One Fine Day
One Fine Day adalah judul film yang dibintangi Michelle Marie Pfeiffer dan George Timothy Clooney. Kali ini one fine day bercerita tentang kisahku ketika aku dan temanku dari India mengadakan inspeksi logistik atau disebut Strategic Reserver Inspection (SRI) di Sector East Military Police Unit (SEMPU) Lebanon. Aku hanya berdua saja karena tim yang lain sedang ada kegiatan.
Krukerty nama temanku dari India masih tergolong baru di penugasannya sebagai Staff Office (SO) Food bidang Rations yang bertugas mengirimkan makanan basah dan kering ke kontingen di Lebanon. Sedangkan jabatanku sebagai SO 1 JLOC (Joint Logistic Operation Center) bertugas memonitor logistik baik makanan, minuman, maupun BBM (bahan bakar) bagi kontingen.
Inspeksi dari UNIFIL yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan untuk mengetahui apakah kontingen sudah memenuhi standar yang telah ditentukan oleh UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon), dalam penyimpanan makanan dan minuman. Pengecekan ini juga meliputi kebersihan, penataan, pengaturan suhu dalam gudang dan menghindari adanya barang yang telah habis masa pemakaiannya.
Ketika berangkat untuk inspeksi aku bilang tidak usah menggunakan GPS karena aku sudah hafal jalan menuju Sector East. Krukerty setuju dengan pendapatku dan dia yang mengendarai mobilnya. BBM di mobil sengaja diisi penuh menghindari jika harus melalui jalan yang lebih jauh. Aku tidak lupa membawa snacks dan beberapa botol fresh water untukku dan Krukerty.
Lagu-lagu India diselingi lagu Barat mengiringi selama perjalanan kami menuju Sector East. Aku lihat laut biru disebelah kiriku dan perbukitan dengan tumbuhan rimbun menambah indahnya perjalanan kami. Sesekali aku menunjukkan jalan untuk belok ke kanan atau ke kiri.
“Nany hebat bisa menghafal perjalanan yang cukup jauh ya.” Katanya membuka pembicaraan.
“Iya ada beberapa landmark (tanda) yang harus kita hafal namun sebenarnya perbukitan itu sedikit membingungkan. Terlebih ketika kita diantara bukit-bukit.” Jelasku.
“Landmark mana yang membuatmu hafal Nany?” Tanya dia lagi.
“Bangunan-bangunan Masjid berwarna hijau juga tikungan-tikungan dengan tulisan-tulisan Arab gundul juga area-area yang biasa aku lewati dengan tim sebelumnya. ” Jelasku.
Krukerty mengangguk-angguk sambil berfikir. Dia tampak tidak puas dengan penjelasannku. Tiba-tiba dia berteriak. “Nany! Lihat disebelah kiri ada masjid berwarna hijau. Kita terus kemana?”
“Kita terus saja.” Jawabku. Mobil melaju terus dan tiba-tiba aku dapati mesjid berwarna hijau lagi. Krukerty melihatku sambil tersenyum-senyum. Aku merasa malu karena aku bilang masjid hijau sebagai landmark-nya dan kami telah melewati beberapa mesjid hijau.
“Maaf ya jika aku beri tahu landmark yang kurang akurat. Jangan khawatir aku masih hafal untuk sampai di Sector East.” Kataku meyakinkan.
“No worries Nany. Saya mengerti.” Kata Krukerty sambil menahan ketawa.
Aku malu sekali namun untungnya kami dapat sampai di tempat tujuan dengan selamat dan tepat waktu.
Kegiatan inspeksi di mulai. Kami mengecek tempat penyimpanan makanan kering dan basah juga bottle water. Kemudian kami mengecek dapur dan sekitarnya yang bersih dan tertata rapi. Banker-banker tempat personel kontingen dalam kondisi darurat juga termasuk dalam agenda pengecekan. Di dalam banker juga tersedia makanan siap saji dan minuman (air mineral).
Kami disambut dengan ramah dan diajak makan siang oleh Komandan SEMPU dan para staf nya. Makanan Indonesia yang tersaji membuatku rindu akan Indonesia. Kukrety menyukai makanan Indonesia karena banyak mengandung rempah-rempah. Hanya dia tidak tahan dengan sambal. Sesekali dia meminum air mineral yang telah disuguhkan.
Berbincang-bincang dengan Komandan kontingen Indonesia dan staff membuat Krukerty nyaman dan tidak ingin kembali ke Naqoura. Tapi aku harus mengingatkan karena perjalanan kembali lumayan jauh dan takut sampai Naqoura kemalaman.
Dengan perut kekenyangan kami permisi pulang. Kembali aku menjadi navigator-nya. Seperti biasa aku menunjukkan jalan kembali ke Naqoura. Sambil bernyanyi-nyanyi Krukerty mengendarai mobil semakin cepat hingga tanpa sengaja aku jatuh tertidur. Krukerty membiarkanku tertidur hingga aku terbangun tatkala mobil mendadak berhenti.
“Maaf, aku tertidur ya.” Kataku kepada Krukerty.
“Kita sampai mana Nany?” Tanya Krukerty.
Aku sedikit kebingungan karena aku baru terbangun. Aku lihat kami diantara perbukitan rimbun yang sepi.
“My navigator, bagaimana? Lupa ya?” Canda Krukerty sambil tertawa.
“Maaf ya.” Jawabku sambil masih sedikit bingung karena nyawaku baru saja kembali ke tubuhku.
“Tidak usah khawatir Nany, kita bisa cari bersama-sama. Sekarang kita gunakan GPS ya.” Krukerty berusaha menenangkanku.
“Kita dekat Irish Battalion.” Kata Krukety kemudian.
“Aku ingat sekarang!” Seruku.
Krukerty mengernyitkan keningnya sambil bertanya, Yakin Nany?”
“Ya. Yakin. Kita lurus dan belok kanan. Kita akan jumpai jalanan kecil yang hanya muat untuk satu mobil secara bergantian.” Jelasku.
“Baik. Kita tetap gunakan GPS juga selain mengandalkan ingatanmu. “Kata Krukerty.
Alhamdulillah akhirnya kami menemukan jalan utama. Perjalanan semakin menyenangkan ketika kami sudah melihat Naqoura dari kejauhan. Debur ombak laut mulai terdengar. Air laut mulai pasang. Matahari perlahan-lahan sembunyi di balik awan. Aku lihat kapal berbendera UNIFIL mendekati daratan. Sungguh indah panorama Naqoura di sore hari. Walau terasa lelah aku menikmati hari yang sedikit mendebarkan. One Fine day in Lebanon.
Jakarta, 22 Februari 2021
Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M.
Lomba Menulis PGRI
Hari ke-22.