Cover Novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren (Ilustrasi Foto by Ajinatha).
Menulis Novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren dalam rangka mengikuti program KMAB oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan mulai 7 Juli 2022 – 17 Agustus 2022.
Episode 39.
Perjumpaan dengan Mikayla di Perpustakaan Pusat itu tidak pernah terpikirkan. Aku sendiri seakan masih belum percaya bahwa yang duduk di depanku itu adalah gadis yang selama ini sangat aku rindukan.
“Mas Hendar semoga tidak marah karena tidak mengabari selama sebulan ini. Sebelum aku sakit, sempat aku bertemu Omen. Masih ingat dia?”
“Iya Omen teman fakultasmu yang jadi kaki tangan Bos Enzo.” Jawabku.
Kayla bercerita bahwa Omen kembali mengancamnya agar tidak boleh berhubungan denganku. Kalau tidak mau menurut keinginannya, dia bermaksud mau menghabisiku.
“Kamu tidak apa-apa kan Mas Hendar?” Tanya Kayla sambil menatapku penuh rasa khawatir. Lalu tiba-tiba Kayla memegang pipiku yang memang terlihat masih lebam.
“Mas! Kenapa dengan pipimu?” Suara Kayla semakin khawatir sambil memegang pipiku.
Aku hanya tersenyum dan apa boleh buat akhirnya aku berterus terang kepada Kayla apa yang pernah aku alami di ujung Jalan Layang Pasopati itu.
Mikayla terkejut dan terlihat gusar. Aku melihat wajah Mikayla memendam rasa marah. Namun gadis cantik ini dalam kondisi marahpun aura kecantikannya tidak pernah pudar.
“Kayla sudahlah. Aku kan sudah sembuh sekarang. Lagi pula orang-orang yang melakukan penganiyayaan itu juga juga sudah dilaporkan.”
“Iya Mas. Namun mereka belum tertangkap. Aku jadi curiga dengan Omen. Biar nanti aku ceritakan kejadian ini kepada Om Leo.” Kata Mikayla menjelaskan rencananya agar para pelaku itu secepatnya bisa mendekam di sel tahanan Kepolisian.
“Kayla masih sering ketemu Omen di Fakultasmu?”
“Sudah lama tidak pernah ketemu. Dia sepertinya menghilang mungkin dia tahu sedang dicari.”
Aku melihat Mikayla sangat marah dengan kejadian yang menimpaku. Gadis ini benar-benar ingin menyelesaikan urusan ini secepatnya dengan bantuan Om Leo yang banyak memiliki akses ke Institusi Kepolisian.
Aku sendiri sebenarnya sudah hampir melupakan insiden itu karena saat ini begitu sibuk dengan agenda-agenda praktek bedah bersama dokter Ramli dan dokter Hambali, dua dokter terkemuka dalam dunia operasi bedah di Indonesia.
@hensa.
1 komentar