Sejatinya setiap manusia yang hidup di dunia ini menginginkan kebahagiaan dengan pemenuhan keinginan-keinginannya yang ada. Rela pula dengan menikmati perjalanan jauh sampai ke seberang benua demi meraih kebahagiaan itu.
Banyak yang takmengerti untuk meraihnya cukup dengan melakukan hal yang sangat sederhana kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Kebahagian akan segera tercipta tanpa menunggu lama.
Dalam ketulusan yang ada pada setiap diri sendiri dengan berbagi, memberi, dan menyantuni yang tidak harus selalu dengan uang.
Tidak perlu dengan melakukan hal yang luar biasa, cukup dengan niat hati yang tulus. Dengan senyuman dan ucapan terima kasih pun bisa mendatangkan kebahagiaan. Baik buat diri sendiri maupun orang lain.
Dalam perjalanan hidup, begitu banyak momen yang bisa kita lakukan demi hadirnya kebahagiaan itu. Ada beberapa pengalaman yang saya alami dan merasakan kebahagiaan yang luar biasa itu. Saya pun dapat melihat orang lain pun bisa merasakan kebahagiaan itu.
#Mengucapkan Terima Kasih pada Kondektur
Dalam perjalanan pulang dari luar kota suatu waktu. Entah apa yang merasuki diri ini, sehingga ketika hendak turun dan kondektur membukakan pintu, spontan saya mengucapkan terima kasih sambil tersenyum.
Jelas sekali saya melihat reaksi pak kondektur saat itu. Pertama ada raut wajah terkejut, tetapi segera berganti senyum dan membalas dengan ucapan terima kasih pula.
Seketika ada aliran energi luar biasa yang menjalar ke seluruh tubuh menggetarkan jiwa. Ada rasa haru yang tak tertahan. Ada air mata yang yang menetes tersamar.
Mungkinkah berlebih? Entahlah. Namun momen itu memang sangat berkesan dan takkan mungkin terlupakan. Kebahagiaan yang luar biasa bisa tercipta hanya dengan berbagi terima kasih dan senyuman.
#Memberikan Sebungkus Permen
Saat pergi dengan beberapa teman, di perempatan lampu lalu lintas warna merah menyala. Seorang anak wanita kecil menghampiri saya. Karena pintu jendela di posisi saya duduk memang terbuka.
Spontan saya ambil sebungkus permen (di dalam mobil kami waktu itu memang selalu tersedia permen) dan memberikan kepada adik kecil itu. Dia pun tak lupa mengucapkan terima kasih dan langsung berlari dengan ceria dan senyum mengembang menghampiri ibu dan adiknya yang sedang duduk menanti rezeki.
Saya melihat gadis kecil itu menunjukkan sebungkus permen yang ada dalam genggamannya. Begitu bahagianya. Apakah itu sebungkus permen yang baru pertama kali dia dapatkan hingga begitu bahagia?
Melihat momen yang tak jauh dari pandangan saya itu, sungguh seketika hadir rasa bahagia yang tak terkira. Boleh dikatakan pula ada semacam mendapat pencerahan saat itu. Bahwa hanya dengan memberi sebungkus permen pun bisa mendatangkan kebahagiaan yang luar biasa kepada orang lain.
#Memberikan Uang Walau Hanya Rp15.000
Dalam perjalanan pulang kerja dari Jakarta ke Tangerang, saya suka berhenti di sebuah halte langganan untuk menulis sambil menikmati kopi. Sepertinya sudah menjadi rutinitas.
Saat asyik menulis itu, tiba-tiba muncul di depan saya seorang ibu bersama anaknya yang masih kecil. Ibu ini mengatakan kehabisan ongkos untuk pulang ke Labuan, Lebak.
Saya tidak sempat berpikir banyak, langsung mengambil uang yang ada di kantong baju. Lima belas ribu rupiah. Itulah uang yang saya miliki. Hanya bisa menyantuni sejumlah itu.
Sang ibu berkali-kali mengucapkan terima kasih sambil membungkuk hormat. Saya lebih memperhatikan anaknya dan seketika muncul rasa kasihan, ingin menyantuni lebih banyak sudah takada lagi.
