Belajar Sejarah Adalah Belajar Membangun Karakter

Sosbud, Terbaru, YPTD0 Dilihat

Sejarah merupakan peristiwa masa lalu, sekarang dan yang akan datang demikian yang disampaikan oleh guru sejarah saya ketika masih duduk di bangku SMA. Kami diajarkan zaman pra sejarah hingga peristiwa peristiwa terkini agar dapat dijadikan contoh untuk membangun masa depan.

Belajar sejarah adalah belajar mengenang masa lalu sebagai dasar dalam merencanakan masa depan suatu bangsa. Seperti yang disampaikan Bapak Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno bahwa jangan sekali kali melupakan sejarah (JASMERAH) kalau ingin merubah suatu bangsa agar menjadi lebih baik. Belajar sejarah juga belajar mengenal tokoh tokoh penting dunia yang berhasil membangun peradaban negerinya menjadi pusat peradaban dunia.

Selain itu, Al Qur’an sebagai pegangan dan pedoman umat Islam lebih banyak menceritakan kisah kisah tentang perjalanan para Nabi dan Rasul sebagai utusan Tuhannya untuk mengajak umat kepada jalan kebenaran menuju keselamatan di dunia maupun di akhirat.

Dalam perjalanannya mengemban amanah tersebut telah banyak memberikan inspirasi bagi para ulama, ilmuan dan insan cendikia lainnya untuk menemukan konsep dan teori baru sebagai bahan pelajaran bagi generasi berikutnya.

Salah satu contoh yang wajib kita ketahui sebagai umat Islam adalah sejarah Nabi besar Muhammad SAW yang berhasil mengubah Kota Madinah menjadi pusat peradaban dunia hingga sekarang padahal sebelumnya hanya merupakan negeri yang kecil dibandingkan dengan negeri negeri yang ada disekitarnya kala itu. Bagi umat Islam memahami sirah Nabi Muhammad merupakan syariat agama yang harus dilakukan sebagai bukti bahwa kita termasuk umatnya.

Muhammad SAW adalah manusia terbaik. Beliau merupakan penutup para Nabi dan Rasul serta menjadi pemimpin para Nabi. Beliau adalah tokoh terbesar dalam sejarah manusia mulai dari Adam hingga terjadinya kiamat.

Sosok Rasulullah SAW adalah figur yang sangat layak untuk dipelajari perjalanan hidupnya. Banyak alasan mengapa perjalanan hidup (sirah) beliau layak dipelajari. Alasan yang paling utama tentu saja, karena beliau seorang rasul, utusan Rab penguasa alam semesta.

Apabila Allah menghendaki, tentu Allah mampu berbicara kepada para hamba-Nya secara langsung. Namun Allah tidak menghendaki yang demikian, ia mengangkat seorang utusan yang menjadi perantara Dia dan hamba-hamba-Nya. Allah memilih beliau dari seluruh hamba-hamba Nya.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat An-Najm ayat 4 yang artinya “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

Oleh karena itu, sebagai umat Islam wajib menerima hadits-hadits Nabi tentu konsekuensinya wajib bagi kita agar mempelajari sirahnya. Karena sirah adalah praktik nyata perintah Allah melalui diri Rasulullah.

Setiap umat Islam wajib berusaha bagaimana agar ia bisa mencintai Nabi Muhammad. Karena mencintai beliau adalah sebuah kewajiban. Cinta terhadap beliau harus di atas cinta kepada seluruh makhluk lainnya. Seperti yang beliau sabdakan bahwa “Salah seorang di antara kalian tidak beriman (dengan sempurna) sampai aku lebih dicintainya dari anak dan kedua orang tuanya serta seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hal ini telah dicontohkan oleh sahabat beliau Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Suatu ketika Umar berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri”. Maka Nabi ﷺ bersabda, “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”. Kemudian Umar berkata kepada beliau, “Sesungguhnya sejak saat ini, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri”. Maka Nabi ﷺ bersabda, “Sekarang (baru benar) wahai ‘Umar”. (HR. al-Bukhari no. 6632).

Dari riwayat singkat tersebut ada tiga hal yang dapat kita ambil dalam rangka membangun karakter kecintaan kepada orang lain yaitu : (1) Secara fisik orang tersebut menarik, (2) orang tersebut memiliki perangai yang baik. Karena setiap orang akan memuji dan suka dengan sifat-sifat terpuji, dan (3) orang tersebut berjasa terhadap dirinya.

Ketika seseorang telah berjasa, maka ada penghormatan, ada kecintaan, dan keinginan untuk membahagiakannya seperti kecintaan Sahabat Umar terhadap baginda Nabi melebihi cintanya kepada yang lain.

Sebagaimana banyak diceritakan oleh para ulama dan ahli sejarah bahwa Rasulullah adalah seorang yang menarik secara fisik. Banyak riwayat yang menerangkan tentang ketampanan beliau. Beliau merupakan seorang yang terbaik akhlaknya. Allah SWT memujinya sebagai pemilik akhlak mulia. Dan beliau juga orang yang sangat berjasa terhadap umatnya bahkan kepada seluruh manusia, jin, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Oleh karena itu belajar sejarah terutama seseorang yang mempelajari sirah Nabi Muhammad SAW akan dapat membangun karakter seseorang. Demikian juga dengan mempelajarai tokoh tokoh panutan lainnya. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan