Malam ini waktu menunjukan pukul 20.00. Alhamdulillah suasana hati dan udara di sekitar rumah cukup menyenangkan dan menyegarkan. Seakan-akan menemani semua orang yang sedang menikmati waktu-waktu setelah berbuka puasa.
Sambil mondar-mandir melihat makanan yang ada di meja tanpa terasa ide dalam pikiran inipun ikut berjalan. Namun untuk menyelaraskan pikiran dengan ide saya berniat mencurahkannya dalam sebuah tulisan.
Selangkah, dua langkah, tiga langakah dan … sampailah saya di kamar untuk mengampbil laptop. Lalu saya simpan laptop di meja dan mulai membuka aplikasi blogger. Setelah semua program terbuka langsung saja jemari ini berada di atas tuts huruf seraya siap-siap untuk menari di atas tuts.
Tarian jemaripun mulai berjalan untuk menyelaraskan ide-ide menjadi tulisan. Sebuah tulisan untuk memenuhi tantangan di bulan April atau April Challenge. Yang mana tepatnya hari ini adalah hari ke-25 dengan mengusung tema berawalan huruf “Y”. Kebetulan sampai saat ini masih bingung dengan tema apa yang akan saya curahkan dalam tulisan.
Namun saya mencoba memulai tulisan dari awal bulan ramadhan yang mana jatuh pada tanggal 13 April. Tanpa terasa sekarang sudah meraih hari ke-13. Semakin hari semakin begitu cepat berjalan hingga tak terasa sebentar lagi akan menggapai hari penuh kemenangan. Kebudayaan orang muslim di saat bulan Ramadhan adalah sebagai berikut :
- Sebelum puasa melaksanakan ziarah kubur atau nadran. Yaitu pergi ke makam guna membersihkan makan dan sambil mengirimkan do’a. Meskipun menyampaikan atau mengirimkan do’a pada seseorang yang sudah meninggal sebaiknya dari rumah saja.
- Saling mengirimkan makanan. Mungkin untuk wilayah kota kebudayaan mengirimkan makanan sudah tidak dilakukan. Namun sebagian besar daerah pedesaan masih saling mengirimkan makanan satu sama lain.
- Saling memaafkan. Bersilahturahmi dan saling memaafkan biasanya juga dilakukan di awal puasa. Dengan tujuan untuk mengurangi dosa kita.
- Saling kunjung mengunjungi dan bersilahturahmi pada saat selesai melaksanakan sholat Idul Fitri.
- Kebudayaan mudik kampung halaman.
Nah pada poin ke 5 yang akan saya jadikan tema yaitu “Ya … Tidak Jadi Mudik”. Suatu hal yang menyenangkan pada setiap kaum muslimin apabila setelah selesai 1 bulan melaksanakan ibadah puasa adalah pulang kampung halaman atau mudik. Ketika kita mudik bisa bertemu keluarga besar semua. Namun sejak tahun 2020 kegiatan mudik atau pulang kampung tidak diperbolehkan oleh pemerintah.
Ini disebabkan pertama kali wabah virus covid19 masuk ke Indonesia tepatnya bulan Maret. Kesempatan para perantauan untuk berkumpul dengan keluarga besar pupus sudah. Angan-angan makan bersama, ngobrol dan bersenda gurau bersama pun usang sudah. Yang ada hanya asa yang tak berkesudahan dan entah kapan bisa bertemu.
Bagi yang jarak perantauannya hanya beberapa kilo meter mungkin masih bisa mudik atau pulang kampung namun bagi yang perantauannya harus menyebrami samudra atau kepulauan ini yang akan menjadi asa yang tak berkesudahan. Kesempatan bertemu sanak saudara pun hilang dari bayangan.
Waktu pun terus berlalu dengan cepat hari raya idul fitri sudah berlalu hampir satu tahun yang lalu. Bersamaan dengan hal itu wabah covid19 pun genap 1 tahun tepatnya pada bulan Maret. Wabah covid19 belum bisa hengkang dari bumi pertiwi ini. Hingga sampai bertemu lagi pada gerbang idul fitri tahun ini yang kemungkinan besar kita masih harus beradaptasi dengan covid19.
Untuk menghindari lonjakan pasien covid19 maka pemerintah akan melarang mudik dan mempersilahkan pulang kampung. Yang menjadi pertanyaan saya adalah perbedaan mudik dengan pulang kampung. Kemudian saya mendapat penjelasan dari teman bahwa mudik adalah seseorang yang kembali ke kampung halaman namun KTP nya daerah yang kita tempat. Sedangkan pulang kampung adalah seseorang yang merantau namun KTP nya tempat asal.
Kesempatan mudik setahun sekali kini hilang lagi bersamaan dengan adanya anjuran pemerintah untuk tidak mudik. Semoga di tahun-tahun mendatang covid19 sudah reda dan kesempatan mudik bisa diberlakukan lagi. Mudik … oh … nudik semoga bisa mudik.
Semoga Pandemi segera berakhir, agar kita dapat bertemu sanak keluarga di kampung,. Amiin Allohuma Amiin
Aamiin ya rabb dan maturwusun Bu Mayor. Saya ikut berduka cita atas tenggelamnya Nanggala 402 dan inshaAllah semua dalam keadaan husnul khotimah