Bagaimana Memulai Menulis?
Bagi seorang guru, menulis sudah merupakan aktifitas harian. Setiap hari, aktifitas sudah diisi dengan mengetikkan kata-kata di papan kunci smartphone untuk menyampaikan kabar atau pesan dan membalas chat di media sosialnya. Ada juga yang mengisi dengan tulisan jurnal harian mengajar setiap hari atau menulis kata-kata sebagai feedback bagi siswa.
Tapi, ketika harus menulis buku atau menulis di blog, ada yang merasa seperti sedang berlari cepat dan tiba-tiba menghantam tembok. Ada juga yang merasa seperti menerima pukulan tinju hingga KO. Mereka yang mengalami hal demikian merasa ide-ide mendadak hilang lalu merasa tidak bisa menulis
Lalu, bagiamana cara mengatasi hal tersebut? Mungkin beberapa tips berikut dapat rekomendasikan bagi Anda untuk mengatasi kesulitan tersebut.
- mengikuti kelas menulis. Biasanya, dalam kelas menulis, peserta akan mendapat banyak ilmu berkaitan dengan dunia menulis seperti membangun motivasi, tips dan trik menulis.
- bergabung dalam komunitas menulis. Usaha ini akan membantu seseorang untuk mempelajari kekurangan dengan cara membagi tulisan dan membaca tulisan orang lain. Dengan demikian, kemampuan menulis dapat semakin terasah.
- mengikuti lomba menulis. Bagi penyuka tantangan, kesempatan ini menjadi arena belajar untuk membuat tulisan dengan berbagai tema dalam waktu tertentu yang terjadwal. Meskipun belum tentu menjadi juara, minimal, seseorang dapat mengetahui letak kekurangan dalam tulisannya, sehingga termotivasi untuk menulis lebih baik lagi.
- menulis apa saja yang ada di sekitar dan keseharian. Apapun objeknya, semua dapat diubah menjadi sebuah tulisan. Misalnya jika melihat keladi putih ada di tepi jalan, dan akan dibawa pulang. Tuangkanlah menjadi naskah tulisan.
- menulis apa saja yang disukai. Jika masih bigung mau menulis apa, masih ada pengalaman harian yang dapat ditulis. Mungkin dapat disebut seperti buku harian. Apa saja, silahkan ditulis agar kemampuan menulis semakin terasah. Contohnya menulis pengalaman tentang kegemaran berkebun.
Media tulisan
Ketika ingin menulis, tentu kita butuh medianya. Bayak sarana yang dapat digunakan untuk menulis, misalnya: blog, buku harian, laptop, dan handphone. Bahkan, media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis. Menulis dimana saja yang penting rutinkan atau buat target berapa tulisan yang harus dibuat dalam sehari, seminggu, sebulan, dst.
Buku solo atau kolaborasi?
Jangan ragu untuk menerbitkan buku jika menulis sudah menjadi rutinitas. Apapun tulisannya, kumpulan tulisan kita di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau hp bisa dibukukan. Tentu akan menjadi sebuah kegembiraan dan kebanggaan bila dapat membuahkan karya tulis dalam bentuk buku.
Ada beberapa hal yang membedakan saat kita menulis buku solo dan kolaborasi tentunya. Buku solo lebih membebaskan penulis untuk menentukan temanya. Selain itu, waktu yang diperlukan oleh penulis tidak terlalu mengikat. Penulis bebas menentukan batas waktu penulisan bukunya. Sedangkan, jika menulis buku kolaborasi, penulis harus menulis berdasarkan tema yang sudah disepakati bersama. Tentu saja, tulisan yang disepakati itu harus selesai pada waktunya sesuai yang dijadwalkan.
Ada keuntungan jika menulis bersama karena prosesnya sudah ada yang menangani. Dalam penulisan buku solo, penulis akan melakukan seluruh proses pengajuan ke penerbit hingga penerbitan buku secara mandiri.
Demikian halnya dengan biaya. Penulisan buku secara kolaborasi akan mengeluarkan biaya yang lebih murah. Biasanya buku yang dicetak umumnya sesuai jumlah peserta saja. Namun, tak jarang dicetak dalam jumlah yang banyak khususnya bila buku tersebut diterbitkan di penerbit mayor.
