MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH

KMAB37 Dilihat

MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH

Dokgroup

 

Pertemuan ke-4, Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI ke 28

Tema               : Menulis Buku dari Karya Ilmiah.

Nara sumber : Bapak Eko Daryono, S.Pd.

Moderator     : Ibu Nur Dwi Yanti, S.Pd.

Resume          : 4

Hari/ Tanggal  : Senin, 16 Januari 2023

Pertemuan ke-4 dengan tema, “Menulis Buku dari Karya Ilmiah”, sangat menarik perhatian saya terlebih dari seorang yang expert di bidangnya.  Bapak Eko Daryono, S.Kom. Anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Karanganyar Provinsi Jawa Tengah tanggal 20 Desember 1975 seorang yang berprestasi yang dapat dibuktikan melalui beberapa lomba. Bapak Eko pernah menjadi Juara I Lomba Penulisan Karya Ilmiah Tingkat Kabupaten pada tahun 2008 dan Juara II Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten tahun 2009.

Bapak Eko adalah seorang penulis dan editor buku. Beliau mulai menulis  sejak tahun 1999 dan mulai nge-Blog sejak tahun 2013. Sudah cukup lama bukan? Sedangkan saya mulai menulis dan ngeblog di tahun 2023, semenjak itu menjadi passion saya.

Beliau juga menjadi narasumber pada kegiatan diklat/seminar/workshop baik kedinasan maupun non kedinasan dalam bidang penulisan KTI maupun buku umum, serta motivator literasi.  Beliau juga bersedia menjadi mentor dalam penulisan buku dan jurnal. Wah saya mesti banyak belajar dari pak Eko.

Profesi utama bapak Eko sebagai ASN Fungsional tertentu di SMP Negeri 3 Mojolaban Sukoharjo dengan status tersertifikasi pada Mata Ajar TIK melalui PLPG di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jabatan terakhir Ahli Madya (Pembina, IV/a). Saat ini sedang mengikuti Pendidikan Guru Pengerak Angkatan 7 BBGP Provinsi Jawa Tengah.

Karya-karyanya: 14 buku Kesejarahan, 2 buku travelling, 10 buku lokal, 2 karya penelitian ilmiah, 4 buku Antologi, dan jika berkenan berkorespondensi dan ingin mengenal bapak Eko Daryono lebih dekat silakan baca di link berikut ini:

https://maseko1275.blogspot.com/2021/11/profil.html

Nah, sekarang saya ingin berbagi ilmu yang saya dapatkan dari bapak Eko Daryono, tentunya saya tidak banyak mengubah apa yang telah bapak Eko sampaikan agar tidak keluar dari esensinya.

Materi yang dibawakan bapak Eko adalah “Menulis Buku dari Karya Tulis Ilmiah”  atau lebih tepatnya “Menerbitkan buku dari Karya Tulis Ilmiah.”  Tema yang sekilas teoristis dan bikin pusing karena tidak adanya standarisasi konversi KTI menjadi buku. Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para Widyaiswara, Peneliti LIPI, Pakar menulis akhirnya mengerucut pada standar isi buku. Meski demikian, standar tersebut sifatnya tetap fleksibel. Beda penulis terkadang beda persepsi.

Bapak Eko menjelaskan definisi KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang tertuang dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor 2, Tahun 2014 yaitu tulisan hasil penelitian dan pengembangan (litbang) dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah.

Secara umum KTI ada dua yaitu KTI Nonbuku dan KTI Buku. KTI di bidang akademis untuk mendapatkan gelar seperti tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi. KTI hasil penelitian yaitu PTK, PTS, best practice, makalah, artikel, dan jurnal. KTI berupa ulasan atau resensi buku. Sedangkan bahan ajar seperti diktat, modul, buku ajar, dan buku referensi. Sementara buku pengayaan yaitu monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan dan yang dimaksud dengan buku kompilasi yaitu bunga rampai dan prosiding.

Tidak semua KTI itu berupa buku. Memang secara wujud, PTK, PTS, tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi itu berupa buku, namun bukan buku. Lebih tepatnya adalah laporan hasil penelitian dan sifat publikasinya pun terbatas. Struktur penulisan KTI sebagai berikut:

Dok narsum

Struktur di atas umumnya dijadikan sebagai standar dalam menyusun bab-bab dalam KTI meskipun untuk KTI sejenis skripsi, tesis, desertasi, tugas akhir memiliki gaya yang berbeda di setiap kampus.

Apa perbedaan laporan KTI dan KTI yang dikonversi menjadi buku? Secara subtansi isi, tidak ada perbedaan isi laporan KTI dengan isi buku hasil konversinya. Karena sejatinya isi buku mencerminkan keseluruhan isi laporan KTI. Secara sistematika, tentunya gaya penulisan KTI dengan penulisan buku tentu berbeda. Ada penyesuaian-penyesuaian sistematika KTI yang dikonversi menjadi buku dengan tujuan agar kesannya tidak kaku. Misalnya penomoran tiap sub bab-sub bab.

Secara bahasa, meski sama-sama ilmiah, hasil konversinya tentu harus dimodifikasi sehingga bahasa dalam bukunya lebih luwes, bersifat lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti penelitian ini, peneliti, teman sejawat, penulis.

