Novel ini bercerita tentang wanita cantik jelita bernama Anindia Nilajuwita. Sosok yang terbelenggu cinta pertamanya.
Perkenalan Pertama
Teringat masa SMA, Prasaja adalah kakak kelasnya. Anindia bertemu pertama kali ketika Utami, adik perempuan Prasaja memperkenalkannya kepada kakaknya.
Perkenalan yang mengesankan berjabat tangan dengan pria kalem dan terkesan pemalu. Anindia yang periang dan Prasaja yang pendiam tampaknya sangat cocok bisa saling mengisi.
Anindia juga selalu teringat setiap bertemu di Gerbang SMA yang beralamat di Jl Ir H Juanda itu, Prasaja hanya tersenyum tidak berani menyapanya. Benar-benar pria pemalu dan pendiam.
Bahkan ketika di tempat parkir sepeda motor saat pulang sekolah itu, Prasaja hanya terdiam melihat sepeda motor Anin yang ban depannya kempis karena bocor. Untung saat itu ada Roby yang langsung mendekati Anin untuk menolongnya.
Tadi sebenarnya Anin melihat Prasaja sudah berjalan mendekat tapi urung ketika dia melihat justru Roby yang menolongnya. “Dasar pemalu, ” keluh Anindia saat itu. Gadis ini berharap bahwa yang menolong adalah Prasaja.
Kendati demikian, Anindia tetap tidak pernah berhenti mengagumi kakak kandung Utami, teman akrab sekelasnya. Semakin lama malah Anindia semakin mengagumi Prasaja yang sangat pendiam itu.
Pernah suatu malam saat belajar bersama di rumah Utami, ketika Anindia pamitan pulang rupanya Utami punya ide untuk mempertemukan dua sejoli ini.
“Mas Pras. Anterin dong Anin. Kasihan masa dia pulang sendirian malam-malam begini.” Mendengar permintaan Utami kepada kakaknya membuat Anindia kaget. Namun dalam hati terdalamnya sangat senang.
“Gak usah Mas Pras. Gan apa-apa aku pulang sendiri saja kan sudah biasa.” Kata Anindia menolak diantar oleh Prasaja.
“Mas Pras! Ini Anin sudah nunggu!” Teriak Utami.
Akhirnya Prasaja mengantar Anindia dengan sepeda motor menyusuri jalan sepi Kota Bogor. Hal ini membuat Anindia merasakan momen itu sebagai kenangan yang tidak bisa terlupakan.
Ketika motor yang ditumpangi mereka melintasi jalan yang berlubang, dengan refleks tangan Anindia memeluk tubuh Prasaja. Namun Prasaja membiarkan tangan itu memeluknya hingga akhirnya mereka di tempat tujuan.
Anindia di ruang kerjanya masih tersenyum sendiri jika mengingat peristiwa itu. Bahkan bau harum tubuh pria yang dikaguminya itu rasanya masih terasa hingga saat ini.
Tetiba lamunan lembar masa lalu itu buyar ketika sebuah ketukan pintu terdengar dari luar. Saat itu juga Anindia berjalan membuka pintu.
BACA JUGA : Tatkala Rumput Kusut Masai (1).
Salam Literasi @hensa.
BERSAMBUNG Tatkala Rumput Kusut Masai (4).
Novel ini hanya fiktif. Andaikata ada kesamaan nama-nama dan tempat, maka hal itu hanya kebetulan semata.
1 komentar