Bang, kapan re duduk di sana..

Terbaru30 Dilihat

Seperti biasa malam ini setelah seharian mengajar, Bang Satria mampir ke kantornya. Mengecek beberapa pekerjaan kantor untuk besok dan menulis.

Bang Satria, adalah sosok lelaki yang lembut dan baik hati. Tak sengaja aku mengenalnya. Dia hadir dikala masalah bertubi tubi menyapaku.

Dia adalah lelaki dermawan dan santun. Di balik kesederhanaan dan apa adanya, dia adalah lelaki yang membuatku merasa nyaman dan aman.

Bang Satria, bagiku adalah kakak ku, guru ku, sahabatku dan segalanya untukku.

Dan baginya..aku adalah perempuan istimewa juga beruntung. Aku selalu menemani langkahnya dari pagi hingga petang. Meski kami tak pernah bertemu.

Iya.. Kami tak pernah bertemu.

“Kok belum rehat neng” Sapa bang Satria pada ku di WA. “Neng” Adalah panggilan sayang dia pada ku. Dia tak pernah memanggil namaku.

Rupanya dia melihat posisi WA ku masih online. “Iya bang, rena belum rehat”balas ku cepat. ” Udah jam berapa ini, besok kan neng masih banyak kegiatan. Jaga kesehatan dong” Lanjutnya.. “Iya abang” Balas ku sambil ku selipkan emoticon senyum.

Tak lama dia kirim gambar telpon. Memberi kode agar aku menelpon nya. Aku tersenyum.

“Assalamu’alaikum” Sapaku lembut. “Wa’alaikumussaalam” Jawab nya. “Kok belum tidur neng, udah malam ini”,, aku tertawa renyah. “Rena belum ngantuk abang,,hmmm..abang lagi dimana ini,,,ahh rena tau.. Angkringannya bang Zian yaa” Ujarku manja. Dia tertawa renyah..

“Bentar neng, ga lama kok,,angetin badan,,hehehe” Jawabnya. “Hmmmm…pasti wedang jahe, plus nasi pus pus sama sate telur puyuh….iyaa kaan” Goda ku. Dia makin tertawa geli. “Hapal betul yaa kesukaan saya” Ujarnya lagi sambil tertawa ringan. “Iyyaa doong.. Renaaaa gitu loh” Jawab ku masih dengan nada manja padanya.

Tempat angkringan langganan Bang Satria memang menenangkan. Posisi angkringan letaknya strategis. Persis di pinggir jalan tengah kota. Pemiliknya bernama Bang Zian. Masih muda dan pantang menyerah. Pelanggan nya banyak. Angkringan nya di buka mulai jam 4 sore hingga tengah malam. Para pelanggan berdatangan biasanya malam hari. Selepas pulang kerja, mereka mampir sejenak. Melepas penat karena seharian bekerja.

Sambil menikmati wedang jahe dan beberapa makanan ringan, juga ditemani musik kekinian..malam hari makin menenangkan dan terasa nyaman.

Desain angkringan pun di tata se nyaman mungkin. Pelanggan bisa lesehan. Atau duduk di beberapa kursi yang di susun melingkat di pinggiran meja. Temaram lampu dengan cahaya yang hangat..membuat suasana malam makin bersahabat.

“Bang…kapan rena bisa duduk di sana” Ucapku, setelah Bang Satria mengirimkan beberapa foto makanan dan suasana malam padaku. Bang Satria berdehem. “Sabar ya neng, InsyaAllah” Jawab Bang Satria. “Janji….?” Lanjut ku manja. “Iya” Jawab Bang Satria meyakinkan ku.. “Amin” Desahku dalam hati…

“Neng, sudah jam 11, saya pulang dulu ya” Ujar Bang Satria pelan. Nada suaranya terdengar berat. Aku tersenyum..selalu tersenyum meski Bang Satria tak melihatku. Dari nada suara yang berat itu, terasa juga dia berat meninggalkan ku.

“Iya Bang, hati hati di jalan yah”.. ” Iya, langsung rehat ya neng. Semoga selalu sehat dan berkah yah, Insyaallah besok kita ketemu lagi”,, “hmmm… Amiinn.. Iya abang. Abang juga ya,,,kabarin rena jika sudah di rumah”,,”iya siap” Lanjutnya.

Kami segera menutup telpon. Aku kembali merebahkan tubuhku di kasur. Tak sampai 5 menit, notif HP ku berbunyi. Bang Satria mengirimkan foto depan halaman nya.

“Alhamdulillah” Ketikku membalas kiriman fotonya. “Met rehat ya cantik” Jawab Bang Satria. Ku balas dengan emoticon senyum.

Malang – Jogjakarta serasa tak ada penghalang bagi kami. Ku temani dia di tengah temaram lampu hangat angkringan Jogja. Meski hanya sebatas lewat HP..dan tak pernah bertemu.

Aku segera pejamkan mata..besok sudah banyak tugas mengajar menungguku. Dan besok juga menemani Bang Satria lagi.. 😊

 

Cianjur,

24 Juli 2022

 

~ raaina darwis ~

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar