popular sebagai bahan baku untuk produk fermentasi seperti alkohol, spiritus, asam asetat, aseton butanol, asam sitrat, asam laktat, glycerol, ragi roti, PST, L-lysine, MSG, dextran, xanthan gum dan sebagainya.

Dalam tulisan selanjutnya mari kita simak jenis-jenis ko produk yang bisa dikembangkan sebagai terobosan diversifikasi produk industri gula.

@hensa

Tinggalkan Balasan