Bagaimana cara mengkonversi KTI menjadi buku? Memodifikasi Judul?

Judul KTI umumnya mengandung unsur : variabel penelitian, objek penelitian, dan seting penelitian (baik tempat maupun waktu). Judul buku hasil konversi seperti judul buku-buku yang punya daya tarik dan daya jual harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif.  Contoh buku konversi dari hasil penelitian bapak Eko.

Doknarsum

Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan. KTI Nonbuku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku seperti yang telah diuraikan di atas. Pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah.

Modifikasi Bab I.

Bab I yang biasanya PENDAHULUAN boleh tetap dipertahankan judulnya dengan PENDAHULUAN, boleh PEMBUKA atau kata lain yang menggambarkan kemenarikan buku. Pada konversi PTK yang bapak Eko buat, pendahuluan diubah menjadi FENOMENA PEMBELAJARAN TIK yang tentunya berisi tentang fenomena sebagaimana isi poin latar belakang dalam naskah laporan aslinya ditambah dengan fenomena kekinian agar pentingnya isi buku dapat ditonjolkan sejak awal sehingga pembaca merasa tertarik untuk membaca keseluruhan isi buku.

Secara struktur, tidak diperlukan lagi sub bab – sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengeksplor latar belakang.  Sebagi contoh isi bab II dari PTK yang bapak Eko susun sebagai berikut:

Doknarsum

Susunan bab dan sub bab di atas gaya penulisan buku diubah sehingga menjadi beberapa bab, yaitu :

Doknarsum

Substansi bab 3 sebenarnya lebih terfokus pada metode, teknik pengumpulan data (instrumen) serta analisis data. Jika berupa PTK berisi langkah-langkah tindakannya.  Ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan. Benar-benar menghilangkan bab III, menginclude bab 3 di bab 2 atau menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan.

Menghilangkan bab 3 maksudnya keseluruhan isi bab 3 dihilangkan, sebab bunyi bab 3 sebenarnya bisa dicermati dari isi pembahasannya. Menginclude bab 3 di bab 2 maksudnya konsep pokok terpenting dari bab 3 digabung dalam bab 3.

Doknarsum

Misal dari contoh ini, langkah-langkah yang dilakukan bapak Eko, include di Bab V dengan sub Tahapan Penerapan Every One is Teacher Here Menggunakan Model Tindakan Kelas.

Menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan maksudnya menyampaikan substansi isi bab 3 sebagai awal pembahasan.

sebagai contohnya berikut ini :

Doknarsum

Namun narasi tersebut butuh kehati-hatian. Jika untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi guru ASN, maka narasi tersebut perlu dipertimbangkan untuk dicantumkan. Maka  perlu ekstra di bagian Bab III dan mentoring untuk editingnya.

Modifikasi Bab IV.

Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV. Sebagai contoh, Bab VI STRATEGI TIM QUIZ DALAM PEMBELAJARAN TIK.

Pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan sebagai pendukung. Sebagai contoh ketika bapak Eko mengedit buku hasil lomba Dharma Wanita SMK se Provinsi Jawa Timur. Foto-fotonya full karena memang berisi cara membuat kerajinan, makanan.

Modifikasi Bab V

Pada laporan hasil penelitian, bab V biasanya diberi judul PENUTUP. Judul tersebut dapat dipertahankan. Hanya saja, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian. Bapak Eko juga pernah mengedit disertasi yang bagian penutupnya komplit terkait dengan implikasi substansi isi buku.

Modifikasi Lampiran

Lampiran yang disertakan hanyalah instrument penelitian atau data matang yang mendukung, bukan data-data mentah.

Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku?

Pertama, keaslian laporan hasil penelitian. Tindakan Plagiat tidak dibenarkan terlebih karya seperti PTK kadang tidak dicek keasliannya. Namun saat diterbitkan jadi buku, maka penulis harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan memang oroginal punya penulis sendiri.  Kalau karya seperti skripsi, tesis apalagi desertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena sudah ada generate machine untuk pengecekannya.

Kedua , menghindari kompilasi yang terlalu banyak.

Pendapat ahli yang mendukung substansi ini dimasukkan, sisanya dikembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis. Mengapa demikian, saat penulis menerbitkan buku dari hasil KTI-nya sedang otomatis dia sedang menyuguhkan bahan pustaka kepada pembaca.  Kegiatan sekedar meng-copas pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan.

Ketiga memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Data matang saja yang disajikan agar buku berbobot dan tidak bombastis.

Keempat, modifikasi bahasa buku.

Hindari pemakaian penanda transisi menurut hal itu sesuai dengan pendapat lebih lanjut si A menyatakan berdasarkan hal tersebut. Termasuk menyebutkan kata penelitian ini, peneliti, bahkan penulis.

Kelima, hindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Keenam, wajib menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.

Ketujuh, memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan dinilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB.

 

Demikian pelajaran yang disampaikan oleh bapak Eko Daryono, S.Pd.

 

Jakarta, 17 Januari 2023

Nani Kusmiyati

Tinggalkan Balasan