Biarkan Dia Memilih

Terbaru27 Dilihat

Aku mungkin seorang ibu yang tidak sempurna, namun aku ingin putraku mencontoh hal-hal yang baik dariku. Setiap orang tua selalu menginginkan putra putrinya untuk menjadi yang terbaik, demikian juga denganku. Namun apa yang aku harapkan tidak mungkin persis sejalan dengan keinginan putraku. Sebagai ibu yang hidup dijaman modern, aku tidak mau memaksakan kehendakku dalam menentukan pilihan karir dan masa depan putraku. Namun sebagai orang tua aku wajib menunjukkan jalan mana yang terbaik untuk dia. Aku lebih suka berdiskusi dengannya.

Seperti kata pepatah, “You can lead the horse to the water but you can’t make it drink”. Pepatah itu dapat berarti aku bisa mengarahkan putraku untuk berbuat sesuatu yang aku harapkan namun belum tentu dia akan melalukannya. Setelah lulus dari SMA, aku mengarahkan putraku untuk menjadi tentara sebagai opsi pertama, dan kuliah sebagai opsi kedua. Putraku termasuk anak yang penurut, dia mencoba mengikuti test AKMIL (Akademi Militer) di Jakarta. Aku tidak menyarankannya ikut test Cadet AAL (Akademi Angkatan Laut) karena aku ingin dia seperti kakeknya (ayahku).

Beberapa test dilalui dan tinggallah penentuan terakhir lolos atau tidaknya untuk melanjutkan test tingkat pusat. Dan ternyata keberuntungan belum dipihakknya. Aku memberikan semangat jika AKMIL mungkin tidak tepat untuknya, karena bekerja tidak harus menjadi tentara. Putraku bisa mencoba yang lain, yaitu opsi kedua untuk mengikuti test masuk Universitas di Jakarta dan Alhamdulillah lulus. Dia juga mengambil jurusan yang aku sarankan menjadi guru bahasa Inggris.

Saat ini dia memasuki semester delapan, persiapan untuk tugas akhirnya (skripsi). Karena dia menjadi anak tunggal semenjak kakaknya meninggal, dia bergantung kepada ibunya. Tugas-tugas kampus dikerjakan bersamaku, kadang-kadang saja dengan teman-teman kuliahnya. Karena masa pandemi dia juga jarang keluar untuk urusan kampus karena perpustakaan kampusnya juga tutup. Selama belajar dan Ujian tengah semester atau ujian akhir semester dilakukan secara daring. Kadang ada yang tidak mudah dipahami oleh putraku apalagi jika para dosen sedang memiliki banyak kesibukan. Mengirim pesan atau pertanyaan via whatsApp sering terjawab agak lambat.

Aku berusaha memberikan pengertian kepadanya jika dosen itu meng-handle banyak mahasiswa, jadi ada kalanya belum membaca pesan yang dikirim mahasiswanya. Jika kordinasi itu terkait dengan skripsinya, saya menyarankan untuk sering-sering mengirim pesan kepada dosennya agar dosesnnya tidak lupa, dan tidak perlu takut. Aku juga menyarankan untuk berkordinasi dengan teman-temannya yang memiliki topik senada walau tidak sama.

Sebenarnya ada satu hal yang aku inginkan dari putraku yaitu lebih banyak membaca referensi-referensi yang terkait dengan judul skripsinya, namun kadang dia lebih suka bermain game dengan teman-teman online-nya. Terlebih jika ada temannya yang datang, dia pasti menemani temannya untuk berbincang-bincang dan sungkan untuk memberi tahu temannya jika dia sedang mengerjakan tugas kampusnya.

Aku juga menyarankan putraku untuk mencoba menulis tentang hobinya bermain musik. Namun dia hanya tersenyum dan bilang nanti karena masih belum tertarik. Sebagai ibu aku selalu mengingatkan selesai kuliah sudah seharusnya mendapatkan pekerjaan. Dia bilang akan mengajar di SMA dan menjalankan bisnis kuliner dengan teman-temannya. Aku support kemauannya. Ayahnya pernah menyarankan dia untuk masuk Polisi setelah selesai kuliah agar seperti kakeknya (ayah suami). Namun ayahnya belum bisa mewujudkan keinginannya karena meninggal dunia.

Saat ini yang bisa aku lakukan mendampinginya menyelesaikan kuliahnya, sambil mencari info pekerjaan yang tepat untuknya dan aku biarkan dia untuk memilih sesuai minat dan bakatnya. Semoga apa yang menjadi cita-citanya dapat terwujud, Amiin.

Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M., CTMP.

Jonggol, 5 Mei 2021

 

Tinggalkan Balasan