Setelah ibu dan anaknya berlalu, saya baru sadar. Teringat saya telah memberi uang yang seharusnya untuk membeli bensin pada besok saat berangkat kerja. Bagaimana ini? Ada perasaan menyesal. Namun spontan saya menertawakan diri sendiri. Konyol, sudah memberi dengan tulus, malah menyesal. Bodoh sekali.
Seketika saya mengikhlaskan dan merasakan kebahagiaan, bisa memberikan semua uang yang ada untuk membantu orang yang lebih membutuhkan tanpa merasa kehilangan.
#Mengantar Pulang Seorang Ibu
Waktu itu sudah menjelang pukul sembilan malam. Saya santai duduk di motor depan sebuah pusat perbelanjaan. Di seberang jalan, saya melihat seorang ibu yang sepertinya sedang menunggu seseorang. Cukup lama dia berdiri di tempat itu. Sementara jarum jam terus berputar.
Saya tergerak menghampiri untuk memastikan sebenarnya apa yang terjadi. Ternyata benar, ibu ini sedang berdiri di depan sebuah kampus menunggu anaknya pulang kuliah. Tidak ada kabar. Sementara ibu itu tidak membawa telepon genggam.
Tunggu punya tunggu sampai isi kampus kosong anaknya tidak tampak batang hidungnya. Akhirnya saya menawarkan diri untuk mengantar beliau pulang. Kebetulan saya tahu persis daerahnya, karena pernah tinggal di sana.
Ketika sampai ke tempat yang sudah ada angkotnya, mungkin ada perasaan tidak enak, beliau berinisiatif hendak melanjutkan perjalanan dengan angkot. Saya mengatakan sudah tanggung.
Ya, sudah. Lantas ibu ini ingat kalau suaminya sedang ada kegiatan di gerejanya. Jadi saya diminta mengantar ke sana tidak usah sampai ke rumah. Karena lebih jauh lagi.
Walau malam semakin larut dan saya harus pulang dengan jarak yang cukup jauh, bisa mengantar seseorang dengan selamat sudah cukup menghadirkan energi positif yang membuat badan terasa segar kembali.
#Mendorong Motor yang Mogok
Malam itu saya ada janji bertemu dengan anak di depan pusat perbelanjaan. Karena tidak ada bertemu di tempat yang kami sepakati, saya berinisiatif mencari di tempat lain.
Sepertinya ada kesalahpahaman komunikasi, kami tidak bertemu. Anak pun sudah kembali ke rumah.
Ketika bolak-balik itu saya melihat seorang anak muda sedang mengutak-atik sepeda motornya. Cukup lama. Mesinnya tidak mau menyala.
Saya mendekat dan menanyakan masalahnya. Ternyata ada masalah di bagian kelistrikan. Saya hanya bisa menawarkan bantuan untuk mendorong ke bengkel terdekat.
Karena sudah agak malam, cukup sulit menemukan bengkel terdekat yang masih buka. Mau tidak mau saya terus mendorong dengan bantuan kaki sambil menjalankan sepeda motor yang saya kendarai.
Rasa-rasanya sudah ingin menyerah kelelahan, tetapi akhirnya bertemu pula bengkel yang bisa menangani. Lega.rasanya.
Anak muda ini mengambil dompet dari kantong celana dan mengeluarkan sebuah pertanyaan. Bagaimana ini? Saya jawab dengan senyuman sambil memberikan isyarat dengan tangan.
Saya bisa melihat ada raut wajah yang kaget, lalu berganti raut wajah yang lepas. Pasti ada perasaan lega dan bahagia. Saya sendiri juga bisa merasakan kelelahan yang ada berganti kelegaan yang membahagiakan. Saya bisa pulang dengan tanpa beban tanpa kelelahan lagi.
Sungguh hidup ini begitu banyak kebahagiaan yang bisa kita ciptakan dengan hal yang kecil dan sederhana. Tidak harus selalu menyantuni dalam bentuk materi yang banyak, cukup dengan ada niat berbagi atau memberi bantuan saat orang lain membutuhkan.
Dapat melihat hadirnya senyuman dan ucapan terima kasih itu sudah sangat lebih dari segalanya. Kebahagian akan terpancar bersamaan. Inilah kekuatan energi dari berbagi, memberi, dan perasaan yang menyantuni di kala ada yang membutuhkan.
NB. Pernah muat di Kompasiana.com