Kebaya, Sinjang dan Cerita Uniknya
Dok Pribadi
Sabtu malam, tanggal 23 September 2023 pukul 19.30, mobil avanza dengan nomer plat dinas dengan logo segi lima berhenti di pintu depan Gedung Balai Samudra, Kelapa Gading. Mobil pertama dengan penumpang anak-anak muda, keponakan salah satu sahabatku berhenti dan beberapa dari mereka turun. Mobil kedua adalah mobilku dengan pilot ganteng, putraku hanya berhenti sejenak menunggu mobil pertama bergerak ke parkiran. Sebelum mobilku melaju menuju parkiran, beberapa penerima tamu dan para pria berseragam POMAL menghampiri mobilku dan mempersilakanku untuk turun.
Aku buka kaca dan aku lambaikan tanganku seraya mengucapkan selamat malam kepada mereka. Mereka tersenyum dan memberi hormat kepada kami. Mayoritas dari mereka adalah mantan anak buahku di Dinas Pendidikan Angkatan Laut. Beberapa mereka tampak sedikit bingung karena aku tidak turun dari mobil. Aku berkata kepada mereka bahwa aku akan turun di parkiran mobil. Mereka mengangguk mengiyakan sambil melambaikan tangan.
Mobil bergerak menuju parkiran. Alhamdulillah kami dapat tempat parkir yang tidak terlalu jauh dengan gedung. Sebelum turun aku dan sahabatku merapikan diri. Aku sisir rambutku yang pendek dan aku tambahkan sedikit powder di wajahku. Aku buka dus berisi sepatu selop berwarna coklat untuk pasangan kebayaku. Warna selop sebenarnya tidak senada dengan warna kebaya namun selop itu sangat nyaman jika dikenakan. Aku membelinya di Gresik, Jawa Timur ketika aku berlibur. Masih baru karena belum pernah aku kenakan untuk pergi ke acara-acara lainnya, hanya pernah aku coba pada saat aku hendak membelinya.
Ketika turun, aku berusaha hati-hati agar kancing kebayaku tidak terlepas karena hentakkan nafas yang mendorong perut yang mulai membuncit karena kegemukan. Demikian juga ketika aku hendak menggerakkan kedua kakiku keluar dari pintu mobil, berharap sinjang (bahasa jawa dari kain untuk bawahan) tidak sobek atau restleting terkuak. Susahnya punya badan oversize. Sinjang sudah dipermak dua kali baru terasa longgar dan aku bisa leluasa bergerak dan duduk di mobil.
Pengalaman itu juga dialami beberapa sahabatku, baju yang dipesan yang mereka pikir pas masih saja dipermak. Badan untuk ibuk-ibuk seusia denganku sudah semakin melar (gemuk). Beberapa dari mereka sudah berusaha diet mati-matian namun badan tidak kunjung langsing. Aku sendiri tidak pernah diet karena aku takut sakit jika aku tidak disiplin menjalani diet yang benar. Dengan kegiatan yang padat di depan laptop membuatku jarang berolah raga. Sementara makan nasi masih tetap 3 kali sehari dan masih minum kopi dengan sedikit gula untuk membuatku fokus bekerja.
Kebaya dan sinjang sebenarnya sudah dibagikan satu bulan sebelum acara hajatan bapak boss kami. Kamipun juga sudah pesan sesuai perkiraan ukuran kami masing-masing. Karena beberapa penjual kebaya dan sinjang memiliki standar ukuran yang berbeda-beda maka kebaya dan sinjang tidak pas sesuai harapan. Untuk kebaya sebenarnya tidak begitu bermasalah karena mayoritas sudah cukup ketika fitting. Kami lupa pada saat mencoba atau fitting seharusnya tidak hanya pada saat posisi berdiri namun pada saat posisi duduk juga.
Pertama kali aku memesan ukuran 2XL karena aku tidak yakin dengan setelan kebaya dan sinjang akan pas dengan ukuranku. Aku berubah pikiran karena terdapat informasi tentang besar lingkar dada untuk ukuran XL yang ternyata pas dengan ukuranku. Sementara sinjang dengan ukuran 2XL dan XL serupa hanya panjangnya yang berbeda. Akhirnya aku memesan setelan kebaya dan sinjang ukuran XL.
Aku tidak sempat mencoba karena kegiatanku cukup padat menyelesaikan admin untuk wisuda Pasca Sarjana dan libur ke Jawa Timur. Seminggu sebelum acara hajatan aku baru mencoba dan ternyata sinjang yang aku terima terlalu kecil untukku. Tanpa pikir panjang sinjang aku bawa ke penjahit. Dua kali permak baru pas dikenakan.
Beberapa temanku yang merasa berbadan langsing segera memermak sinjang yang mereka anggap kebesaran namun malangnya mereka tidak bertemu dengan penjahit yang profesional karena sinjang malahan menjadi terlalu sempit dan akhirnya dipermak ulang. Berbagai cerita tentang kebaya dan sinjang yang lucu-lucu. Ada yang terbuka kancing kebayanya pada saat duduk di mobil dan ada yang tidak bisa bernafas karena sinjangnya tidak muat walau sudah dipermak. Namun demikian ketika sampai di tempat acara mereka tampak manis seperti tidak terjadi apa-apa.
Aku sendiri menambahkan bross mutiara air tawar untuk mengaitkan kebaya agar tidak mudah terbuka dan aku juga kenakan shawl (kain kecil panjang) untuk menutupi bagian yang mudah terbuka dan sebagai asesoris kebayaku.
Aku, putraku dan sahabatku memasuki pintu depan Balai Samudra bertemu dengan yang lainnya yang juga mengenakan kebaya warna ungu (lembanyung) dan sinjang putih. Kami mengisi buku tamu dan memasuki tempat acara. Putraku mengingatkan aku untuk berhati-hati ketika duduk agar kebaya dan sinjang yang melekat di tubuhku baik-baik saja.
Lagu-lagu pengiring kemeriahan resepsi pernikahan terdengar indah. Tanpa sadar aku menikmati lagu-lagu dan musiknya sambil ikut antrian untuk memberikan ucapan selamat kepada mempelai berdua. Aku lihat teman-teman berkebaya lembayung menuju meja-meja makanan yang terhidang. Mereka lebih memilih untuk menikmati makanan dan minuman terlebih dahulu baru kemudian memberikan ucapan selamat. Ketika mereka menyantap makanan mereka sudah lupa dengan cerita kebaya dan sinjang yang mereka kenakan.
Kami larut dengan kemeriahan pesta pernikahan dan menikmati hidangan yang super lezat. Kebaya, sinjang dan cerita uniknya terlupakan sejenak.
Jonggol, Minggu, 24 September 2023
Nani Kusmiyati
Pecinta Literasi dan edukasi
Waaw keren.. terlihat lebih cantik..