Setelah terbangun dari tidur, mata sulit terpejam lagi. Laptop menjadi tempat tujuan untuk mengisi waktu hingga kantuk datang kembali. Sebelum terlalu banyak jemari ini merangkai kata menjadi sebuah cerita, bolehkah jawab pertannyaan sederhana ini!
- Cerita apa yang pernah Anda tulis pertama kali? jika, jawabannya belum pernah, mari jawab pertanyaan berikutnya!
- Kalimat apa yang pernah dirangkai oleh jemari pertama kali? jika, jawabannya masih belum pernah, mari baca pertanyaan berikutnya!
- Kata apa yang pernah tersusun pertama kali? jika, jawabannya masih belum, mungkin pertanyaan berikutnya bisa terjawab!
- Huruf apa yang pernah dicoba tuliskan pertama kali? jika, jawabannya tidak ingat, mungkin bisa menjawab pertanyaan terakhir dari saya ini!
- Goresan apa yang pertama kali Anda buat dan dimana? saya tidak yakin Anda bisa menjawab, namun saya yakin Anda sekarang sedang berusaha mengingat-ingat kejadian tersebut.
Beberapa pertanyaan yang baru saja Anda baca, merupakan sebuah proses panjang yang telah dinikmati dengan perasaan senang. Kegiatan menulis ternyata sudah melekat dalam diri semenjak kita bisa memegang alat tulis sendiri. Walaupun pertama kali yang terbentuk hanya goresan di dinding, mungkin!
Kawan YPTD, kegiatan menulis yang sedang kita senangi ini, jika dilakukan dengan secara benar, maka tak ada bedannya dengan kegiatan bercakap-capak, serius! Kalimat tersebut saya temukan pada goresan seorang novelis bernama Laurence Sterce.
Seperti pertanyaan yang saya lemparkan diawal tulisan ini. Menulis merupakan kegiatan memadukan kata menjadi sebuah paragraf. Kemudian beberapa paragraf tersusun menjadi sebuah cerita. Tulisan yang dibaca bisa berbentuk artikel, resume, cerpen, opini, puisi, pantun, atau novel. Kegiatan menulis tanpa terasa dapat menjadi sebuah maha karya yang dapat dinikmati para pembaca dan membuat penulis senang menulis.
Sebuah pertanyaan baru saja melintas di otak kecil saya. Bagaimana cara agar senang menulis? sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita renungkan sejenak. Semenjak kecil saya, anda, kita, kalian, dan mereka kebanyakan melewati proses menulis seperti beberapa pertanyaan di awal tulisan ini. Lalu kenapa masih terbesit tanya tentang bagaimana cara senang menulis, bukannya saya, anda, kita, kalian dan mereka sudah menulis!
Untuk meyakinkan kita semua bahwa menulis itu menyenangkan. Saya memiliki opini dari sebuah artikel yang ditulis oleh Bambang Soegihato. Beliau mengatakan semua orang yang normal punya kemampuan menulis. Contohnya, seseorang yang sedang jatuh cinta, tiba-tiba ia mampu merangkai tulisan yang indah bagi sang pujaan. Orang yang lagi gundah, tiba-tiba saja mampu menuangkan uneg-unegnya dalam buku hariannya sampai berlembar-lembar. Orang yang menemukan sesuatu yang luar biasa, tanpa perlu berpikir mampu mendeskripsikan apa yang dilihatnya. Berapa banyak status di sosial media yang muncul setiap harinya, semuanya berbentuk tulisan yang berisi curahan hati masing-masing, tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan tercurah dalam bentuk sebuah tulisan.
Contoh lain, ketika masih duduk di bangku sekolah, pernahkah kita diminta untuk menuliskan pengalaman pribadi, liburan misalnya? Sebagian atau mungkin kita semua tentu dapat menuliskan beberapa paragraf yang menceritakan tentang perjalanan liburan kita, meskipun dengan gaya bahasa dan cara penyampaian yang sangat sederhana. Seiring semakin dewasanya cara berpikir kita, semakin banyaknya hal-hal yang kita pelajari, dan semakin
banyak pula perbendaharaan kata yang tersimpan dalam otak kita, tentunya akan semakin berkembang pula tulisan kita, jika diasah dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bisa dipelajari, sama halnya dengan berbicara.
Jadi, jika seseorang sudah berminat untuk menulis tapi merasa tak punya bakat melakukannya, hendaknya segera melatih dan membiasakan diri terus berlatih menulis. Menulis apa saja hal yang dirasakan, atau menulis hal yang dikuasai. Setiap orang punya potensi bisa senang menulis. Tapi, tak semua orang senang menekuni budaya menulis ini, mungkin mereka belum menemukan kesenangan dan manfaat dari menulis.
Apakah Anda masih tidak senang menulis? atau Anda memang sudah senang menulis? Mari senang Menulis!
Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
See You Tomorrow
Menulislah supaya hidupmu berwarna. Semangat!