MENGAJAR DENGAN CINTA

Sumber gambar dari canva.com

Pendidikan merupakan salah satu komponen penunjang tegaknya bangsa dan negara ini. Melalui pendidikan pula lahirlah calon pemimpin-pemimpin bangsa yang siap menerima estafet kepemimpinan bangsa.

Dengan demikian, Pendidikan karakter bukan hanya sekedar menciptakan manusia yang cerdas secara intelektual,. Akan lebih mudah bagi guru untuk mengajarkan anak  membaca dan berhitung, dibandingkan mengajarkan anak untuk memiliki karakter yang baik.  Setidaknya ada delapan belas butir karakter sebagaimana  dirilis oleh Pusat kurikulum Balitbang Kemendiknas sebagai  berikut    yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” (UU Sisdiknas BAB I pasal 1 ayat 1 Tahun 2003)

Guru juga mempunyai tanggung jawab untuk mendidik siswa, tak hanya dari sisi akademi, namun juga agar mempunyai sikap dan berperilaku baik.

Guru bukan hanya sebatas memberikan pelajaran ilmu, melainkan membimbing serta memberikan perhatian dan kasih sayang kepada murid-muridnya.

“Jangan setengah hati menjadi guru, karena anak didik kita telah membuka sepenuh hatinya.” – Ki Hajar Dewantara.

 

Bagaimana mewujudkan Mengajar dengan hati di sekolah? Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru:

Kelembutan sikap

Bila seseorang mencintai sesuatu, pasti ia akan berperilaku lembut terhadap sesuatu yang dicintainya tersebut. Jika siswa selalu menemukan kelembutan setiap kali berinteraksi dengan guru, maka siswa akan meyakini bahwa gurunya memang mencintai mereka.

Rasulullah pula sudah mencontohkan perilaku lemah lembut dalam memperlakukan( mendidik). Karena, untuk seseorang anak maupun murid, kelembutan serta kasih sayang seseorang guru ataupun pengajar ialah sumber kekuatan yang dapat menggugah perasaannya. Kehangatan yang diberikan hendak melahirkan ketenangan, keyakinan, pula ikatan batin yang kokoh antara seseorang guru serta murid- muridnya.

“Maka, disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada- Nya.” (QS Ali Imran :159)

Mengatur Emosi

Guru harus pandai mengatur emosinya secara baik dan canggih. Jangan sampai mencampuradukan persoalan pribadi dengan masalah sekolah. Bila guru ingin meluapkan emosi yang sulit dibendung dihadapan siswa.

Hindari Pemikiran Negatif

Dalam menghadapi siswa yang bikin ulah dikelas, sebaiknya guru jangan mudah terbawa arus emosional yang bersifat negatif. Untuk menghindari hal seperti itu guru harus mampu menjadi sosok yang pemaaf. Seorang guru harus memahami bahwa anak berbuat kesalahan lebih karena dorongan naluri kekanak-kanakannya ketimbang pertimbangan rasionalnya. Buatlah kondisi interasi kembali netral dengan maaf.

Hadirkan Mereka Dalam Doa

Guru adalah orang tua kedua bagi anak. Maka, hendaklah guru berusaha berbuat sebagaimana dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Mendoakan anak secara rahasia merupakan keniscayaan bagi guru yang kini banyak terlupakan. Guru selain sebagai pengajar dan pendidik serta yang tidak kalah pentingnya adalah menjadi pendoa bagi anak didiknya.

Guru sebagai sosok yang pantas digugu dan ditiru, penting menempuh pendekatan yang disertai dengan kelembutan terhadap anak didik. Sekolah Ramah anak adalah gambaran bahwa keunikan dan kekhasan anak akan diterima dan di beri ruang untuk mengembangkan bakat serta mengarahkannya pada hal hal yang positif. Disamping itu, yang pertama dituntut pada sekolah ramah anak adalah adanya model model guru yang berkarakter. Hal ini tertuang dalam langkah langkah menuju Sekolah Ramah Anak seperti dikemukakan oleh Rudolf Dreikurs yang di kutip oleh J.C Tukiman Taruna.

Pertama, jadilah guru tidak lagi sebagai penguasa kelas/mata pelajaran atau mata pelajaran (mapel), tetapi pembimbing kelas/mapel.

Kedua, kurangi kelantangan suara dan utamakan keramahtamahan suara;

Ketiga, kurangi sebanyak mungkin nada memerintah dan diganti ajakan. 

Keempat, hindarkan sebanyak mungkin hal-hal yang menekan siswa.

Kelima, hal-hal yang menekan diganti dengan memberi motivasi sehingga bukan paksaan yang dimunculkan, tetapi memberi stimulasi.

Keenam, jauhkan sikap guru yang ingin “menguasai” siswa karena yang lebih baik ialah mengendalikan. Hal itu terungkap bukan dengan kata-kata mencela, tetapi kata-kata guru yang membangun keberanian/kepercayaan diri siswa.

Ketujuh,  guru hendaknya menjauhkan diri dari hanya mencari-cari kesalahan siswa, tetapi akuilah prestasi sekecil apa pun yang dihasilkan siswa.

Kedelapan, guru sering berkata, “Aku yang menentukan, kalian menurut saja apa perintahku,” gantilah dengan “Aku anjurkan/minta, mari kalian ikut menentukannya juga.”

Mau dan mampukah guru menanam dan menyemai cinta di hatinya untuk siswa-siswinya?

HARUS !

Karena keputusan seseorang menjadi seorang guru haruslah memahami resiko-resiko yang akan ia hadapi sebagai orang yang berprofesi sebagai pendidik, dengan semangat totatalitas kerja yang tinggi.

Sebagai seorang pengajar, guru memiliki pekerjaan yang sangat mulia. Guru mendidik seseorang tanpa kenal menyerah, meski terkadang hal tersebut terasa sangat berat. Dengan kesabaran dan kegigihannya, guru senantiasa mendidik muridnya menjadi pribadi yang bermanfaat.

“Betapa bahagianya menjadi seorang guru yang tampil penuh kharisma dihadapan siswanya. Sosok guru yang selalu dirindukan kedatangannya, diamnya disegani, tutur katanya ditaati,  dan kepergiannya ditangisi.”

 

Selamat menebar pesona cinta untuk semua siswanya bagi sang pahlawan cendekia.

Referensi

https://sekolahypkbdepok.com/mengajar-dengan-hati/

http://klikdiksos.blogspot.com/2007/11/sekolah-ramah-anak.html?m=1

    

Menulis di Blog Jadi Buku

Salam berbagi, belajar, memotivasi dan menginspirasi

Juni Marlinda Rambe

Blog https://rambejunimarlinda85.blogspot.com

Tinggalkan Balasan

1 komentar