“Memberi” Anda Akan Lebih Bahagia dan Sehat
Dalam beberapa beberapa bulan ini, untuk mengisi kegiatan di rumah, daripada banyak duduk yang dapat mengundang banyak penyakit saya belajar menanam sayur ala hidroponik. Jenis sayur yang saya tanam mulai dari bayam hijau, bayam merah, kangkung, selada hijau, selada merah, sawi dakota, selada romaine ballon, sampai kepada kayla dan pakchoy. Alhamdulillah semua tumbuh cukup baik.
Setelah sampai waktu panen, sayur-sayur segar yang baru dipetik dan cukup banyak ini, sebagian saya bagikan untuk tetangga. Perasaan senang, puas, bahagia saya rasakan waktu berbagi ini. Apalagi kalau ada yang kemudian menyampaikan sayurnya segar, manis dan enak sekali.
Itu yang saya rasakan waktu memberi hanya sedikit sayur, apalagi kalau kita memberi, menolong orang lain dengan ikhlas, tanpa mengharap balasan dalam bentuk yang lebih berarti dan sering kita lakukan.
Memberi dalam bentuk apapun apakah materi, tenaga, ilmu, waktu, bahkan hanya senyum, wajah yang cerah, salam kepada orang lain adalah bentuk kebaikan yang dalam agama juga dianjurkan. Allah-pun memerintahkan kita agar berlomba-lomba dalam kebaikan (Quran 2: 148)
Dan, kebaikan ini walaupun sebesar zarah, tidak hanya mendapat ganjaran dari Allah, yang memberi juga mendapatkan manfaat langsung baik psikis, sosial, dan bahkan fisik
Secara psikis, siapa yang tidak bahagia, senang ketika bisa memberi makan oramg yang sedang kelaparan. Siapa yang tidak akan puas, bergejolak air matanya melihat senyuman anak yatim, doa orang miskin yang dibantunya. Siapa yang tidak bahagia ketika dapat mendukung, membantu orang lain, saudara, keluarganya meneruskan pendidikannya hingga selesai?
Lalu, “apa sebabnya memberi, menolong orang lain, berbuat kebajikan ini dapat membuat seseorang menjadi bahagia, puas, senang dan bermacam ekspresi kebahagian lain?” Sehingga banyak orang tanpa mengharapkan balasan apapun menyediakan waktu, tenaga, ilmu dan bahkan materinya demi orang lain.
Menurut penelitian, kebaikan yang kita lakukan terhadap orang lain menyebabkan perubahan biokimiawi dalam tubuh kita. Aliran darah kita akan dilimpahi dengan hormon endorphin alami, dikenal juga dengan hormon kebahagiaan seperti morfin, heroin, dopamin, serotonin yang membuat kita tenang, puas, bahagia.
Secara sosial, memberi , menolong orang lain akan membuat hubungan dengan orang lain lebih erat, lebih cair, menumbuhkan sikap saling percaya, saling membantu, dan memperkuat ikatan emosional.
Menurut para ahli kebaikan itu juga menular, kebaikan itu berbalas. Kalau anda berbuat baik kepada orang lain, orang lain juga akan berbuat yang sama. “Tidak percaya?” Coba bagikan makanan yang baru anda masak ke tetangga anda–perbuatan baik yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw– In Syaa Allah tetangga anda akan melakukan hal yang sama, bahkan lebih dari yang anda berikan.
Memberi yang sifatnya berulang, yang rutin kita lakukan juga berpengaruh terhadap tekanan darah. Oksitosin yang berlimpah memacu pelepasan nitride oksid pada pembuluh darah tepi yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan penurunan tekanan darah. Tidak heran ada yang berpendapat kebiasaan memberi ini akan melindungi jantung kita.
Kebiasaan memberi, bersedekah menolong orang lain yang berulang anda lakukan menyebabkan hormon oksitosin akan melimpahi aliran darah anda. Hormon yang dikenal juga dengan hormon cinta ini mempunyai memperkuat kehangatan emosional, menumbuhkan kasih sayang, dan sifat murah hati.
Memberi adalah salah satu bentuk hubungan sosial yang positif. Hubungan sosial ini merupakan faktor prediksi kesehatan yang penting, ada yang mengatakan sama seperti merokok, tekanan darah, obesitas, aktifitas fisik. Penelitian pada sukarelawan yang memberikan waktu dan tenaganya untuk kegiatan sosial, tidak hanya membuat mereka lebih bahagia, merasa hidup lebih bermanfaat, bermakna, dan sehat tetapi juga hidup lebih lama.
Efek positip memberi, menolong orang lain yang membuat mereka senang akan diperlihatkan langsung oleh Allah dalam kehidupan di dunia ini dan akan mendapat balasan dari Allah setelah kehidupan di dunia fana berakhir.
Dalam buku “Healing Body & Soul” karangan Amara Ayad ada cerita seperti ini:
Seorang Ibu meninggalkan anaknya untuk mencari tempat berlindung karena ingin istirahat dan memberi makanan anaknya dengan sepotong roti. Ketika Ia sedang mencari-cari itu, seseorang menculik anaknya. Penculik membawa dan ingin menjual anaknya sebagai budak. Ketika sang Ibu kembali anak laki yang masih kecil itu sudah tidak ada, air matanya mengalir deras menangis karena kehilangan anak yang sangat disayanginya.
Sementara itu, seorang pengemis lewat di depannya dan mohon diberi makanan. Walaupun dalam keadaan bersedih dan cemas, sang Ibu memberikan roti yang rencananya diberikan untuk anaknya.
Lalu, tidak berapa lama kemudian, penculik kembali membawa anaknya. Dia bercerita, “pada waktu saya mau mencoba menjual anak ini, suara aneh seperti berkata kepada saya, ” Apakah kamu tidak punya anak lelaki? Apakah kamu tidak khawatir bahwa sauatu waktu anakmu akan mengalami hal yang sama dengan apa yang kamu lakukan terhadap anak ini?” …..Jadi saya kembali untuk menyerahkan anak-mu”
Ibu itu mengambil dan memeluk anaknya dan menegadahkan tangannya sambil berkata,”Hamba bersyukur kepada-Mu ya Allah yang mulia, yang telah menerima dan membalas sepotong roti saya.
Cerita di atas menurut penulis bukanlah fiktif. Banyak cerita, pengalaman lain yang menunjukkan bahwa Allah memberi balasan langsung atas kebaikan yang kita berikan kepada siapapun juga,
Karena itu jangan ragu memberi. Jadikan sifat, kebiasaan memberi ini menjadi bagian rutinitas, jurnal kehidupan anda, In Syaa Allah anda akan hidup lebih bahagia dan sehat. Ingat sabda Rasulullah “berbuat baiklah terhadap makhluk Allah yang di bumi, Allah yang di Arsy juga akan berbuat baik pada anda” #irsyalrusad #healthylife