Perempuan dan Jelaga
Nina Sulistiati

Tertatih menepis serpihan debu yang melakat erat
Bermain dalam jelaga yang hitam kelam
sedangkan asa hanya tergantung di awang-awang
sulit diraih dalam genggaman

Dicobanya berdamai dengan hati
makian para cukong yang tiada henti
kerap menyisakan luka di dada
namun dicobanya untuk menahan luka

Dicobanya untuk melakukan setiap titah
dilaksanakan setiap tugas dan perintah
meski raga dan jiwa terasa lelah
tiada daya senantiasa menahan amarah

Dikuburnya mimpi dan cita-cita
Baginya hidup adalah lukisan kisah kelam
Jurang membentang di antara dia dan majikan
jarak yang sulit dijangkau bagai bumi dan awan

Mereka berada di dunia yang sama
Namun menempati ruang-ruang yang berbeda
Dia berada di ruang gelap dan suram
tenggelam dalam tumpukan jelaga

Sementara para majikan dan para cukong
Asyik hura-hura dan kongkow-kongkow
kebahagiaan yang tegak menjulang
berdiri di antara lara sang asisten rumah tangga

Aku juga manusia yang butuh sejahtera
Aku insan yang ingin kebahagiaan
Jangan kau kucuri kami dengan air mata
karena hidup kami pun selalu penuh derita

Cibadak 29 Juni 2022

Renjana
Nina Sulistiati
Cahaya mentari meredup
Berpendar di pucuk-pucuk daun
Membelenggu renjana yang meronta
Gejolak rasa yang kian menggelora

Ingin ku mengejar angin dalam gegamku
Ingin kuraih bintang kusimpan dipangkuan
Ingin ku berlari mengejar mimpi
Ingin kuterbang mewujudkan angan

Hidup adalah rangkaian kisah
suka, duka, sedih bahagia silih berganti
Jangan tenggelamkan asa dalam lara
Larutkan gundah dalam untaian doa

Nyalakan harapan bersama renjana
Yang akan mengiringi setiap langkah
Meraih cita dan asa yang terus membara
Berharap ridho sang Maha Pencipta

Renjana: gairah, semangat

Cibadak, 30 Juni 2022

Tinggalkan Balasan