Menulis Setiap Momen
Banyak penulis telah menceritakan pengalaman menulisnya. Hampir seluruhnya memiliki pengalaman yang serupa yaitu menulis berbagai persitiwa menarik yang dilaui dalam hidupnya. Setiap kejadian unik dan menarik selalu dituangkan ke dalam tulisan. Tapi perlu disadari bahwa tidak semua orang punya bakat menulis. Maka, jalan untuk menulis dapat dilakukan dengan mengasah kemampuan menulis terus menerus.
DITTA WIDYA UTAMA, PENULIS MUDA
“Berbagi adalah salah satu cara ampuh untuk belajar.” Demikian Ditta, salah seorang alumni Angkatan ketujuh dalam Kelas Menulis Bersama OmJay, mengawali perjumpaannya bersama para peserta Kelas Belajar Menulis. Rasa gembiranya menerima undangan Om Jay untuk menjadi pembicara diungkapkannya dengan deretan pengalaman yang dibaginya untuk memotivasi para peserta, yaitu para guru-guru hebat di seluruh Indonesia. Dengan rendah hati ia menyampaikan kebahagiaanya karena mendapat kesempatan berbagi karena ia merasa dirinya hanya sebutir pasir yang banyak dijumpa. Ia merasa masih perlu banyak belajar dan belajar banyak.
Pengalaman menulisnya
Dita juga berkenan membagikan profilnya kepada para guru, kemudian media-media sosial miliknya seperti Youtube dan Instagram.
Ini adalah buku solo pertama saya. Ditulis dengan penuh cinta karena berisi kumpulan kisah yang terinspirasi dari anak didik saya.
Ditta mengungkapkan pengalamannya menulis setiap momen menarik dalam perjalanan hidupnya. Salah satu tulisan hasil pengalamannya itu telah dijadikan sebagai buku berjudul Lelaki di Ladang Tebu. Kesukaannya menulis fiksi semakin membuatnya bersemangat untuk menghasilkan cerpen.
Hal yang paling menggangu ketika akan menulis adalah rasa malas. Biasanya Ditta berusaha merefresh otak dan hati terlebih dahulu untuk mengusir rasa malas antara lain melakukan hal yang disukai dan membaca beberapa buku ringan dan menghibur.
Bagi Dita, menjaga mood agar tidak malas menulis itu mudah. Ia tinggal mengubah mood yang buruk itu menjadi happy dengan tersenyum. Caranya, pandanglah dirimu di depan cermin. Syukurilah betapa Tuhan telah menganugerahkan kita akal dan tangan untuk menulis. Jadi, mengapa tidak menulis sekarang?
Karyanya
Ada pengalaman menarik yng dialaminya ketika berkolaborasi dengan Prof. Eko Indrajid. Baginya, pengalaman itu sulit dilupakan. Ketika ia berada pada gelombang ketujuh kelas ini, Prof. Eko menjadi seorang narasumber. Pada kesempatan itu, Prof. Eko menantang peserta untuk menulis hanya dalam waktu 1 Minggu dan menghasilkan buku. Tema yang diambil berasal dari channel YouTube beliau.
Tantangan demikian tidak selalu dapat diterima oleh peserta. Ia sempat berpikir, apakah akan mengambil kesempatan ini atau tidak. Namun, pada akhirnya ia pun memutuskan untuk menerima tantangan tersebut.
Mengumpulkan Tulisan
Ada sebagian penulis yang menyimpan tulisan seperti harta karun karena belum memiliki kesempatan yang baik untuk menerbitkan bukunya. Tulisan-tulisan seringkali terserak di dalam laptop dan belum ditata dengan baik. Ada baiknya, semua file-file naskah yang ada hendaknya dikumpulkan sesuai tema. Jika sudah ada 50-70 halaman, tentu sudah dapat dicetak. Ditta memberi saran terkait pemilihan penerbit agar menyesuaikan dengan domisili untuk memudahkan proses pengiriman buku.
Menulis: Bakat atau Usaha?
Orang sering bertanya mengenai kemampuan menulis itu merupakan suatu bakat atau hasil dari suatu usaha yang terus menerus. Bagi Ditta, ada orang yang memiliki keduanya, baik bakat maupun usaha. Yang penting diingat bahwa kemampuan menulis itu bisa ditingkatkan seperti yang didapatnya dari guru-guru menulisnya.
Ditta membagi tips menulis dengan baik adalah dengan banyak membaca dan banyak berlatih menulis. Menulis menjadi lebih mudah jika penulis memiliki banyak kosa kata yang cukup dari kegiatan membaca. Ditta mengutip kata-kata yang pernah disampaikan oleh OmJay, “Teruslah menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.”()