Tokoh Yang Menginspirasi
Tokoh Yang Menginspirasiku adalah ibuku. Beliau ibu yang paling baik di dunia. Aku sangat menyayanginya demikian juga dengan kakak-kakakku. Ibu yang membesarkan kami berlima karena ayah seorang TNI AD yang bertugas di luar Jawa, di Toli-Toli dan susah untuk pulang ke Kediri.
Ibu terpaksa mencari kerja untuk makan sehari-hari karena wesel dari ayah diterima ibu hingga berminggu-minggu dan tidak cukup untuk menghidupi kelima anaknya. Aku sebagai anak bungsu juga merasakan sehari makan sehari berpuasa semenjak TK. Berpuasa menjadi hal yang biasa.
Ibu bekerja di pabrik Gudang Garam sebagai pelinting rokok. Itu yang aku ingat, karena saat itu aku masih duduk di bangku TK namun usiaku sudah 6 tahun. Aku masuk SD berusia 7 tahun. Ketika aku membuka mata di pagi hari, ibuku sudah tidak ada disampingku karena sudah berangkat bekerja dan ketika aku sudah tidur ibuku baru datang. Aku merasakan kehadiran ibuku ketika aku terbangun di tengah malam karena haus atau hendak ke kamar kecil.
Aku sebut ibu adalah inspirasiku karena dalam kondisi sulitpun, ibu selalu bersama kami. Itu menjadi salah satu pelajaran bagiku ketika saat ini aku sudah menjadi ibu bagi anak-anakku. Jika aku harus membalas kasih sayang ibu dengan apapun, takkan mungkin setimpal dengan pengorbanannya ketika aku lahir dan dibesarkan dengan penuh cinta.
Kelas 2 SD aku mulai membantu ibu untuk mencari tambahan uang dengan berjualan es lilin dengan kakak perempuanku, mba Mina yang duduk di kelas lima SD. Usia mba Mina denganku terpaut tiga tahun. Ibu tidak mengetahui jika kami berjualan es lilin disiang hari, karena kakak laki-laki nomor tiga, Mas Sulis yang saat itu kelas 2 SMP, melarang kami untuk memberitahu ibu agar ibu tidak kepikiran.
Aku merasa gembira menjajakan es sepulang dari sekolah ke tetangga-tetangga di lain gang. Saat itu aku mengganggap berjualan adalah bermain. Jika matahari terik, kami berjalan sambil berpayung pelepah daun pisang. Walau kami tinggal di perkotaan di Kediri namun saat itu suasananya sangat berbeda dengan sekarang. Dulu masih banyak pohon-pohon dan rumah-rumah tidak sepadat sekarang.
Hasil penjualan es digunakan untuk tambahan memasak untuk makan kami sehari-hari juga untuk beli keperluan sekolah seperti buku-buku dan alat tulis. Tapi tidak ada uang jajan untuk kami karena memang uang yang kami kumpulkan tidak cukup. Kakak nomor dua bertugas memasak dan kakak nomor satu berbelanja. Mereka berdua mengurus kami sambil sekolah. Kami berlima adalah tim yang kompak membantu ibu selama ayah dinas di luar Jawa.
Karena ibu terlalu fokus dengan pekerjaannya, ibu tidak menyadari jika kami berjualan, hingga suatu hari ibu menemukan tabung es yang sudah kosong yang belum diambil agen pemasok es. Akhirnya kakak berterus terang. Ibu tidak memarahi kami tapi ibu menangis. Kami semua berusaha menenangkannya dan kakak-kakakku berusaha menjelaskannya agar ibu dapat menerima alasan kami berjualan. Ibu merasa bangga kepada kami karena kami semua bisa mandiri.
Kehidupan kami semakin membaik ketika ayah sudah mulai berkumpul dengan kami. Ibu sudah tidak lagi bekerja di pabrik namun menemani kami hingga kami tumbuh dewasa dan berhasil seperti sekarang. itulah cerita tentang tokoh inspirasiku yang membuatku menjadi anak yang kuat dalam menjalani kehidupan.
Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M., CTMP.
Jonggol, 27 April 2021
Luar biasa